Tak berbeda dengan Nabiru—sesampainya di rumah sakit, Hilmy dan Sheana pun cepat-cepat berlari menuju meja resepsionis untuk mencari tahu di mana Regan sekarang.
"Maaf, mbak, pasien bernama Regan Raskhala Putra sekarang ada di mana, ya?"
"Sekarang ada di UGD kak."
Hilmy langsung berlari karena terlalu panik sampai lupa mengucapkan terima kasih, jadi, Sheana menundukkan kepala sebentar mewakili Hilmy lalu berlari mengikuti pemuda itu.
Sesampainya di UGD, Hilmy bisa melihat Anan yang sedang duduk termenung di depan ruangan sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Pemuda itu terlihat sangat kacau.
Hilmy mendekati Anan dan ikut terduduk di samping pemuda itu.
"Nan," panggil Hilmy pelan. Anan langsung mengangkat wajahnya, ia melega melihat Hilmy ada di sampingnya.
"Hilmy... Gue takut." Ujar Anan pelan.
"Gak papa, Nan. Sekarang Regan gimana?"
"Kata dokter Regan cuma cedera ringan dan dia bisa gak sadarkan diri cukup lama karena trauma. Maaf, Hil, gue harusnya lerai mereka lebih cepet... Gue sempat blank pas itu," jelas Anan. Suaranya juga melemah akibat lelah.
"Bigel? Bigel gimana? Shea?" Anan langsung membola, ia tiba-tiba teringat pada Abigail dan netranya berpindah pada Sheana untuk meminta jawaban.
"Bigel udah pulang, Nan. Bigel gak bakal lakuin hal buruk dan dia juga gak tau tentang kejadian ini." Ungkap Sheana membuat Anan lagi-lagi menghembuskan nafasnya lega.
"Syukur deh gak ada yang kenapa-napa. Nanti kalau Regan udah sadar Lo berdua minta maaf deh, ini itungannya udah satu sama. Walaupun bukan Lo yang kalahin Regan, tapi, gue rasa Regan juga butuh ruangnya sendiri." Anan hanya bisa menunduk mendengar celotehan dari Hilmy.
"Gue bukan larang Lo dendam sama Regan, Nan. Tapi, Lo pikir gak dengan gini banyak orang yang Lo sayang bisa terlibat. Contohnya Bigel, cewek polos yang bahkan gak tau apa-apa malah dibuat bahan dendam lo, kedua, Natta yang sama sekali gak pernah ikut campur dan sekarang malah jadi gini. Semakin Lo bertindak semakin rumit masalah, Nan. Paham gak Lo?" Lagi-lagi Anan mengangguk.
Dirinya menunduk dan tak lama setelah itu pundaknya mulai bergetar. "Maaf... Gue udah keterlaluan... Gue bahkan gak pikirin perasaan Bigel..."
"Hilmy, udah." Sheana melerai keduanya. "Anan pasti cukup paham dengan liat kondisinya yang udah kacau kayak gini,"
"Natta? Natta gimana?" Anan kembali mendongak, kali ini dirinya menanyakan Natta.
"Natta pasti aman sama Biru, Lo gak usah khawatir."
Sheana menarik nafasnya lelah. "Kalian berdua baikan deh, gue capek liat kalian kayak gini. Kemarin-kemarin enak banget diliatnya pas damai, adem banget. Anan, minta maaf lo sama Bigel. Kalau bisa jelasin ke dia masalah Lo tuh apa, gue gak paham tapi gue harap Lo bisa sadar deh."
"Iya, gue juga rencananya bakal kasih tau ke Bigel."
"Good boy. Lo udah makan?"
Hilmy menatap Sheana tajam saat gadis itu bertanya kepada Anan. Sheana langsung mengulum mulutnya dan memalingkan wajahnya ke sembarang arah menghindari kontak mata dengan Hilmy. Anan yang awalnya bertatapan dengan Sheana langsung berbalik menatap Hilmy yang duduk di sisi sebelahnya.
Hilmy langsung tersenyum canggung pada Anan, "Nan, Lo tunggu di sini ya, gue sama Shea beliin Lo makan."
"Gue ikut aja, Hil." Ujar Anan tanpa rasa curiga sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Us
Hayran KurguKisah melankolis para remaja sekolah menengah yang merasakan pahit, asam, manis-nya kehidupan dengan hati yang bergejolak bermekaran saat musim bersemi. Written by @lavidamys