Vianka buru-buru berlari pulang setelah mendengar kabar bahwa Regan akan segera sampai di rumah. Entah perasaan seperti apa yang bisa menggambarkan gadis itu sekarang, ia merasa kesal, marah, dan juga kecewa dengan sang kakak. Harusnya dirinya menyambut Regan dengan baik.
Bagaimanapun, Vianka sudah percaya dengan kakaknya itu.
Plakk!
Namun, pada akhirnya satu tamparan berhasil mendarat di pipi Regan. Gadis itu tak peduli dengan kondisi pemuda itu sekarang. Sedangkan Regan hanya diam saja dan merasa pantas mendapatkan tamparan itu.
"Jadi ini alasan kak Regan setuju gue sekolah di luar negeri? Gue kira kak Regan udah beneran berhenti dari kebiasaan kak Regan. Kirain kak Regan gak bakal main tangan lagi. Ternyata gak ada bedanya sama om." Regan masih bungkam tak berniat melawan.
"Lo tau gak kak, sepercaya apa gue sama lo? Tiap hari gue denger telfon gue berdering, gue bahagia pas tau itu telfon dari lo. Gue yang bahkan gak bisa beradaptasi masih takut untuk berkeliaran dan masih ngandelin Lo, kak. Gue kira setiap kita telfonan kak Regan selalu cerita hari-hari kakak yang menyenangkan itu. Semuanya bohong?"
"Vi," panggil Regan akhirnya.
"Apa?! Jelasin semuanya yang gue gak tau," Vianka menyengir kemudian. "Nggak perlu dijelasin. Lo udah jelasin ke gue hampir semuanya. Lo bahkan ngancem temen-temen Anan."
"Vi, gue cuma nggak mau Lo luka."
"Dengan gini Lo udah bikin gue luka kak!" Pekik Vianka kemudian. "Lo tau gak sesayang apa gue sama Anan?! Tau gak kalau yang mutusin Anan duluan itu gue?! Pas itu gue cuma mikirin Lo kak, gue ngerasa nggak adil sama Lo karena Lo lagi sengsara tapi gue masih sempetin pacaran. Pas itu dunia gue beneran runtuh, makanya pikiran gue jadi gak terkendali. Dan kak Regan tega nyakitin Anan, Bigel, sama temen-temennya?"
Regan menunduk merasa bersalah, "maaf... Kakak gak bermaksud,"
Vianka menyisir rambutnya ke belakang, tak paham lagi dengan Regan.
"Kak Regan mending ikut gue ke Australia."
Regan yang tadinya menunduk kini menatap Vianka.
"Vi?"
"Lo gak punya siapa-siapa di sini, kak. Gue tau om sama tante suka mukulin Lo, temen-temen Lo gak ada yang tulus dan Lo cuma manfaatin mereka semua. Sampai Anan sama temen-temennya Lo jadiin bahan mainan. Jadi, mending Lo tinggal sama gue di Australia. Lo bisa kuliah atau cari kerja di sana. Uang dari papa sama Mama juga masih lebih dari cukup."
"Nggak." Tolak Regan mentah-mentah.
"Kenapa? Lo masih belum puas sama dendam Lo itu? Gue bahkan gak lakuin dendam demi lindungin Lo, kak."
"Bukan itu..." Cicit Regan kemudian.
"Kenapa? Karena Bigel?"
Satu nama yang Vianka ucapkan sukses membuat Regan terdiam.
"Gue gak peduli siapapun alasan Lo buat tetap tinggal. Besok kita urus visa sama passport. Gue gak tahan lagi liat tingkah Lo, kak."
"Lo yakin mau tinggalin rumah ini buat saudara papa?" Tanya Regan mengalihkan topik.
Kini, Vianka yang terdiam.
"Lo yakin? Rumah papa ini berharga, Vi. Hasil kerja keras orangtua kita. Lo gak mungkin seenaknya kasih ke tua Bangka itu, kan?"
Bukk!
"Ngomong apa kamu? Kamu ngatain saya?!" Regan jatuh tersungkur saat punggungnya di dorong tiba-tiba oleh pria paruh baya yang baru saja datang bersama istrinya. Vianka menutup mulutnya ikut kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Us
FanfictionKisah melankolis para remaja sekolah menengah yang merasakan pahit, asam, manis-nya kehidupan dengan hati yang bergejolak bermekaran saat musim bersemi. Written by @lavidamys