Chap 30 : The truth

6 2 0
                                    


Setelah menerima telfon dari Hilmy, Nabiru segera memesan ojek online. Tangannya bergetar hebat sampai dirinya kesusahan untuk memencet aplikasi di hpnya. Setelah berjuang selama beberapa menit, Nabiru memilih untuk merilekskan tubuhnya.

"Biru, gak papa... Natta gak bakal kenapa-napa..."

Gadis itu akhirnya menarik nafasnya panjang lalu menghembuskannya pelan, setelah itu kembali menunggu dengan sabar, ia juga sudah mencoba menghubungi Natta berulang kali. Menurut aplikasi, ojek itu sudah mengantar Natta hingga tujuannya.

Bodoh, harusnya Nabiru tau kalau Natta sedang tidak baik-baik saja. Harusnya gadis itu langsung peka. Tapi, dirinya sendiri pun kaget setelah mendengar fakta yang Hilmy lontarkan. Natta yang Nabiru tahu tak pernah sekalipun melakukan hal buruk seperti itu. Namun, Nabiru kembali tersadar, tak semua manusia mampu membuka diri pada seseorang. Nabiru cukup panik, tapi ia tetap meyakinkan dirinya.

Pip!

"Atas nama Nabiru?"

Nabiru tersadar dari lamunannya yang cukup lama setelah mendengar suara klakson motor dan seseorang yang memanggil namanya. Gadis itu segera berdiri dengan cepat.

"Oh, saya, pak," lalu ia menaiki motor itu tanpa mengkonfirmasi apapun lagi, ia juga memakai helm dengan terburu-buru. "Tolong cepat ya, pak, teman saya dalam bahaya." Tuturnya. Supir itu langsung sama paniknya, motornya langsung melaju cepat sesuai perkataan Nabiru.

Persetan dengan langgaran lalu lintas, Nabiru sudah mengambil tanggung jawab kalau-kalau mereka kena tilang, atau semoga saja tidak. Nabiru sedang tidak ingin terjerat masalah yang menghambatnya untuk bertemu dengan Natta.

Hilmy berkali-kali melirik pada Sheana yang duduk di sampingnya, lalu kembali fokus lagi pada jalanan di depannya, begitu seterusnya. Pemuda itu mendapati raut panik di wajah kekasihnya itu.

"Shea, kamu oke?" Tanya Hilmy akhirnya setelah berpikir sekian lama.

Sheana terkejut, ia berbalik dengan cepat ke arah Hilmy.

"Hah? Oh, gak papa. Cuma agak kepikiran aja,"

Hilmy tersenyum simpul. "Gak papa. Anan emang punya emosi bersumbu pendek, tapi dia gak akan berani seret temannya ke penjara cuma karena mukul orang." Seperti tahu apa yang Sheana pikirkan, ia tak segan membalas kekhawatiran gadisnya itu.

"Gimana kalau pihak Regan yang laporin?"

"Anggap aja ini balasan karena dia udah hampir bunuh Anan dulu,"

Sheana memajukan dirinya setelah terkejut mendengar penuturan dari Hilmy.

"Maksud Lo apa, Hil? Sebenarnya kalian tuh kenapa jadi gini sih? I mean, what Regan do or what you guys do?"

Hilmy mengendikkan bahunya, "cuma permainan anak kecil yang belum dewasa," jawabnya. "Dulu, Anan dan gue masih belum berpikiran dewasa dan karena masalah sepele, gue liat Anan udah habis babak belur dipukulin Regan dan dibantu temen-temennya. Gue gak terima lah anjir, enak aja mereka main keroyokan sedangkan Anan udah hampir sekarat." Timpalnya lagi.

"Jadi, Lo bantuin Anan? Lo pukulin mereka?"

Hilmy mengangguk kikuk, takut kena marah Sheana. "Pukulin temen-temennya doang biar si Regan kapok. Abis itu gue yang awalnya gak masuk ke urusan Anan Regan jadi ikut keseret. Berulang kali gue marah ke Anan, tapi kayak gak guna banget. Capek, Shea, ikutin perkataan orang keras kepala kayak Anan."

"Terus, Bigel tau tentang ini? Gimana pun mereka sahabat kan?"

"Gue gak tau ya gimana mereka bisa berantem. Yang gue inget Regan punya adik dan kata Regan, Anan udah nyakitin adik dia gitu makanya Regan dendam ke Anan."

The Journey Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang