Bagi Vianka Helena, Anan adalah satu-satunya anugerah yang tuhan kirimkan padanya. Anan adalah hal yang membuatnya bahagia selama masa hidupnya, tentu saja Regan adalah bahagia Vianka. Namun, Anan adalah sosok tersendiri yang selalu ada di dalam hati Vianka, baik sebagai api ataupun sebagai bunga tidur.
Walau Anan tak selalu di sampingnya, namun, pemuda itu akan selalu datang saat vianka menelfonnya sambil menangis. Pemuda itu akan menemaninya saat Vianka sedang bahagia. Banyak kenangan di dalam hidup vianka selama berpacaran dengan Anan yang sangat sayang kalau Vianka harus lupakan.
Waktu itu hanya datang tidak tepat. Waktu di mana semuanya mulai terasa hancur bagi Vianka. Waktu di mana semua dunianya terasa hancur, dan Vianka memilih untuk meleburkannya sekaligus. Karena tak ada lagi kata indah dalam hidupnya.
Vianka merasa seperti wanita bodoh yang hanya memikirkan egonya sendiri. Disaat orangtuanya meninggalkan dunianya lebih dulu, saat itu pula Vianka seperti diterbangkan oleh angin bersama dengan debu, menghilang tanpa kabar sedikitpun. Namun, gadis itu hanya meringkuk setiap hari di bawah selimut, melihat notif hpnya yang bertuliskan kata 'anan' di sana yang berulang kali dalam setiap hari mengirim pesan kekhawatiran padanya.
Satu-satunya yang ada di pikirannya saat itu adalah Regan. Vianka tak bisa mengontrol emosinya saat berulang kali Regan runtuh, saat malam itu Vianka harus mendengarkan isak tangis Regan yang tak kunjung reda. Vianka merasa terpukul mengingat orangtuanya adalah satu-satunya tempat Regan berpulang. Disaat seperti itu, Vianka merasa buruk, merasa buruk karena telah bahagia di dunia ini tanpa memikirkan sang kakak yang mati-matian membangun kebahagiaannya sendiri.
Tring
Satu pesan dari Anan masuk ke hpnya dan dari semua pesan yang Anan kirim di setiap harinya, pesan itu menjadi yang paling menyakitkan untuk Vianka baca.
Kembali ke beberapa hari sebelumnya saat semuanya baik-baik saja, Vianka sedang asik berjalan dengan Anan.
"Nan, tunggu! Tali sepatuku lepas."
"Mau aku pasangin?"
"Nggak usah kali. Kayak anak kecil aja."
"Masih kecil gitu, sok-an banget." Vianka hanya tertawa sambil mengikat sepatunya saat Anan berceloteh ringan.
"Ayo!" Setelah selesai, Vianka kembali menggandeng tangan Anan.
Setelah sampai di counter Es krim, Anan berdiri di depan Vianka untuk memesankannya sesuatu.
"Mau rasa apa, Vi?"
"Mint choco aja."
"Bukannya kamu gak suka?" Tanya Anan keheranan.
"Iya sih, tapi kan kamu suka. Jadi aku penasaran pengen coba juga."
Anan hanya berdecih, lalu tersenyum setelah itu memesankan apa yang Vianka inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Us
FanfikceKisah melankolis para remaja sekolah menengah yang merasakan pahit, asam, manis-nya kehidupan dengan hati yang bergejolak bermekaran saat musim bersemi. Written by @lavidamys