Promesse: 74

390 62 10
                                    

PROMESSE: 74

"Kamu mau kabur? Kamu kira aku percaya sama kamu yang selalu bohong sama aku?"
- Samudera Cashel Zarquelon

{Promesse🥀}

warning‼: ⚠️

Misela mengendap-endap membongkar segala tas dan laci yang ada di dalam kamar itu. Berhubung Samudera tidak ada di dalam kamar, Misela berusaha sebisa nya untuk mencari kunci gembok pagar yang Samudera sembunyikan. Dia mencari dengan was-was sesekali melihat ke arah pintu untuk memastikan keberadaan Samudera karena ia tidak mau Samudera semakin curiga jika ia menutup pintu kamar.

"Dimana kunci nya..." dia sudah panik sendiri karena tak kunjung menemukan kunci itu

"Sayang, kamu lagi ngapain?"

Misela mematung, dia mengumpati dirinya di dalam hati lalu berbalik mendapati Samudera yang bersandar di pintu sambil memegang sebotol minuman alkohol dan dua gelas kecil di tangan nya yang lain. Samudera menatap nya dengan intens, Misela melepaskan cincin pernikahan nya saat kedua tangan nya ada di belakang dan menjatuhkan nya di atas karpet berbulu.

"Aku cari cincin, tadi hilang gak tau kemana" Misela berbolak-balik lagi seolah mencari cincin yang sengaja ia jatuhkan, dia juga berusaha menggeser cincin itu sejauh mungkin dengan kaki nya

Samudera menaruh terlebih dahulu minuman dan gelas yang ia bawa di atas meja lalu mendekati Misela. "Cincin apa? Tadi kamu taruh mana?"

"Cincin pertunangan aku. Tadi--"

"Biarin hilang. Nanti aku beliin yang baru"

Misela agak kaget mendengarnya. Bukankah Samudera tau itu cincin pertunangan yang Benua kasih padanya? Kenapa dia berbicara seperti itu. Tidak mau memanjangkan masalah, Misela segera mengambil cincin tadi dan berakting seolah telah menemukan nya.

Samudera duduk di sofa dan meneguk alkohol nya beberapa kali. Misela memandangi botol alkohol itu agak lama. Di dalam benak nya terbesit sesuatu, dia bisa menggunakan alkohol itu untuk mencari tau apa yang ingin dia ketahui dan bisa juga cara untuk menghubungi Papa nya. Misela mendapati ponsel Samudera yang tergeletak di atas meja, itu satu-satu nya bantuan Misela.

Misela memejamkan matanya sejenak lalu memulai rencana nya. Dia memeluk tubuhnya agak bimbang, dia sengaja memakai cardigan tipis untuk menutupi bagian atas tubuh nya yang terbuka. Samudera memang sengaja sekali membawa kan nya baju seperti ini. Tapi demi pergi darisini dia siap melakukan apapun.

Dia membuka cardigan yang dipakai nya dengan perlahan lalu duduk di depan meja rias dan memakai lotion di tubuh nya. Dari pantulan kaca, Misela sudah menangkap Samudera yang memandangi nya dari tadi. Jantung nya berdetak begitu cepat saat Samudera mendekati dirinya lalu memeluk nya dari belakang.

"Cantik..." Samudera mencium pundak dan leher nya berulang kali

Misela mencoba meyakinkan dirinya lagi, dia pasti bisa melakukan nya. Misela tersenyum tipis lalu berdiri dan melewati Samudera begitu saja. Dia duduk di sofa dan menuangan sedikit alkohol ke dalam gelas kecil lalu meneguk sedikit nya. Samudera duduk di sebelah nya dan menarik dirinya semakin mendekat.

"Tumben mau minum?"

Misela sengaja menyibakkan rambut panjang nya ke belakang lalu mengusap lengan nya dengan pelan-pelan. "Udara nya dingin" sejujurnya Misela sudah takut dengan pandangan mata itu, menatap nya penuh nafsu seperti biasanya

Samudera meneguk alkohol itu langsung dari botol nya hingga menghabiskan cukup banyak. Mata nya sayu, dia menarik Misela untuk duduk di pangkuan nya. Kedua tangan nya sudah meraba-raba betis hingga paha Misela dan bibir nya sudah menciumi rahang, leher serta meninggalkan beberapa jejak disana.

Promesse || Jaemin-Ningning-Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang