Chap 50 : Under the umbrella

10 1 1
                                    


Seperti tak ada lelahnya, bahkan hingga jam memasuki pukul makan siang pun, hujan enggan untuk pergi melainkan jatuh semakin deras ke permukaan bumi.

Hilmy yang baru saja menyelesaikan urusannya dengan pak Jafar memilih untuk berteduh sebentar di kantin sembari saling bertukar pesan dengan Sheana yang kini sibuk rapat dengan tim cheerleader-nya. Sesekali Hilmy tertawa dalam kesendirian di tengah sepinya kantin, sesekali juga ia melirik ke sekitarnya takut dikatai gila—karena tertawa sendiri—oleh murid sekolahan itu.

Memang sekolah saat ini tak begitu ramai lagi dengan siswa kelas 3, paling banyak yang datang hanya untuk mengumpulkan tugas dan melanjutkan urusannya masing-masing. Yang berkeliaran saat ini hanya siswa kelas 1 dan 2, itupun mereka tak terlalu memperdulikan orang-orang di sekitar mereka.

Drrt

"Halo, kamu udah selesai?" Setelah berbalas pesan, Hilmy langsung mengangkat panggilan dari Sheana.

"Iya, aku ada di aula sekarang. Gimana ya ke sananya?"

Memang jarak antara aula dan gedung sekolah lumayan jauh, bahkan tak ada jalan berputar seperti koridor untuk mencapai gedung sekolah, mereka harus menyebrangi lapangan dan tentu saja jika seperti itu mereka akan basah kuyup.

"Aku juga udah selesai kok. Kamu tunggu aja, biar aku yang jemput."

"Kamu bawa payung?"

"Iya dong, aku kan mau jemput cewek aku."

"Idih gombal. Ya udah, kamu hati-hati ya,"

"Hati-hati apa, ay, aku kan mau ke kamu."

"Ya sapa tau aja koridor lagi becek. Entar kalo kamu jatuh gimana?"

"Hahah, malah didoain. Iyaa, kamu juga hati-hati. Diam di tempat aja, jangan ke mana-mana."

"Oke."

Setelah menutup panggilan, Hilmy buru-buru menenteng tasnya di bahu lalu mengambil payung miliknya dan berjalan menemui Sheana.

Benar saja, hujan tak ingin reda juga. Hilmy membuka payungnya dan berjalan menuju aula untuk menemui Sheana. Setelah sosok gadis itu terlihat, mereka sama-sama melempar senyum dengan Hilmy yang kini melangkahkan kakinya dengan terburu-buru. Sheana juga melakukan hal yang sama. Karena tak sabaran, gadis itu melompat keluar dan mungkin sudah tersandung oleh batu kalau saja Hilmy tak langsung menangkap punggung gadis itu dengan cekatan ke dalam dekapannya.

"Kamu hati-hati dong, ay. Kan udah dibilangin." Ujar Hilmy kemudian.

Sheana langsung berdiri tegap—sambil terkekeh—tepat di bawah payung Hilmy, sedangkan pundak pemuda itu terlihat sudah basah setengah, karena sekarang, payung itu hampir berada sempurna di atas kepala Sheana.

"Kamu basah, Hilmy!" Tegur Sheana.

Tapi, Hilmy tak peduli. Ia semakin menarik tubuh gadis itu mendekap erat ke pelukannya dengan tujuan mendapatkan perlindungan yang sama. Payung Hilmy tak terlalu besar, jadi, keduanya harus saling berdiri berdekatan. Namun, Hilmy lebih memilih untuk memeluk gadis itu sambil berjalan menuju tempat parkir.

"Kok tau kalau aku ada di sini?" Tanya Sheana kemudian.

"Aku kan punya banyak mata-mata." Canda Hilmy membuat Sheana tertawa.

"Bercanda mulu."

"Padahal beneran." Cicit Hilmy.

Sheana semakin mendekapkan tubuhnya pada pemuda yang ia sebut 'kekasihnya' itu dengan erat, gadis itu bisa mencium aroma parfum dyptique eau capitale—favorite Hilmy—beraroma floral yang kuat kini bercampur dengan aroma rokok.

The Journey Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang