Chap 38 : Nabiru hilang

9 1 0
                                    


"Anan, ini beneran terakhir deh," Abigail sedikit berlari mengejar tempat tepat di depan Anan yang memilih berjalan lebih dulu.

Pemuda itu kembali menghela nafasnya saat Abigail kembali membuka pembicaraan. Sebelumnya, gadis itu sudah bertanya perihal Regan berkali-kali.

"Apa lagi, apaaa," jawab Anan tak bisa lagi bersabar.

"Lo sama kak Regan sebenarnya gimana sebelum berantem? Kalian akrab kan?"

"Jelas lah, Regan aja selalu titipin adiknya ke gue. Dia percaya ke gue, tapi Lo tau sendiri akhirnya gimana." Jawab Anan apa adanya.

"Yee, itu mah salah Lo sendiri."

Anan kembali mengambil tangan Abigail untuk ia gandeng kemudian.

"Iya, makanya, stop ngomongin Regan. Lagian, dia juga udah gak ada di sini."

Abigail cemberut dibuatnya, "padahal gue masih mau ngobrol banyak sama kak Regan."

Anan yang tadinya berjalan sembari menggandeng Abigail kini melepaskan gandengan tangan gadis itu dan langsung berdiri di depannya.

"Pacar Lo sekarang itu gue kan? Kok malah ngomongin kak Regan mulu?" Kesal Anan kemudian.

Abigail ketawa, "dih, gak usah ngambek gitu. Bayangin pas Lo sama vianka pacaran tapi lo malah sering ceritain gue ke dia. Sekarang lo rasain kan apa yang vianka rasain?" Ujar Abigail memberitahu.

Anan menggigit bibir bawahnya, ternyata memang rasanya seperih ini. Vianka benar-benar tahan sekali berpacaran dengan Anan dulu.

"Kan gue udah minta maaf. Iya, gue salah, jangan ngomongin kak Regan lagi ya?"

"Iyaaa, cemburuan banget sih bayi gede."

"Stop panggil gue bayi gede, Bigel!"

"Ya, lo emang suka ngambekan, makanya gue panggil gitu."

Anan mengacak rambut Abigail gemas.

"Gimana rasanya pacaran padahal gue belum balas confess lo?" Tanya Abigail lagi masih setia menggandeng tangan Anan sambil menelusuri padatnya trotoar Jakarta.

"Gue udah tau Lo bakal jawab iya. Lo cuma gak mau ngomong aja, takut hubungan kita jadi canggung. Dih, dasar cewek gengsi." Abigail tertawa, Anan hafal sekali dengan dirinya.

"Yang penting kita udah kayak gini," Abigail mengangkat genggaman tangan keduanya yang menyatu ke atas memperlihatkan pada Anan bahwa keduanya sudah bergandengan tangan.

"Tapi aneh aja rasanya, kita pacaran tapi gandengan tangan tuh udah kayak hal biasa gitu. Apa karena kita udah sama dari jaman orok, sampe gak ada malu lagi?"

"Lo aja suka banting gue pas kecil." Ujar Abigail sinis. Anan tertawa mengingat hal itu.

"Mau jalan ke mana lagi? Lo gak capek? Kita udah jalan selama 15 menit loh." Ujar Anan lagi.

"Entar lagi. Gue mau jalan sampe malam."

"Ya udah, tapi gue lapar, makan apa kek gitu."

Abigail menunjuk banyaknya stand makanan di sana. "Di sana, Nan! Kayaknya ada festival gitu. Ke sana aja yuk?" Abigail berjalan lebih dulu, lalu, ia kembali berbalik pada Anan, "sama, mau sekalian beli tiketnya gak?"

Anan mengangguk setuju, "iya, ayo." Jawabnya lembut.

Nabiru kini memilih menenangkan dirinya di tepi sungai di bawah jembatan. Dirinya tak henti memikirkan tentang apa yang barusan ia lihat.

The Journey Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang