Abigail berlari panik memasuki rumah Sheana, satu-satunya tempat berkumpul paling aman atas kepanikan mereka saat ini.Setelah Nabiru memberi kabar bahwa Hilmy tak ada di rumah, gadis itu langsung menelfon Sheana, namun, ternyata mereka sudah pulang sejak sore. Kepanikan lainnya muncul saat Nabiru yang terus-terusan menelfon Natta, namun, pemuda itu juga tak mengangkat telfonnya.
Karena khawatir, Sheana langsung menelfon Abigail berharap keduanya ada bersama Anan. Namun nihil, Abigail mengecek rumah Anan dan katanya Anan belum pulang juga sejak setengah jam yang lalu.
"Masa lapor polisi sih?" Ujar Abigail dalam paniknya.
"Orang tua gue pulang sejam lagi, gue harus jawab apa?"
"Natta gimana?" Sheana kembali menanyai Nabiru.
"Gue udah telfon berkali-kali tapi gak diangkat. Padahal dia udah janji buat telfon gue kalau udah balik. Gue khawatir dia kenapa-napa..." Ucap Nabiru yang sama paniknya.
"Gue beneran udah pulang sama Hilmy karena kepala gue sakit, tapi gue gak mikir Hilmy bakal keluar lagi setelah nganterin gue..." Sheana ikut menjelaskan.
"Anan malah tiba-tiba pulang abis telfonan sama seseorang, dia bilang buru-buru jadi gue gak sempat nanyain." Kini Abigail yang menjelaskan.
"Mereka pergi samaan atau nggak aja gue gak tau," timpal Nabiru lagi.
"Eh, bukannya Hilmy pasang zenly, ya? Gue sama Hilmy punya aplikasi itu soalnya, dia bilang juga Lo pake zenly buat lacak Lo di mana," tutur Sheana kemudian.
Nabiru menggeleng menjawab pertanyaan itu, "masalahnya Hilmy gak bawa hp."
"Anjing, kebiasaan banget gak bawa hp." Umpat Abigail.
"Hilmy emang gitu, jarang banget pegang hp kalo ada urusan penting. Tapi, gue pikir tuh anak berubah karena sekarang udah punya pacar, ternyata sama aja."
Nabiru melirik ke arah jendela luar saat melihat cahaya kuning yang gadis itu tebak adalah mobil milik orang tuanya. Nabiru kembali panik, bagaimana ia harus memberi tahu orang tuanya jika sudah seperti ini.
"Apa rencana lo, Biru?" Tanya Abigail yang juga melihat kedatangan mobil orang tua Nabiru, dirinya ikut panik.
"Nggak tau, gue kayaknya yang paling panik di sini."
"Lo coba ngomong jujur ke orang tua Lo deh, gue sama Shea yang bakal terus telfon Anan sama Natta."
Nabiru mau tidak mau harus mengangguk. Bagaimanapun, ia khawatir, jam sudah memasuki pukul 10 lewat.
—
"Kalian berempat!"
Anan yang hampir tertidur langsung terkejut saat mendengar suara seorang petugas berteriak kepada dirinya dan yang lain.
"Giliran kalian yang harus diperiksa." Ujar petugas itu.
Kalingga berdiri lebih dulu terlihat sangat santai, diikuti oleh Hilmy, Natta, barulah kemudian Anan yang berdiri paling terakhir.
"Ini tas kalian?" Tanya petugas itu memperlihatkan 2 tas selempang biasa, dan 1 tas selempang cukup mewah yang ditebak adalah milik Natta.
"Saya nggak bawa tas, pak. Jadi, saya boleh pergi kan?" Ujar Anan polos.
"Duduk di sini. Jangan ke mana-mana." Ujar petugas itu membuat Anan kembali duduk di depan petugas lain yang menurutnya lebih seram.
Tas pertama yang petugas itu buka adalah milik Natta. Tak ada yang spesial, hanya parfum, headset, charger, dompet dan satu bungkus rokok. Petugas itu memicing pada Natta sebentar, lalu kemudian menyingkirkan tas pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Us
FanfictionKisah melankolis para remaja sekolah menengah yang merasakan pahit, asam, manis-nya kehidupan dengan hati yang bergejolak bermekaran saat musim bersemi. Written by @lavidamys