12:00 AM"Happy birthday, dua kesayangan mama papa," baik Hilmy maupun Nabiru sama-sama terlonjak kaget saat kedua orang tua mereka mengagetkannya dengan kejutan kecil tepat pukul 12 malam.
Dengan perasaan bimbang, Nabiru dan Hilmy tetap tersenyum dan bertepuk tangan seraya kedua orang tua mereka menyanyikan lagu selamat ulang tahun dengan ceria.
"Pakai topinya dulu ganteng cantiknya mama," kata mama lalu memasangkan topi pada kedua anaknya.
"Semoga ke depannya kalian bisa lebih bahagiain orang tua kalian lagi, ya. Semakin nurut sama mama papa dan sehat terus."
Nabiru tak bereaksi, ia tetap kaget walau tahu kalau orang tuanya tak benar-benar tulus merayakan ulang tahun mereka. Acara berlanjut, bukan bagi Hilmy dan Nabiru, tapi bagi kedua orang tua mereka tanpa memperdulikan eksistensi kedua anaknya. Mereka hanya bercengkrama tentang pekerjaan lalu sesekali beradu mulut sebab hal menjengkelkan yang keluar dari bibir salah satunya.
"Nabiru, ayo pergi," Hilmy menarik tangan Nabiru menuju kamar sang empunya. "Tidur aja, besok pagi juga paling mereka baikan lagi." Ketus Hilmy kemudian.
"Mereka gak bener-bener rayain ulang tahun kita, mereka udah sakit," cetus Nabiru entah dengan perasaan apa yang ia rasakan sekarang.
"Hush, jangan ngomong gitu, ah, Mereka juga masih orang tua kita. Besok pagi sebelum mereka bangun kita langsung berangkat ke sekolah, oke?" Hilmy menjelaskan.
"Gue tau. Siapa juga mau lama-lama di rumah ini, gak betah." Ucap Nabiru menambahkan. Hilmy terkekeh, ia memegang kedua pundak adiknya itu.
"Biru, maaf sekali lagi. Harusnya mereka rayain ulang tahun Lo besok. Lagi-lagi ulang tahun gue yang diprioritasin,"
"Gila, kita beda sehari doang. Lo lahir jam 12 gue lahir jam 1 pagi karena harus disesar. Anggap aja orang tua kita rayain ulang tahun kita sekaligus biar gak repot. Lagian, emang mereka rayain ulang tahun kita?" Sindir Nabiru di akhir perkataannya.
Hilmy tertawa pelan, "iya juga, udah yuk tidur. Jangan kemaleman."
"Lo tuh yang suka begadang. Gue tebak Lo mau main game lagi sama Natta, Anan?"
"Sok tau, tidur sana anak gadis,"
"Stress."
-
"Nan, bangunin Natta, kita push rank."
"Kenapa lagi Lo? Udah jam 2 mau push rank apaan anjir?!"
Hilmy ditengah menelfon Anan mengajaknya-sebenarnya memaksa-untuk bermain game.
"Gue gak bisa tidur, temenin kek,"
"Gue sih oke, soalnya masih main catur sama papa gue. Tapi Natta kayaknya skip deh, udah molor dia."
"Ya udah berdua aja, besok gue traktir bakso bang Mamang."
"Gas, gue ke rumah lo."
"Gue aja deh yang ke rumah Lo,"
"Ya udah buru, entar manjat pagar aja."
"Iya, gue tanya Nabiru dulu."
"Sip,"
Setelah melakukan panggilan singkat, Hilmy lekas berdiri dari ranjangnya dan menuju ke kamar Nabiru. Karena Hilmy lebih suka bermain game bersama, jadi, kalau bukan temannya yang ke rumahnya otomatis dia yang ke rumah temannya itu.
"Biru, Lo udah tidur belum?" Panggil Hilmy berbisik, takut membangunkan kedua orang tuanya yang kini-mungkin-sudah tertidur.
"Belum. Ada apa?" Pintu langsung terbuka menampilkan wajah Nabiru yang kini terlihat sembab.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Us
Fiksi PenggemarKisah melankolis para remaja sekolah menengah yang merasakan pahit, asam, manis-nya kehidupan dengan hati yang bergejolak bermekaran saat musim bersemi. Written by @lavidamys