Kehidupan Abigail lebih senggang dari biasanya. Ia berhasil melepas semua rasa sakit di hatinya dan berusaha untuk merelakan yang pergi.Berkuliah di fakultas yang dirinya inginkan, menjadi orang yang populer seantero kampus seperti saat dirinya bersekolah dulu. Abigail mendapatkan segalanya.
Kasih sayang yang tidak pernah luntur walau dirinya tak sekuat yang ditampakkan.
Menjadi sibuk adalah jalan ninjanya.
"Biru! Shea!" Panggil Abigail mendapati kedua temannya yang sudah duduk di kantin kampus.
"Si Biru kenapa lagi?" Tanya Abigail terheran, ia melihat Nabiru yang terlihat gelisah dan terus termenung.
"Biasalah, kangen sama cowoknya."
"Oalah si Natta," Abigail mencuri es teh milik Nabiru dan meminumnya begitu saja.
"Btw hari ini ada anak dari fakultas hukum yang ikut belajar di gedung kita selama beberapa hari ke depan."
Abigail hampir menyembur.
"Bukannya fakultas itu tertutup banget, kita aja gak boleh ke sana, kenapa tiba-tiba anjir?" Emosi Abigail tiba-tiba.
"Lo gak tau kalau fakultas sains kebakaran? Terus fakultas hukum juga kena soalnya dempetan. Tau lah akibatnya apa," jelas Shea yang terus mencomot keripik yang Nabiru pesan.
"Guys, ini es teh sama keripiknya gue yang pesen lho. Kenapa jadi abis di kalian?" Kata Nabiru yang masih terlihat tak bersemangat.
"Daripada lo anggurin mending gue makan," ujar Sheana.
"Daripada jadi dingin mending gue minum." Ucap Abigail.
"Btw, Shea, gimana ayah lo? Udah baikan?" Tanya Abigail kemudian.
"Masih kayak biasanya. Gue lagi cari dokter luar negeri, mungkin aja berobat di luar lebih ampuh dibanding berobat di sini."
"Kemarin ayah lo dibawa ke Bandung tapi katanya harus balik ke Jakarta lagi. Kata gue emang bagusnya berobat di luar aja sih, daripada pindah-pindah kota doang." Kata Nabiru yang akhirnya ikut memakan keripik miliknya juga.
"Makanya, gue cariin. Kemarin ada sih gue dapat email dari hospital di Vancouver, gue masih bimbang gimana jadinya." Jelas Sheana kemudian.
"Ya, jangan mikir lagi dong, Shea! Bawa ayah lo ke Vancouver. Siapa tau pengobatan di sana lebih baik." Sheana tersenyum mengangguki Abigail.
"Iya, lumayan, sapa tau lo bisa ketemu si Hilmy,"
"Oh iya anjir, Hilmy di Kanada ya, hahaha." Abigail tertawa.
"Beda kali, Hilmy sama Natta mah di Toronto, ini hospitalnya di Vancouver."
"Lho, emang beda?" Tanya Abigail. "Ya, sayang banget."
"Tapi hubungan lo sama Hilmy baik-baik aja, kan?" Tanya Nabiru lagi.
"Baik-baik aja kok, gue juga sering kangen sama dia."
Bohong.
Sejak kejadian itu, Sheana memilih untuk memutuskan kontak dari Hilmy. Ia menghapus semua sosial medianya, namun, malah membuat akun bodong untuk memantau Hilmy di sosial media.
Hanya itu yang ia bisa lakukan.
"Bentar lagi gue ada kelas. Bigel, Shea, gue duluan, ya?" Pamit Nabiru setelah melihat jam di tangannya. Ia sudah telat.
"Gue juga balik ke rumah sakit, deh, pengen bicarain ini sama dokternya ayah."
"Hati-hati, Shea," ucap Abigail. Saat melihat kedua temannya itu yang terlihat buru-buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Us
FanfictionKisah melankolis para remaja sekolah menengah yang merasakan pahit, asam, manis-nya kehidupan dengan hati yang bergejolak bermekaran saat musim bersemi. Written by @lavidamys