Setelah semua bahan penuh di atas pantry dapur, keduanya mulai mencuci tangan dan Anan mulai mengambil beberapa mangkok dan wadah lainnya untuk mulai mengadon bahan membuat choco lavanya.Abigail sendiri ada di samping Anan setelah mengikat apron yang akan Anan gunakan, ia juga memasang miliknya sendiri sebelum benar-benar menatap Anan yang sangat ahli dalam mencampurkan bahan kue.
"Ini Lo masukin apa?" Tanya Abigail terheran.
"Tepung. Lo pikir apaan?"
"Iya gue juga tau, maksudnya tepung apa?"
"Emang ini tepung apa?"
Abigail mengambil bungkus tepung itu dan membaca tulisannya, disana tertuliskan kata 'rice flour' membuat Abigail menggeleng.
"Ini papa beli tepung di mana deh, bahasa spanyol semua." Keluh Abigail, lalu menaruh kembali tepung itu ke dalam kulkas.
"Jadinya tepung apa?"
"Ini tepung beras ternyata." Ujar Abigail santai.
"Lah, gue salah dong?!" Pekik Anan kemudian.
"Ya, sorry, gue juga gak tau."
"Terus-terus, tepung yang mana yang harus gue pake?" Tanya Anan lagi. Mau tak mau ia harus menyingkirkan tepung yang tadi ia sudah jatuhkan bersama telur ke wadah dan mengambil wadah baru untuk membuat adonan lain.
"Sabar, gue cari dulu—nah, dapat!"
Abigail memberikan satu tepung yang juga bertulisan aneh, Anan tebak semua bahan kue di rumah Abigail hasil impor, karena mereknya rata-rata adalah keluaran luar negeri.
"Gue pusing liat bahan kue Lo satupun ga ada yang gue tau mereknya. Salah dikit adonan gagal total," ujar Anan, tapi tangannya masih sibuk menakar gula dan baking soda.
"Jangan sampai lah, makanya sebelum pake tuh dibaca dulu."
"Iya, ayang. Ini juga lagi dibaca."
"Bagus."
Abigail sedari tadi terlihat sibuk, padahal tidak membantu sama sekali, tapi ia yang lebih sering mondar-mandir. Memanaskan oven lah, singgah mencari sesuatu di kabinet lah, membuat minuman lah. Anan yang hanya diam di tempat sembari membuat kue saja dibuat pusing.
"Lo cacingan apa kenapa dah? Diem aja di sebelah gue kan bisa?"
"Aneh. Kayak ada yang kurang?" Cicitnya sendiri entah dengan siapa.
Anan yang melirik pada Abigail hanya bisa tersenyum walaupun dibuat keheranan.
Duaar!
Tiba-tiba suara gemuruh petir terdengar lumayan keras membuat Abigail yang posisinya agak jauh dari anan langsung melompat ke pelukan pemuda itu. Anan juga kaget, bukan karena suara petir tapi karena pelukan Abigail yang sangat tiba-tiba. Dan dalam diam pun Anan dibuat tersenyum.
"Bigel?" Tanya Anan lembut.
"Eh, sorry." Kata Abigail langsung melepas pelukannya pada Anan dengan panik.
"Ngapain minta maaf, kayak sama siapa aja." Abigail hanya bisa berdehem mendengar jawaban dari Anan. Tiba-tiba suhu tubuhnya merasa panas dan dirinya menjadi salah tingkah sendiri.
"Oh, gue tau apa yang kurang."
"Apa?"
Abigail lalu menyalakan speaker miliknya memutarkan sebuah musik klasik dari YouTebe miliknya. Kini, suasana tak terasa canggung dan sepi seperti sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Us
FanfictionKisah melankolis para remaja sekolah menengah yang merasakan pahit, asam, manis-nya kehidupan dengan hati yang bergejolak bermekaran saat musim bersemi. Written by @lavidamys