Promesse: 01

839 122 15
                                    

PROMESSE: 01

"Iya, gue memang gak sebaik Nua"
- Samudera Cashel Zarquelon

{Promesse🥀}

Tidak terasa sudah terhitung 4 hari telah berlalu setelah kepergian Benua. Selama 4 hari itu Misela duduk di depan teras setiap paginya, menunggu bunga mawar merah yang biasanya datang setiap pagi kerumah, dengan pengirim atas nama Benua untuk dirinya. Selama 6 tahun berpacaran, Benua selalu mengirimkan bunga mawar merah segar setiap hari nya, Misela akan mengganti setiap hari bunga yang sudah layu dan digantikan dengan bunga mawar yang baru. Setiap hari tidak pernah terlewatkan, selama 4 tahun setiap pagi nya pasti ada seorang gadis kecil yang sekarang sudah remaja datang mengantarkan bunga mawar segar kerumah nya dengan sepeda.

Saat di Prancis, setiap pagi nya selama 2 tahun pasti ada kiriman bunga mawar merah segar di depan pintu Apartemen nya. Tentu saja nama pengirim adalah Benua. Hari-hari nya selalu dipenuhi mawar merah segar disertai ucapan kasih sayang yang diselipkan pada tangkai bunga mawar itu. Benua memang manis dan romantis, perlakuan yang ia beri pada Misela sederhana namun Misela selalu jatuh cinta setiap harinya. Tak terhitung sudah berapa lama Misela jatuh cinta berkali-kali pada Benua.

Namun, selama 4 hari ini gadis pengirim bunga sudah tidak datang lagi. Terakhir kali bunga mawar segar datang yaitu pada pagi hari, disaat Benua akan di makamkan. Itu bunga mawar terakhir yang datang kerumah nya, bunga mawar itu masih tersimpan di dalam vas kaca di dalam kamar nya. Tidak pernah ia sentuh, karna ia takut kelopak bunga yang layu akan rapuh dan jatuh jika ia sentuh. Tidak ia buang walau warna nya mulai menghitam dan mati. Tidak akan ia buang sampai kapan pun, tidak akan pernah.

Dia sadar, dia sangat sadar jika bunga mawar segar tidak akan ada lagi datang setiap pagi nya. Namun, bolehkah ia mengenang saja? Duduk di depan teras seolah-olah menunggu mawar kiriman Benua datang dan ia akan mengambil nya dengan wajah penuh senyuman dan ceria. Bolehkah ia berharap seolah waktu melempar dirinya kembali ke 6 tahun lalu saja. Misela berjanji tidak akan pernah membuang semua tangkai bunga yang layu itu, tidak akan pernah. Misela akan menyimpan semua nya, semua nya tanpa tertinggal satu tangkai pun. Bisakah Tuhan mengabulkan doa nya?.

Setetes demi setetes air mata jatuh di kedua pipi miliknya, menatap jalanan yang sepi dengan sebuah harapan yang tidak pasti.

"Kak Nua, aku rindu..." mata nya memejam perlahan hingga cairan bening itu lolos lagi dari kedua mata nya

Kedua tangan nya mengepal hingga kuku-kuku nya memutih. Dia memang lelah, namun hati nya masih tidak percaya akan kepergian Benua. Kenapa Tuhan merenggut kebahagiaan nya? Kebahagiaan satu-satunya sudah direnggut. Lalu, harus kemana ia berlabuh saat membutuhkan orang di sisi nya? Apa Tuhan memang senang melihat dirinya menderita dan kesepian. Sehingga Tuhan dengan kejam nya mengambil Benua dari sisi nya.

"Non Misel, waktunya sarapan. Ayo Bibi bantu berdiri"

Tubuh itu ringan sekali saat Bi Sekar membantu Misela berdiri. Gadis itu jarang makan selama kepergian Benua, maag sering kambuh dan Misela sering bolak-balik rumah sakit, Bibi bahkan pernah menangis karna khawatir akan kondisi gadis itu. Namun, seolah tuli, Misela tidak peduli, memang dirinya sudah sangat lelah. Sekalian saja Tuhan mengambil nyawa nya juga. Misela mau bertemu dengan Benua--dan Mama.

Bi Sekar membantu Misela duduk di kursi meja makan. Meja makan yang memiliki banyak kursi itu hanya di tempati 3 orang. Rasanya sepi dan tidak ada kebahagiaan sama sekali, hanya dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring makan, tanpa obrolan manis di pagi hari yang biasa keluarga lain lakukan. Bahkan duduk disana rasanya Misela tidak ingin, dia tidak ingin merasakan rasa sakit lagi.

Promesse || Jaemin-Ningning-Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang