"Natta, Lo napa jaga jarak sama gue anjir? Kita setim."Natta melihat jarak antara dirinya dan Anan. Mereka di wilayah yang sama, namun dengan jarak yang cukup jauh.
"Kita mau latihan bulu tangkis, bukan trial social distancing." Tambah Anan lagi.
"Berisik. Lo lama-lama ketularan Hilmy, ya." Natta berjalan ke samping Anan sambil menunjuk menggunakan raketnya pada Anan dan berbicara.
Yang diajak mengobrol hanya tertawa saja.
"Gue lawan Lo anjing. Gue yang menang!" Anan membuat gaya mengambil ancang-ancang bersiap kalau-kalau kok dilempar oleh lawan.
Sampai.
"Bang Natta!" Suara dari pintu aula terdengar gusar juga berdengung seantero aula.
"Lo Galih kan?" Tebak Natta. Galih hanya mengangguk, sembari mengatur nafasnya perlahan.
Natta dan Anan memberi kode pada sang pelatih agar diberi waktu sebentar untuk berbicara dengan Galih.
"Ada apa?" Tanya Natta kemudian.
"Bang Hilmy berantem sama angkatan gue." Setelah berhasil mengatur nafasnya. Galih akhirnya bisa berbicara.
"Sialan!" Anan langsung melempar raketnya lebih dulu diikuti Natta yang juga kebingungan.
"Ikut gue bocah," ajak Natta pada Galih.
Syukurlah pertengkaran tidak terjadi lagi saat Natta dan Anan menghampirinya. Keduanya-baik Hilmy dan Idan-kini lebih terlihat seperti dihukum oleh sang pelatih.
Tetap saja wajah mereka terlihat buruk.
"Badan kalian tegak! Tidak ada yang nunduk! Memangnya ada pemain basket yang lawan timnya sendiri?" Tidak ada yang menjawab saat pelatih itu bertanya. "Jawab saya!" Lalu keduanya hanya bisa menggeleng sebagai jawaban.
"Kalian berdua saya keluarkan dari tim untuk pensi kali ini." Tegas Pelatih itu.
Keduanya memasang ekspresi terkejut.
"Kok gitu, pak? Saya gak salah loh." Hilmy membela dirinya sendiri.
Anan menepuk jidatnya. Sudah pasti yang memulai pertengkaran adalah Hilmy.
"Temen Lo tuh urusin, Nat."
"Temen Lo lah."
"Pokoknya saya gak salah. Dia duluan yang kurang ajar sama saya dan angkatan saya." Protes Hilmy, ia bahkan menunjuk Idan di sebelahnya.
"Kok jadi gue?!" Idan ikut berseru tak terima.
"Lo yang duluan mojokin Jenar sebagai ketua Lo."
"Enteng banget tuh mulut ngomongnya."
"STOP!" Pelatih itu menghentikan keduanya lagi. "Kalian gak bisa satu tim. Keluar untuk pensi kali ini atau kalian beneran bakal jadi lawan."
Hilmy menyeringai. "Gue ga sudi setim sama dia. Gue aja yang out."
Hilmy pergi meninggalkan lapangan diikuti Anan dan Natta di belakangnya.
-
"Halo, ada apa, Nat?"
"Biru, bisa ke sini gak? Abang Lo babak belur nih."
"Lah kok bisa?!"
"Nanti aja ceritanya. Lo ke sini deh. Gue sama Anan masih mau latihan badminton. Entar gue dikeluarin dari tim kalau izin kelamaan."
"Tapi gue jauh, Nat. Gue lagi liburan sama Abigail di gunung."
"Lo ngapain ke gunung, anjir?! Mau nangkep harimau kah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Us
FanfictionKisah melankolis para remaja sekolah menengah yang merasakan pahit, asam, manis-nya kehidupan dengan hati yang bergejolak bermekaran saat musim bersemi. Written by @lavidamys