"Ke mana sih Hilmy? Udah mau jam makan siang tapi belum balik juga," Nabiru terus mondar-mandir sesekali mengecek ponselnya. Tak ada tanda-tanda panggilan dari Hilmy. "Gue tau dia bakal kayak gini."Drrrt
Ponsel Nabiru bergetar. Gadis itu sudah bersemangat karena mengira itu pesan dari Hilmy, namun, rautnya langsung berubah panik saat tau itu panggilan dari mama.
"Halo, ma?"
"Siapin makanan di meja. Kita makan siang sekeluarga hari ini,"
"Iya, ma..."
Nabiru menutup panggilannya sepihak. Ia tak ingin mengatakan apa-apa lagi dan langsung berubah panik. Jarinya menekan nomor Hilmy dan menelfonnya, tapi nihil, tak ada jawaban dari seberang sana.
"Lo ngapain sih Hilmy?! Suka banget cari masalah," kesal Nabiru kemudian.
Tak menyerah, Nabiru kini menelfon Natta, namun, Natta berkata kalau Hilmy tak bersamanya dan dirinya ada bersama Anan.
"Nggak mungkin sama Bigel. Bisa kiamat dunia kalau Hilmy sama Bigel," tapi jemari Nabiru tetap menelfon ke nomor Abigail.
"Bigel, Hilmy ada sama Lo nggak?"
"Nggak mungkin! Nggak akan, never! Lo jangan ajuin pertanyaan yang bikin gue kesel ya!"
"Oke. Calm down. Gue cuma nanya." Lalu, Nabiru memutuskan panggilannya.
"Duh, siapa lagi coba?" Nabiru menggigiti kukunya lalu tersadar bahwa ia belum menelfon Sheana. "Shea! Mungkin aja ada sama dia,"
Nabiru menelfon Sheana, tapi, sayangnya ponselnya pun tak diangkat. Tidak ada waktu lagi, Nabiru harus membereskan meja makan sebelum orang tuanya pulang. Persetan dengan Hilmy, dia akan Nabiru urus nanti.
—
"Gimana sih, kek! Katanya mau dimandiin tapi ngeluh mulu dari tadi!" Hilmy tak sengaja melewati area pemandian, ia melirik pada pemuda yang bertabrakan dengannya tadi sedang menegur seorang pria paruh baya yang ia kenal.
"Oh, kakek yang tadi?" Tebak Hilmy.
Pemuda yang sempat bertabrakan dengan Hilmy tadi terlihat menggosok belakang kakek itu dengan kasar, Hilmy langsung masuk dan menegur pemuda itu.
"Eh, gimana kakek ini gak banyak ngeluh kalau Lo gosok punggung beliau aja kasar gitu!" Emosi Hilmy tak tertahankan.
"Kakek ini udah minta dimandiin lima kali! Bayangin goblok sebanyak apa dia mandi!"
"Jaga omongan Lo! Beliau masih lebih tua dari Lo."
"Kalau gitu Lo aja anjing yang urus kakek tua ini! Gue udah gak tahan. Dan tentang omongan gue," pemuda itu mendekat, "Lo siapa sok ngatur gue? Masih gak tau gue siapa?" Lalu pemuda itu melipir meninggalkan Hilmy yang jantungnya hampir copot.
"Gila, serem juga,"
Kakek itu tersenyum, "maaf ya udah ngerepotin," ucapnya kemudian.
"Nggak kok. Ini udah pekerjaan saya sebagai relawan."
Tanpa sadar, Sheana memperhatikan gerak gerik Hilmy yang begitu lembut dan telaten dalam mengurus pasien. Ia tersenyum bangga. Sheana semakin berpikir bahwa Hilmy bukan orang yang seburuk itu.
Jam istirahat tiba, Sheana dan Hilmy bertemu di kantin. Di sana sudah penuh dengan para relawan. Hilmy yang sibuk memakan burgernya lalu keheranan.
"Mereka semua dari mana deh?" Tanyanya kemudian.
"Mereka dari sekolah dekat sini, ada yang SMP ada yang SMA, tiap Minggu hospice selalu manggil anak sekolah buat jadi relawan, sekalian ngajak belajar tentang hidup."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Us
FanfictionKisah melankolis para remaja sekolah menengah yang merasakan pahit, asam, manis-nya kehidupan dengan hati yang bergejolak bermekaran saat musim bersemi. Written by @lavidamys