Chap 83 : Akhir cerita kita

15 1 3
                                    


"Apapun yang terjadi, kamu harus baik-baik aja, ya, tanpa aku?"

Abigail tak menunggu lagi. Saat hpnya berdenting menunjukkan satu bubble chat dari Anan yang mengajaknya keluar hari ini. Abigail buru-buru bersiap, dengan pakaian super rapinya seperti kemarin.

Tanpa memikirkan apa yang akan terjadi nantinya, Abigail akan berperan seperti biasanya. Ia tak akan merusak momen yang akan datang.

Gadis itu keluar dari rumah dan mendapati Anan dengan senyuman manisnya terpampang di wajah pemuda itu membuat hati Abigail terasa seribu kali lebih sakit. Namun, mau tidak mau ia harus memaksakan senyumnya.

"Anan!" Abigail berhambur ke pelukan Anan dan memeluknya dengan erat. "Kangen deh."

Anan melepas pelan pelukannya lalu tersenyum.

"Kamu makin cantik aja."

"Gombal!"

"Jalan sekarang?" Abigail mengangguki perkataan Anan.

Mereka menjelajahi kota Jakarta dengan mobil yang Anan setir.

"Mobil ini juga gak pernah pisah ya dari kamu." Celetuk Abigail membuat Anan tertawa.

"Tau gak alasan aku gak mau beli mobil baru?"

"Kenapa?"

"Soalnya dari sejak aku dapat SIM, penumpang yang selalu setia duduk di jok mobil aku tuh cuma kamu."

Abigail tertawa, kalau dipikir-pikir benar juga. Anan tak pernah memakai mobilnya kecuali sedang jalan dengan Abigail atau berlibur seperti saat ke mansion.

"Inget gak pertama kali aku bawa mobil,"

Abigail mengingat-ingat kapan yang Anan maksud. Tak mendapatkan jawaban juga, Anan mengejek Abigail dengan spontan.

"Ah, yang waktu kamu cedera itu lo, yang! Yang kamu sok-an manjat gunung sama Biru, ujung-ujungnya terkilir juga kakinya."

Abigail akhirnya ingat. Kalah dipikir-pikir lagi, itu adalah kenangan terburuknya.

"Aku sampe cabut buat ambil mobil demi jemput kamu."

"Hahaha, iya ya, aku juga inget." Abigail tertawa, tapi dalam hatinya ia sudah meraung memohon tentang apa yang ia pikirkan selama ini tak sesuai dengan ekspektasi- nya. Dan Anan, Abigail berharap pemuda itu tidak pernah mengatakan sesuatu yang membuatnya sakit hati.

"Mau ke taman bermain gak?" Ajak Anan saat itu.

Abigail berbalik menghalau fokusnya yang sempat hilang, ia menatap mata Anan cukup lama.

"Bigel Bigel," panggil Anan sekali lagi saat gadis itu tak menjawab juga.

"Ayo. Ayo, ke mana aja yang kamu mau."

"Aku nanya pendapat kamu, yang. Ini bukan sekedar keinginan aku."

Grep

Abigail menarik tangan Anan untuk ia genggam saat kebetulan lampu lalu lintas sedang berubah ke warna merah.

"Iya, ayoo. Aku mau. Pokoknya kita harus main di sana seharian. Katanya di sana juga ada Bazaar nanti, udah lama aku gak jajan di sana."

Anan akhirnya tersenyum sembari mengangguk.

"Oke, let's goo!"

———

"Bukan gitu, Lingga goblok!" Umpat Hilmy kesal saat Kalingga tak memasang lampu sorot dengan benar.

"Dibilangan si Jepri aja. Gaya bener mau manjat. Ini panggung buat pentas, kalo lo aja pasangnya gak bener gimana nanti pas pada manggung? Lampu sorot tuh yang paling bahaya letaknya." Jelas Natta menambahkan lagi.

The Journey Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang