Niat Anan ingin refreshing rasanya berubah menjadi beban. Ia sangat tidak suka suasana canggung seperti ini, bisa-bisa ia akan bawa perasaan hingga dua tiga hari walau rasanya sudah baik-baik saja. Pemuda itu bahkan hanya duduk di bangku taman sambil melirik pada para gadis yang masih asik bermain di pantai tanpa minat untuk bergabung.Tak lama kemudian, Hilmy datang dan duduk di dekatnya. Pemuda itu tak paham dengan permasalahan mereka, dan karena ini masih awal mereka berlibur, Hilmy tak mau membuat kekacauan yang membuat semuanya terasa canggung. Apalagi sampai para gadis tahu.
"Nih, kopi."
Anan hanya mengangguk menerima kopi pemberian dari Hilmy.
Terjadi hening beberapa saat sampai akhirnya Hilmy membuka suara.
"Natta tuh orangnya susah terbuka sama seseorang. Lo tau sendiri kan?"
Anan semakin tidak mood.
"Kalau mau bela dia, ke sana aja." Usir Anan kemudian.
Hilmy emosi, Anan bahkan tidak menatapnya.
"Heloo, gue ngomong sama patung kah?!" Pekiknya. "Minimal kalau ada yang ngomong tatap orangnya."
"Lo kenapa sih?! Lo bisa paham sama Natta, Lo juga harusnya bisa paham sama gue orangnya kayak gimana!" Seru Anan yang kini ikut berbalik kesal.
Suara Anan melengking sampai para gadis bisa mendengarnya. Sheana yang mendengar itu langsung menghampiri Hilmy, namun, pemuda itu ikut berdiri menemui Sheana lebih dulu sembari berkata, "kita gak papa. Cuma salah paham dikit. Jangan ikut campur dulu boleh, ay? Aku janji selesaiin ini pakai kepala dingin."
Sheana berbalik menatap Nabiru dan Abigail yang terlihat kebingungan lalu kembali menatap pada Hilmy, tak lama kemudian, ia mengangguk.
"Janji jangan berantem? Bigel mungkin bakal tetep nanyain ini nanti."
Hilmy mengangguk sembari tersenyum simpul.
"Pasti."
Setelah mengobrol sebentar dengan Sheana, Hilmy kembali ke bangku taman. Pemuda itu menarik lengan Anan tanpa izin membawanya pergi ke tempat yang lebih sepi.
Setelah sampai, Hilmy kembali bersuara, menjawab rasa penasaran Anan.
"Lo tanya kenapa gue cuma paham sama Natta tapi ke Lo malah nggak, itu salah besar, Nan." Ujar Hilmy kemudian. "Gue ajak Lo ngobrol begini karena gue paham sama Lo." Lanjutnya lagi.
"Lo pikir gue yang mulai perdebatan disaat gue cuma khawatir sama Natta?"
"Nggak gitu. Gue mau denger penjelasan dari Lo. Keluarin kekhawatiran Lo tentang Natta terus kita tolong dia sama-sama."
Anan diam tak memekik. Entah sudah berapa lama, tapi menurutnya, diantara mereka bertiga-dirinya tersadar bahwa; Hilmy adalah sosok paling dewasa diantara mereka bertiga.
Akhirnya Anan menarik nafasnya panjang, ia mulai menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dan Natta.
"Sumpah, gue gak terlalu nyinggung si Natta tapi kayaknya dia ada masalah deh." Ujar Anan setelah menjelaskan kejadiannya.
Hilmy hanya mengangguk, dirinya siap mendengarkan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Us
Fiksi PenggemarKisah melankolis para remaja sekolah menengah yang merasakan pahit, asam, manis-nya kehidupan dengan hati yang bergejolak bermekaran saat musim bersemi. Written by @lavidamys