Pagi itu datang dan Abigail memilih untuk berdiri dari posisi baringnya. Sudah sejak semalam saat ia baru pulang dari Arena dirinya terus menangis dan melakukan sesi curhat bersama mama dan papanya. Setelah perasaannya lumayan membaik, gadis itu memilih untuk membersihkan dirinya yang terasa lengket akibat tidak mandi sejak kemarin."Bigel sayang, udah bangun belum? Makan di bawah yuk sama mama papa," panggil sang mama pagi itu.
"Iya, ma, Bigel turun bentar lagi."
Setelah menyelesaikan kegiatannya, Abigail langsung turun ke lantai bawah untuk makan bersama orangtuanya.
"Gimana perasaan kamu? Udah baikan?" Abigail mengambil tempat di samping sang mama lalu mengangguk mengiyakan.
"Better than yesterday." Jawabnya sembari tersenyum.
Papa tersenyum lega, "emang gitu, nak. Masa remaja tuh gak akan afdol kalau gak ada yang namanya perkelahian, apalagi sama pasangan."
"Dibilangin bukan pasangan, pa!" Sembur Abigail membuat sang papa mengedipkan matanya ketakutan.
"Oke, oke. Apapun itu, yang penting anak papa udah baik-baik aja sekarang. Kalau butuh temen jalan sama papa aja, oke?"
"Hehe, oke papaa,"
Mama mengelus surai Abigail sembari tersenyum. "Seneng deh liat anak mama kayak gini. Jangan nangis kayak kemarin lagi ya, nak, mama sedih liatnya."
"Mama kamu nih sampai kamar langsung meluk-meluk papa loh, katanya hatinya sakit banget liat anaknya disakitin gitu. Jangan gitu kamu sama istri saya."
Abigail terkekeh pelan,"hahah, maaf kali, pa."
"Yang penting kalian berdua gak papa. Kalian berdua kan dua wanita kesayangan papa." Ujar papa. Tangannya mengelus surai kedua wanita di sana gemas.
Abigail tersenyum, lalu menatap sang mama nanar, "maaf ya karena udah buat mama nangis. Bigel gak akan nangis lagi kok, janji deh."
"Pokoknya anak mama ini gak boleh bohong sama mama papa, ingat, yang milikin hati kamu seutuhnya itu cuma mama sama papa, orang lain di luar sana aja gak boleh dapatin hati anak mama kalau belum izin sama kita orangtua kamu." Ujar mama kemudian.
Abigail tertawa, ia bersyukur karena bisa sembuh begitu cepat dan juga karena ia dikelilingi oleh orang-orang yang baik.
Sarapan pagi mereka lakukan dengan penuh canda dan tawa, setelahnya sang papa harus berangkat ke kantor sedangkan Abigail memilih untuk bersantai di ruang tamu sambil menonton televisi untuk mengawali akhir pekannya.
Abigail mengingat tujuannya, ia berpikir untuk menemui Vianka hari ini, gadis itu tau kalau sekarang Vianka sedang liburan dan berada di Indonesia sekarang. Tapi, sebelum itu ia menelfon Nabiru lebih dulu untuk meminta pendapat.
"Biru!"
"Astaga Bigel, Lo bisa santai gak sih?"
Kalau kalian tanya kenapa Nabiru hanya merespon seperti biasanya, itu karena Nabiru tahu kalau Abigail adalah orang yang cepat lupa akan apa yang terjadi kemarin. Walaupun harus menangis seharian, gadis itu akan bangkit lagi seperti biasanya.
"Sorry, hehe."
"Ada apa?"
"Jadi gini. Gue rasa gue harus ketemu Vianka hari ini,"
"Ngapain anjir?"
"Gue harus minta penjelasan langsung dari Vianka, kalau nggak, masalah ini gak akan kelar."
"Lo udah hubungin Vianka? Emang Lo punya nomornya?"
"Nggak sih. Tapi gue dapat sosial media dia dari akun kak Regan. Gue baru aja mau DM ke dia, kira-kira gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Us
FanfictionKisah melankolis para remaja sekolah menengah yang merasakan pahit, asam, manis-nya kehidupan dengan hati yang bergejolak bermekaran saat musim bersemi. Written by @lavidamys