"Tau gitu aku ikut mama aja," Anan lagi-lagi merengut kesal di depan sang mama saat dirinya akan berangkat.
Bahkan Abigail juga ada di sana, sedang menunggu Anan selesai berpamitan.
Papa Anan yang berdiri di sebelah mama hanya tersenyum lalu mulai berkata, "nikmatin waktu liburan kamu sama temen-temenmu, nak. Papa sama mama kan juga pengen liburan."
"Nggak adil! Kenapa gak pas Anan pulang liburan aja?" Seru Anan lagi. Ia sedari tadi sudah tantrum tak jelas membuat Abigail yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya heran.
Abigail sudah tahu tingkah laku Anan jika di depan orang tuanya. Pemuda itu akan berubah menjadi anak usia 5 tahun yang selalu ingin dimanja dan merengek jika tidak mendapatkan mainan. Tentu, Abigail tidak kaget lagi.
"Pulang dari liburan nanti, mama janji bawa Anan liburan juga." Ujar mama selembut mungkin. Ia bahkan mengelus surai sang anak.
"Kapan, ma?! Abis liburan Anan kan ujian. Anan ikut kalian aja, ya?" Rengek Anan lagi.
Papa akhirnya maju di depan Anan menggantikan sang mama.
"Anan jangan gitu, kasian temen kamu udah rencanain ini dari jauh hari. Anan liburan sama temen dulu, nanti abis ujian kita semua jalan bareng sekeluarga. Lagian, mama papa kan juga butuh waktu liburan berdua," Anan menjadi cemberut. Perkataan sang papa tidak ada yang salah, tapi tetap saja ia sedih.
"Jangan sedih gitu, liburan anak mama harus seneng-seneng biar liburan mama papa juga seru, jangan kepikiran, ya? Kan katanya mau kabarin mama tiap saat?"
Walaupun sulit, lambat-laun senyum Anan bangkit membuat mama ikut lega.
"Gitu dong, anak mama yang ganteng ini harus senyum." Mama meraih tubuh Anan ke pelukannya untuk ia peluk dengan erat.
"Mama janji, ya?" Anan merasakan kepala mama mengangguk pelan di atas kepalanya.
"Janji," lalu, pelukan keduanya melonggar dihadiahi papa yang memberikan tas milik Anan.
"Selamat bersenang-senang, anak papa." Ucapnya.
"Selamat berlibur, ma, pa!"
Akhirnya Anan bisa berlibur dengan tenang mengetahui orang tuanya juga sedang merencanakan hari yang bahagia. Mengingat itu, tidak ada lagi alasan bagi Anan untuk bersedih.
Kalingga menghentakkan kakinya kesal di depan basecamp sembari sesekali melirik pada jam di tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi dan sampai sekarang belum ada tanda-tanda temannya datang.
Rencananya sih Kalingga mau santai di mansionnya saja sembari menunggu yang lain datang. Tapi, karena dia malas menyetir sendiri sendiri, jadi dia memutuskan untuk pergi bersama saja, kalau katanya sih 'biar solid'.
Tapi malah belum ada satupun yang datang. Kalingga jadi emosi sendiri, ia akhirnya menelfon Natta yang akan menjadi teman semobil nya.
"Halo, brengseki, Lo di mana?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Us
FanficKisah melankolis para remaja sekolah menengah yang merasakan pahit, asam, manis-nya kehidupan dengan hati yang bergejolak bermekaran saat musim bersemi. Written by @lavidamys