Chap 37 : Being idiot

3 1 0
                                    


Hilmy benar-benar membawa Sheana untuk berbicara. Padahal niatnya Sheana ingin menjelaskan apa yang terjadi, tapi sepertinya Hilmy lebih tertarik untuk berbicara lebih dulu dengan gadis itu.

"Jelasin, kalian ada hubungan apa?" Tanya Hilmy tepat setelah keduanya duduk di bangku depan perpustakaan.

"Dia bukan siapa-siapa aku, Hil, serius." Jawab Sheana apa adanya.

"Bukan itu. Jelasin yang Lo tau tentang dia."

Sheana akhirnya menarik nafasnya panjang sebelum benar-benar menjelaskan apa yang harus ia jelaskan."oke. Pertama, dia yang ngejar aku. Aku bisa bersumpah kalau aku beneran gak suka sama dia. Kedua, dia salah satu relawan di hospice Ayah aku."

"Anjing, pantas kayak gak asing. Kamu jangan deketin dia, Shea!"

"Kenapa?"

"Aku liat dia sampe aniaya pasien di hospice."

"Eh Lambehmu, ya!" Tegur Sheana kemudian.

"Bener kok! Dia selalu maksa orang tua di sana sama dia juga suka marah ke mereka, dia juga kayak dendam banget ke aku." Jelas Hilmy agresif. Tampangnya tak seperti orang emosi seperti sebelumnya.

"Tunggu, jadi kamu udah ketemu dia di hospice?"

"Kan aku udah bilang. Cowok itu gak baik."

"Aku emang gak pernah suka sama dia kok. Udah deh, Hil, kamu juga jangan ngerasa kalah sama dia."

Wajah Hilmy masih terlihat kusut.

"Emang apa sih yang kamu takutin dari dia?" Tanya Sheana lagi.

"Takut kamu diambil..." Cicit Hilmy kemudian.

Sheana terkekeh pelan, "kamu takut aku diambil sama dia? Like I'm going to fall for him?" Hilmy mengangguk.

"Sebenarnya dia keliatan lebih ganteng dari aku, ay. Dia lebih tinggi dikit, lebih kurus dikit, lebih berduit juga kayaknya."

"Ay?" Tanya Sheana kebingungan.

"Iya ayaang, aku iri sama dia." Kesal Hilmy meronta-ronta di depan Sheana.

Gadis itu semakin tertawa dibuatnya. "Kamu kenapa sih, Hil? Kok jadi insecure gitu?"

"Bukan gitu, aku cuma mau lindungin kamu."

Sheana mengulur tangannya menggenggam tangan pemuda itu. "Kamu percaya gak sama aku?" Tanya Sheana akhirnya.

Hilmy mengangguk, "percaya lah."

"Jangan mikir kejadian yang gak akan pernah terjadi. Kalau Lingga mendekat, aku bisa menjauh. Kalau dia ngegombal mulu, aku bakal pura-pura tuli. Segampang itu kan?"

"Janji?" Hilmy mengulur jari kelingkingnya mengharapkan balasan dari Sheana. Gadis itu hanya tersenyum lalu mengaitkan kelingkingnya pada milik Hilmy membuat sebuah pinky promise.

"Udah puas kan? Gak marah lagi?"

Hilmy tersenyum seperti bayi yang baru saja mendapatkan mainan. "Nggak lagi." Jawabnya.

"Ayo balik."

Seperti janjinya, setelah singgah sebentar ke minimarket untuk membeli beberapa bahan untuk dimasak, mereka langsung melipir ke rumah Natta.

"Lo gak ada bosannya ya makan Ramen buatan gue. Hilmy aja gue buatin sampe gumoh."

Natta tertawa, "nggak lah, masakan lo enak gitu kok."

"Ya udah, kali ini gue buatin lo yang spesial."

"Siap! Gue bakal bersihin meja buat makan."

Keadaan hening sebentar, masing-masing melakukan tugasnya. Karena Nabiru bukan tipe yang bisa diajak berbicara saat memasak. Natta ingat dia pernah dimarahi nabiru saat mulutnya tiba-tiba cerewet menanyakan gadis itu dengan berbagai macam pertanyaan. Ia tak mau lagi kena semprot karena berbicara.

The Journey Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang