Promesse: 66

365 62 24
                                    

PROMESSE: 66

"Laura Skyla Zarquelon. Cocok kan?"
- Samudera Cashel Zarquelon

{Promesse🥀}

Kedua tangan nya menyentuh kaca tembus pandang yang menghubungkan langsung ke ruang inap Sharaya. Dari luar ia mendapati Samudera yang sangat bahagia menggendong Putri kecil nya dan Sharaya. Di atas brankar Sharaya yang masih lemas juga ikut tersenyum bahagia. Sakit sekali berada di posisi ini. Dia mengelus perut nya sendiri sembari menahan tangisan yang ia tahan sejak tadi. Bagaimana mungkin ia menangis disaat orang laih berbahagia seperti ini? Merasakan cairan bening itu membasahi pipi nya, Misela segera bersembunyi dibalik dinding dan menyeka air mata nya.

Dia belum bisa memasuki ruangan itu untuk saat ini. Dia tidak mampu, walaupun dia berusaha kuat. Misela tidak mampu melakukan nya. Dia juga belum berbicara sama sekali dengan Samudera, laki-laki itu tidak keluar dari ruangan itu sejak masuk kedalam satu jam yang lalu sedangkan ia berdiri di luar menunggu Samudera keluar untuk di antarkan pulang.

"Kenapa kamu berdiri sendirian disini? Gak masuk liat Cucu saya?"

Misela mendapati Soraya yang tersenyum sambil melipat kedua tangan nya. "Sebagai Ibu nya Laura, kamu juga harus senang dong?"

Misela tersenyum. "Aku senang akan kehadiran Laura di keluarga kita. Dia cantik dan manis, aku selalu berharap dia mendapatkan kebahagiaan dari Tuhan selama hidupnya"

"Ya memang harusnya kamu doa yang baik-baik buat Laura. Dari pada disini, masuk aja kedalam"

"Laura nya mau tidur Tante. Lain kali aja, Kak Raya juga masih butuh istirahat"

Soraya menunjukkan ketidaksukaan nya begitu jelas. Misela hanya membalas ekspresi itu dengan senyuman hangat. Hingga akhirnya Soraya meninggalkan dia memasuki ruang inap Sharaya. Misela mencari tempat duduk yang sedikit jauh dari ruang inap Sharaya dan mendudukkan dirinya disana. Kapan Samudera akan keluar? Dia mau pulang kerumah.

Suara pintu terbuka mengalihkan atensi nya, Samudera menghampiri dia dan duduk disebelah nya. "Sel, Laura nama yang bagus kan?"

"Laura nama yang bagus. Kamu yang pilihin?"

"Iya, Raya belum ketemu nama yang pas tapi dia nyari nama tengah Laura"

"Nama panjang nya siapa?"

"Laura Skyla Zarquelon. Cocok kan?"

Misela mengangguk perlahan sambil menahan gejolak perih di hati nya. Dia meraih pipi Samudera dan mengusap nya dengan lembut. "Selamat ya Sam" dia berusaha mati-matian agar dia tidak menangis sekarang juga

"Kamu juga butuh istirahat Sel. Besok aja kesini lagi, Raya sama Laura nya lagi istirahat. Aku sudah minta tolong Bara anter kamu pulang"

"Kak Bara? Kamu gak anterin aku pulang?"

Samudera mengusap kepala nya. "Aku mau nemenin Raya malam ini. Kasihan kalau Mama Sora yang harus jagain semalaman. Aku anter kamu kedepan---"

Misela menggeleng. "Aku bisa sendiri Sam"

"Maaf ya Sel"

"Gapapa" Misela segera meraih tas miliknya dan meninggalkan Samudera tanpa menyebut satu kata lagi. Namun hal yang menyakitkan saat ia menoleh ke belakang, Samudera sudah masuk kembali ke ruang inap Sharaya

Misela terus menyeka air mata nya. Ia tidak boleh menangis. Tidak boleh menangis disini. Dia segera menghubungi nomor Bara. Dia tidak mau Bara melihat dirinya yang seperti ini, dia tidak mau Bara bertengkar dengan Samudera, dia tidak mau ada masalah lagi yang disebabkan oleh dirinya.

Promesse || Jaemin-Ningning-Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang