Chap 76 : Dilema

9 1 0
                                    


Sejak dulu, Abigail selalu punya keinginan untuk masuk ke dunia fashion setelah lulus nanti. Bahkan, ia sering tak tidur demi me-research beberapa hal tentang dunia fashion yang harus dirinya terapkan di dunia sehari-hari. Rasa cintanya dengan dunia fashion tentu tak semena-mena, gadis itu sering dihasut oleh mamanya untuk ikut berbelanja barang branded, bahkan sejak kecil Abigail sering didandani oleh sang mama.

Karena sekarang adalah masa-masa terakhir mereka di sekolah, Abigail ingin berubah. Dan setelah berdebat dengan pikirannya, akhirnya Abigail mendapatkan warna yang cocok untuk rambutnya.

"Lo Bigel?! Seriusan Bigel?!" Pekik Anan masih tak menyangka dengan sosok Abigail yang berdiri di depannya. Tak ada yang berubah banyak, hanya Abigail yang tak pernah merombak dirinya yang kini merubah warna rambutnya menjadi cokelat dan merapikannya sedikit.

"Lo pikir gue siapa? Setan gitu?"

"Nggak ... Maksudnya ... Anjir, kok beda?!"

"Gue jelek, ya?" Tanya Abigail kemudian.

"CANTIK!" Tegas Anan membuat Abigail terpaku.

Gadis itu tersenyum malu sambil tertunduk.

"Pacar aku cantik banget! Kok gak bilang mau warnain rambut?! Ih kamu makin gemes deh," Anan mencubit pipi Abigail gemas kemudian.

"Sakit anjir!"

"Sorry ... Siapa suruh cantik..." Cicitnya hampir tak terdengar oleh Abigail.

"Ngomong apa?"

"Nggak, yang. Mau makan pagi dulu gak sebelum ke sekolah?"

"Boleh, kebetulan aku belum makan. Aku yang tentuin, ya?"

Anan menunduk sembari mengulur kedua tangannya ke samping memberi jalan untuk Abigail lebih dulu sambil berkata, "as you wish, princess."

Abigail tersenyum malu, tapi pada akhirnya dia jalan juga, lalu, Anan mengikutinya dari belakang.

"Cewek gue cantik gini sayang kalau gak dipamerin sih."

"Stop. Jangan aneh-aneh Lo."

"Mang Jalu! Liat cewek gue, cantik gak?!" Pekik Anan pada penjual sayur langganan di sekitar kompleks.

"Duh, dulu pantatnya masih sama-sama biru, sekarang neng Bigel udah jadi pacar A' Anan."

"Hehe, biasa aja, Bu," ucap Abigail malu. Tak lupa ia memukul lengan Anan untuk berhenti melakukan hal aneh.

"Cantik kan, Bu?"

"Neng Bigel selalu cantik, A' Anan juga selalu ganteng. Yang langgeng loh kalian, sekompleks ngedukung kalian nih."

"Siaap para warga tercinta." Lalu ia menggandeng tangan Abigail erat dan berlari ke luar gerbang kompleks.

Abigail malu setengah mati, tapi ia tahan agar Anan tak ikut malu. Mereka memilih untuk berjalan kaki seperti hari biasanya. Karena udara yang cukup dingin, mereka tidak khawatir karena kepanasan.

"Btw, Nan. Kamu gimana?"

Anan masih menggandeng tangan Abigail lantas berdehem, "Hm? Apanya?"

Abigail menatap manik Anan lama, pemuda itu terlihat bahagia, lalu, ia menggeleng, "nggak jadi," karena ia tak mau merusak kebahagiaan Anan.

"Mau es krim deh," ujar Abigail kemudian.

"Kamu nih emang aneh, ya? Cuaca mendung aja masih pengen es krim."

"Kan aku yang tentuin makanannya?"

"Entar kalau perutnya mules gimana, yang?"

"Nggak akan." Anan masih terdiam tak membalas, "aku pengen es krim, Nan! Sekali aja, ya?"

The Journey Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang