Chap 62 : Hal tak terduga

7 1 0
                                    


Natta baru saja pulang dan memarkirkan mobilnya di basemen apartemen saat dirinya dibuat kaget oleh sosok Ara yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

Pemuda itu hampir mengumpat dan berakhir dengan memejamkan matanya sembari memegang dadanya berusaha menetralkan detak jantungnya yang tiba-tiba terpacu menjadi lebih cepat akibat kaget.

"Lo ngapain?!" Seru Natta setelahnya.

Gadis itu hanya terkekeh kecil. "Maaf." Ucapnya.
Natta hanya menggeleng, ia lantas melipir sambil berkata, "kalau gak penting, mending jangan ada di hadapan gue. Cewek gue bisa marah."

Ara tersenyum tipis lalu mengikuti langkah Natta, "Hm, Nat," panggilnya kemudian.

"Penting gak?" Tanya Natta berhenti dari langkahnya.

"Nggak penting sih," Natta kembali berjalan sebelum Ara kembali bersuara. "Gue gak niat rusak hubungan Lo sama Biru kok!"

Lagi-lagi langkah Natta terhenti. Ia berbalik menatap Ara.

"Soal kemarin, gue minta maaf."

"Lo tau Biru dari mana?"

"Gue sempet ketemu pas di kantor polisi."

"Kapan?!"

"Pas Lo dibebasin, dia nyamperin gue. Gue disemprot habis-habisan sama dia," Ara kemudian terkekeh sendiri, "ternyata Biru tuh cewek yang berani, ya? Emang tipe Lo banget."

Natta menyengir kuda, "baru sadar?"

Ara menjadi kesal mendengarnya. "Bisa gak bersikap kayak dulu aja? Gue bukan Ara yang dulu kok. Pas gue peluk Lo di minimarket, gue juga minta maaf soal itu, gue gak tau kalau Lo udah punya gandengan, sama... Lo tau kan gue suka refleks? Apalagi itu pertama kalinya gue ketemu sama Lo."

Natta masih memasang wajah datarnya.

"Terus?" Tanyanya apatis.

Gadis itu kemudian frustasi, ia berbicara memekik, "maksudnya, gue udah gak ada rasa sama Lo, Natta! Gue pindah ke sini karena kerjaan gue ada di dekat sini. Orang tua gue meninggal karena kecelakaan, dan sepupu gue bawa gue buat kerja di tokonya."

Natta menjadi terdiam membeku. "Tunggu, orang tua Lo meninggal? Kapan, Ra?"

Ara mengangguk pelan, "sebulan yang lalu, Nat..."

"Ra, maafin gue. Gue gak bisa pamit dengan benar sama mereka."

"Nggak papa, Nat. Pada akhirnya semua juga bakal kembali ke tempat asalnya. Yang hidup harus tetap hidup, kan?"

"Tapi, Lo beneran gak papa?"

Ara mengangguk percaya diri.

"Sekolah Lo?"

"Udah nggak. Gue belajar di rumah."

"Kenapa gitu?" Tanya Natta lagi.

Gadis itu menunduk memainkan jari tangannya sebelum kemudian menatap Natta kembali.

"Gue sakit, Nat, tumor otak."

Natta menjadi bingung, ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa lagi, terlalu banyak yang membuatnya terkejut hari ini.

"Gue gak papa, Nat. Sepupu gue datang tiap malam, dan telfon gue juga dipasangin mode darurat kok."

"Lo beneran gak papa? Maksud gue, biarpun tinggal sendiri juga bukannya harus ada pendamping?" Tanya Natta lagi.

"Maka dari itu, Nat. Gue mau minta tolong ke Lo." Ujar Ara kemudian.

"Minta tolong apa?"

"Lo punya temen yang badan bapaknya gede itu kan? Yang pas sama Lo di kantor polisi."

The Journey Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang