Rasa takut adalah hal paling dihindari oleh semua orang. Namun, rasa takut kehilangan adalah sesuatu yang ingin sekali semua orang hindari. Entah itu tentang kepergian sementara, ataupun kepergian yang datangnya selamanya. Karena, pada akhirnya, manusia akan ditinggalkan satu persatu.
Semua nyawa yang telah direnggut untuk selamanya, tak bisa lagi memiliki kesempatan untuk kembali, itu kenapa manusia pasti merasakan ketakutan mendalam hingga rasanya dunia mereka berhenti di porosnya.
Seperti yang dirasakan Anan sekarang, saat perlahan tubuh sang mama yang tak bergerak lagi diturunkan secara hati-hati ke dalam liang kubur. Anan ada di sana, tak menangis tersedu seperti sebelumnya, yang ia rasakan saat ini hanya... Seperti dunianya telah berhenti sepenuhnya. Badannya terasa kaku, enggan untuk bergerak, tak ada lagi jiwa yang tinggal untuk menggerakkannya dirinya.
Abigail juga berdiri di samping Anan, merangkul pemuda itu sembari menenangkannya, walau Anan yang sekarang sudah terlihat sangat lelah dan pucat. Abigail yang melihat itu semakin sedih.
Dan saat liang itu sudah tertutup sempurna menjadi sebuah gundukan, satu persatu mulai mendoakan lalu kemudian meninggalkan makam itu. Abigail ditarik oleh Nabiru dan Sheana membiarkan Anan ditenangkan oleh teman-temannya yang lain.
Sebenarnya tak semua, sebab, Natta dan Hilmy lebih memilih-sebenarnya memaksa-membantu papa Anan untuk menyiapkan liang kubur hingga menutupnya lagi. Anan sudah tak bisa bergerak sedikitpun dan papa membiarkannya begitu saja, bagaimanapun, Anan masih terlihat anak kecil di mata sang papa. Pemuda itu masih memiliki hati yang lembut dan gampang terluka.
Kalingga yang baru datang kini duduk di samping Anan.
"Lo gak papa?" Tanya pemuda itu kemudian.
Anan tetap tak menjawab.
"Nan, gue tau Lo pasti belum bisa ikhlas, tapi, mama Lo gak suka kalau Lo terus kayak gini." Ucapnya lagi.
Sama, pemuda itu masih enggan untuk menjawab. Maniknya hanya menatap gundukan tanah itu tak bergerak.
"Anan. Gue gak mau bilang, tapi, mama Lo ada di sana. Dia sedih liat Lo kayak gini, Nan." Ujar Kalingga yang sengaja memanfaatkan kelebihannya.
Anan langsung bergerak menatap pemuda itu.
"Mama di mana?! Di mana, Lingga!"
"Di dekat papa Lo, tapi matanya natap ke arah Lo."
Anan kembali menjatuhkan air matanya, ia menatap papa yang sibuk mengusap batu nisan milik sang mama.
"Lingga, katanya Lo bisa liat mereka, kan?" Kalingga hanya menarik nafasnya sembari mengangguk. "Tolong... Sampaiin kata maaf gue ke mama, Lingga... Gue merasa bersalah ke mama, gue harusnya ada di samping mama pas itu... Gue udah egois mikirin diri gue sendiri... Sama, harusnya gue bisa antar mama sampai peristirahatan terakhirnya..."
Kalingga yang mendengar Anan berkata seperti itu sembari menangis membuatnya jadi tak tega. Namun, ia berusaha untuk tidak ikut menangis.
"Gue terlalu egois... Jujur... Rasanya sakit banget ditinggal mama..."
Dan saat itu juga, entah kenapa air mata Kalingga tak bisa ia tahan lagi. Jujur saja, ditinggal seseorang yang kita sayangi itu berat dan menyakitkan. Kalingga tahu rasanya walaupun ia tak mau menerima fakta bahwa mamanya sudah meninggal.
"Nan, mama lo denger semuanya. Mama Lo pasti maafin Lo, Nan. Asalkan Lo juga bisa ikhlas buat nerima kepergian mama Lo."
"Lo jangan ngomong kayak gitu kalau sendirinya masih belum ikhlas," Kalingga dan Anan berbalik mendapati Hilmy yang berkata, pemuda itu ternyata sudah ada di sampingnya bersama Natta.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Us
FanfictionKisah melankolis para remaja sekolah menengah yang merasakan pahit, asam, manis-nya kehidupan dengan hati yang bergejolak bermekaran saat musim bersemi. Written by @lavidamys