Chap 25 : Menguntit Abigail

4 0 0
                                    


"Hilmy, Lo dari mana sih?!"

Keduanya sekarang sedang berada di tempat dimana mereka sering bermain saat kecil; kamar atap. Sudah jarang sekali mereka ke sana dan biasanya saat kecil, baik Hilmy maupun Nabiru akan berada di sana saat orangtua mereka memarahinya.

Sepasang saudara kembar itu kembali lagi di umurnya yang tak lagi kecil, namun tempat itu masih terlihat sangat nyaman dengan ranjang susun yang biasanya mereka tiduri saat kecil. Hilmy akan tidur di ranjang atas dan Nabiru di ranjang bawah.

"Pergi ke suatu tempat. Hp gue juga dinonaktifin."

"Lo lama-lama udah mulai bohong ya sama gue. Lo pernah bilang sama gue, Hil, kalau kita harus saling jujur. Karena kita doang yang bisa saling percaya. Tapi, entah sejak kapan Lo jadi berubah gini," kelakar Nabiru pada Hilmy.

Sekarang pemuda itu sedang duduk di ranjang atas sembari mengayunkan kakinya di tepi ranjang. Sedangkan Nabiru berada di meja belajar melirik Hilmy yang tak jauh di atas sana.

"Jelasin! Lo mau sampai kapan nyiksa gue, Hil? Sampai kapan gue harus bohong tentang Lo depan mama papa?" Nabiru melempar buku usang yang berada di atas meja pada Hilmy, ia tak bisa berkata lembut lagi saat yang ditanya hanya terus membungkam mulutnya.

"Sakit anjing! Gue baru aja ditampar sama papa, kasih empati dikit kek! Lo saudara gue apa bukan sih?!" Hilmy berseru ria dan akhirnya membuka suara lagi.

"Gue pergi sama Shea. Kita gak lakuin macam-macam. Gue dipanggil buat jadi relawan di rumah sakit ayahnya Shea. Karena gak mau diganggu, jadinya gue matiin hp gue. Puas?"

"Tunggu... Kok Shea panggil Lo doang? Kalian ada hubungan apa?!" Pekik Nabiru, ia kini ikut naik ke ranjang atas menurunkan emosinya sebab rasa penasarannya.

Nabiru itu kepoan.

"Nggak ada apa-apa," Hilmy membuang wajahnya tak ingin bersitatap dengan Nabiru.

Nabiru menyenggol lengan Hilmy memintanya menjelaskan sesuatu. Raut wajahnya tak kesal lagi seperti sebelumnya dan berubah menjadi sosok penggoda yang penasaran.

"Ayo lah, pasti lebih dari temen, kan? Kan kan kan?!" Seru Nabiru bersemangat.

"Nggak, apaan sih!" Hilmy mengusap wajah Nabiru membuatnya berhenti penasaran padanya.

"Gue aduin papa ya kalau Lo gak mau ngaku!"

"Jangan dong! Lo tega banget sama saudara sendiri."

"Makanya kasih tau!" Pekik Nabiru kesal.

"Gue sama Shea pacaran. Puas? Kepo banget jadi orang."

"Dih! Abang gue punya pacar! Cieee sama Shea lagi,"

"Berisik anjir. Makanya gue ga mau kasih tau Lo."

"Ih, gak usah malu gitu. Walaupun gue suka berantem sama Shea, dia cewek baik kok. Tapi kalau dia apa-apain Lo gue langsung turun tangan sih," Nabiru menyenggol lengan Hilmy lagi. Menggodanya tanpa bosan.

"Lo sendiri? Sejak kapan mau tarik ulur sama Natta?"

Nabiru akhirnya menunduk saat Hilmy membalasnya dengan sebuah pertanyaan.

"Gak usah tanya tentang Natta. Kita cuma temen."

"Lo pikir Natta ngerasain hal yang sama?" Ucap Hilmy membuat Nabiru terdiam kaku.

"Emang dia suka sama gue?"

Lalu, Hilmy menoyor kepala Nabiru dengan telunjuknya. "Lo jadi cewek yang peka dikit, dong." Setelah itu ia menjatuhkan dirinya begitu saja dari ranjang atas dan mendarat dengan sempurna seperti seorang ahli. Kebetulan ranjang itu tak terlalu tinggi.

The Journey Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang