Bagian Dua Satu

16.1K 1.7K 19
                                    

“Mengapa kalian berbicara tanpaku?”

Aku tidak menyangka Nerva akan datang sebelum kami mengetuk pintu.

“Saya hanya bertanya sesuatu untuk Pangeran Yang Mulia” tidak mungkin seorang Kaisar, sangat ingin tau urusan Permaisuri seperti Forsythia. Jadi mari kita jawab asal asalan saja.

“Sesuatu?” alis Nerva bertautan semakin dalam, seakan tidak senang dengan jawabanku.

“Permaisuri hanya bertanya tentang adik saya Yang Mulia Kaisar. Permaisuri ingin mencari teman bermain untuk Pangeran.”

Tidak sepertiku yang bingung harus menjawab, Muller menjawab dengan tenang, tanpa berbelit belit. Namun, meskipun sudah mendengar alasan dari Muller, tatapan tajamnya tidak berubah. Beberapa hari terakhir Nerva terlihat aneh.

“Masuklah. Muller, kau pergi ke tempat kerjamu. Datang setelah aku memanggil”

Hah? Kenapa tiba tiba Muller tidak boleh masuk? Padahal ia harus membantuku menyiapkan festival. Kalau tidak ada dia, aku harus meminta bantuan pada siapa?

“Baik Yang Mulia” Muller meng’iya’kan tanpa bertanya lebih lanjut.

Aku yang ditinggal sendiri bersama Nerva, kebingungan. Segala sesuatu berjalan sangat cepat.

“Masuklah Forsythia”

“Ya Yang Mulia”

Aku berdiri sambil menunggu Nerva menutup pintu. “Duduklah” baru setelah dipersilahkan untuk duduk, aku pergi ke sofa.

“Aku tidak tau kau sedang mencari teman untuk Devian.” Nerva membuka percakapan sebelum aku bisa duduk dengan nyaman.

“Itu karena Devian terlihat kesepian, jadi saya berfikir pangeran harus memiliki teman” aku melihat sekilas Nerva menaikkan salah satu bibirnya seperti mengejek, tapi kemudian dua sudut bibir tertarik keatas. Ah pasti aku salah melihat, tidak mungkin Nerva mengejek anaknya sendiri.

“Aku akan mencari kandidat yang cocok menjadi teman Pangeran, kau cukup melihat dari daftar yang aku berikan.”

“Saya tidak ingin menganggu Yang Mulia. Pasti pekerjaan Kaisar sudah banyak dan saya tid..”

“Forsythia” Nerva memanggil namaku dengan suara lembutnya, mendekat sambil memegang tangan kananku.

Deg deg deg.

Waahh, aku takut saking kencangnya detak jantungku bisa terdengar ditelinga lelaki didepanku.

“Kita suami istri. Sudah menjadi kewajibanku membantumu. Dan Devian, anak kita. Kau hanya perlu berkata terimakasih padaku. Mengerti?”

Aku tidak mengubah posisi dudukku, membuatku bisa melihat setiap inci wajahnya. Menikmati usapan ibu jarinya di punggung tanganku.

“Terimakasih Yang Mulia”

“Forsythia, tidak bisakah kau tetap memanggilku Nerva alih alih Yang Mulia?” Nerva menyukai ekspresi yang diberikan Forsythia sekarang, mata hijaunya terbuka dan tertutup berulang kali.

“Te terimakasih Nerva, tapi Ne nerva anda terlalu dekat.” Aku tidak tau dari kapan, dirinya semakin mendekatkan wajahnya, sekarang belakang kepalaku sudah mengenai sofa.

“Maaf, kalau begitu haruskah kita membahas festival?” hampir saja, jika Nerva tidak mengingat dirinya sedang bersandiwara menjadi pria lembut, ia sudah pasti akan memakan Forsythia semau lelaki ini.

“Baiklah”

Setelah diskusi perihal festival telah usai. Aku ingin bertanya sesuatu pada Nerva.

“Yang Mulia” mendengar panggilanku, Nerva menghela nafas.

Ugh, aku pasti tidak akan pernah terbiasa untuk memanggil namanya. “Nerva, aku ingin tau bagaimana keadaan Nia”

“Kau pasti belum mendengar” Nerva terdiam, kemudian melanjutkan “Nia, ia berusaha kabur, akhirnya dicabik cabik binatang buas dan meninggal”

“Apa? Binatang buas?”

Aku tau penjara Abee adalah penjara paling mematikan, tapi apa mungkin binatang buas ada disekitar penjara? Yah, dinovel dan diingatan Forsythia tidak ada mengenai penjara. Mungkin saja, memang ada.

“Ya, jasadnya masih ada namun tidak layak dilihat. Kalau kau mau, aku bisa menemanimu”

Aku mengepalkan kedua tanganku, keinginanku untuk mencabik cabik Nia sepertinya dikabulkan. Tidak mungkin aku akan melewatkannya. 

“Saya ingin melihatnya.”

Kami berdua berada disebuah peti. Peti itu tidak layak untuk dikubur atau dikremasi, selain karena lubang diberbagai tempat, kayunya pun sudah dimakan rayap. 

“Katakan padaku, jika kau tidak sanggup” aku mengangguk mendengar perkataan Nerva “Ya”

“Buka” Nerva memerintahkan seorang yang berdiri disamping peti, lalu kotak itu pun terbuka.

Uuugghh.

Aku ingin sekali muntah melihat keadaan tubuh Nia.

“Forsythia?” Sepertinya Nerva memperhatikanku, limbung sedikit. “Saya tidak apa apa Nerva”

Bagian tubuh pertama yang terlihat adalah wajah. Tidak ada bola mata dikedua mata Nia, isi lubang matanya diganti dengan belatung yang keluar masuk. Pipi dan dahinya sudah tercabik cabik, jika tidak diperhatikan dengan detail, aku tidak akan tau jika orang didepanku ini Nia. 

Tubuhnya sudah dipotong potong. Saking banyaknya aku tidak bisa menghitung, jadi berapa tubuh Nia.

Aku juga sudah tidak bisa melihat kulit Nia, karena hanya ada daging berwarna merah darah dan tulang putih yang terlihat. Bagian punggung tangannya terdapat lubang. Aku merasa aneh, apa hewan bisa membuat lubang seperti itu?

“Hoek” aku merasa sangat mual. “Nerva sepertinya aku ugh” sungguh, perutku rasanya tidak karuan.

“Kita kembali saja”

Aku tidak memiliki kekuatan, bersandar pada bahunya. “Maaf Nerva” Aku tidak tau jika aku selemah ini “Jangan katakan itu” setelah berkata, Nerva mengangkat tubuhku, menggendongku dilengan miliknya.

***

Buat hari ini segini dulu ya.

In sha Allah, besok aku update lagi.

Daann makasih banyak orang orang baik. Yang udah baca, vote bahkan ngasih komentar manis buat aku.

Terharu, sungguh 🥺

Anyway, sampai jumpa dibab selanjutnya 🤗

Be a Stepmother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang