Memang karena sudah menjadi kebiasaan atau karena rasa malas yang Hilmy punya, setiap pagi pemuda itu akan selalu bangun 10 menit sebelum gerbang sekolah benar-benar ditutup.Hilmy merutuk sambil memakai sepatunya lalu lebih memilih menaiki motor dibandingkan mobil.
"Bocah tengik itu bukannya bangunin gue!" Seru Hilmy mengeluarkan kekesalannya, siapa lagi kalau bukan untuk Nabiru.
"Hilmy!" Hilmy me-rem motornya mendadak. Ia melihat Sheana yang keliatannya juga sedang terburu-buru.
"Loh, belum berangkat?!"
"Barengan yuk!" Sheana tanpa aba-aba langsung duduk di jok motor Hilmy. Hilmy mengangguk saja, ia memberikan satu helm yang kebetulan selalu tergantung di motornya.
"Pakai. Pegangan yang kuat ya, gue bakal bal-"
Grepp
Sheana benar-benar memeluk pinggang Hilmy membuat pemuda itu kehilangan kata-katanya.
"Cepetan! Katanya udah telat?"
"Oke, oke."
Lalu, Hilmy membawa motornya menyisir jalanan yang-demi kerang ajaib-macetnya sangat parah.
"Gimana nih?" Tanya Sheana kemudian. "Sisa 3 menit, kita gak bisa masuk kalau gini ceritanya." Lanjutnya lagi.
Lampu jalan berubah menjadi merah dan Hilmy berhenti sebentar.
"Bolos aja nggak?" Tanyanya kemudian.
Buuk!
"Aw!" Lengan Hilmy dipukul dengan brutal oleh Sheana dan itu pertama kalinya.
"Sakit, Shea!" Pekik Hilmy kesakitan.
"Biarin! Gue udah bangun buru-buru, udah kebawa panik, masa telat juga." Kata Sheana kesal.
"Ya, maaf, kan cuma bercanda. Tapi kok Lo bisa telat?"
"Udah lampu hijau." Ucap Sheana menunjuk lampu lalu lintas. "Ayah gue nggak bangunin gue, terus malah ninggalin gue sendirian di rumah."
"Loh, sama dong!" Ungkap Hilmy, suaranya ia lantangkan agar bisa terdengar oleh Sheana. Karena sekarang mereka hanya bisa mendengar suara angin saja.
Setelah Hilmy mengendarai motornya selama 15 menit, akhirnya mereka sampai juga. Dan mirisnya, sekolah benar-benar sudah ditutup.
"Yah, gimana dong?" Ucap Sheana panik.
"Calm, gue telfon Natta dulu."
"Kenapa gak Anan?"
"Soalnya Natta masih lebih normal."
Lawakan Hilmy sukses membuat Sheana tertawa ditengah kepanikannya.
"Halo, Nat, udah masuk belum gurunya?"
"Udah dari tadi, ini lagi ujian."
Sial Hilmy lupa kalau pelajaran pertama hari ini ada ujian.
"Waduh broo, gue telat dan sekarang gerbang udah dikunci."
"Semangat,"
"Gue sengaja telfon Lo karena mikir Lo yang paling normal diantara kita anjir, berharap bisa dibantuin sama Lo. Tapi apa? Semangat? Ck, gue tutup."
"Jangan anjir! Baperan amat. Tunggu, gue tanyain pak Ridwan dulu."
"Jangan lama, gue lagi sama Sheana soalnya."
"Lo kalau mau telat gak usah bawa cewek anjir."
"Cocor Lo ya!"
Sedangkan disisi lain, Sheana sibuk menelfon Abigail.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Us
FanficKisah melankolis para remaja sekolah menengah yang merasakan pahit, asam, manis-nya kehidupan dengan hati yang bergejolak bermekaran saat musim bersemi. Written by @lavidamys