Promesse: 48

352 67 27
                                    

PROMESSE: 48

"Raya gak mempengaruhi hubungan kalian kan?"
- Adrian Manggala

{Promesse🥀}

1 bulan kemudian.

"Misel kenapa pucet banget? Kalau capek gak usah kerja lagi. Pulang sana biar Kakak aja yang handle tugas kamu"

Misela mengangguk lemah. Kepala nya memang agak pusing, mungkin karena kelelahan. Saat memejamkan mata dia dapat merasakan Aksara yang mengusap kepala nya.

"Mau Kakak hubungi Sam aja apa? Nanti kamu pulang kenapa-napa di jalan"

"Enggak Kak, aku bisa sendiri" Misela menyentuh perutnya karna gejolak mual di perutnya kembali muncul. Dia berusaha menahan sekuat tenaga suara mual yang bisa terdengar oleh Aksara

Iya, dia belum mengatakan kehamilan nya kepada siapapun kecuali Kaleno. Misela rasa ini belum waktu yang tepat, Perusahaan Papa juga sedang sibuk melakukan proyek Resort waktu itu. Ayah dan Bunda sedang keluar kota menghadiri acara rapat besar yang diadakan lusa, dan Samudera, semakin kesini Samudera semakin menunjukkan rasa sayang nya pada Bayi itu, Misela cemburu namun...jika Misela beri tau kehamilan nya sekarang, Bayi itu pasti sedih karna Ayah nya tidak bermain dengan nya lagi.

Ponsel nya berbunyi, Misela segera mengangkat panggilan tersebut. "Iya Sam?"

"Misel---" tiba-tiba suara lain mengambil alih suara Samudera, "--Sam mau makan apa?"

Dahi Misela mengkerut. "Sam, kalian dimana?"

"Kami makan siang di restoran, tadi Raya bilang kalau Bayi nya kepingin makan siang diluar jadinya Raya hubungi aku buat ngajak makan diluar. Kamu nyusul kesini aja, kami baru pesen. Sekarang lagi jam istirahat kan?"

Misela menyentuh dada nya yang agak sakit. Mata nya berkaca-kaca, dia sedih, dia kesal, namun dia tidak bisa menunjukkan nya. Karna ini pilihan nya sendiri. "Aku--ada rapat bentar lagi. Gapapa kalian aja, aku tutup ya" Misela langsung mematikan panggilan itu

Misela segera mengambil tas dan barang-barangnya dengan kepala tertunduk. "Kak Aksa aku pulang ya, makasih karna udah izinin aku pulang"

"Kamu gapapa kan?"

Setelah mengangguk sekali, Misela bergegas keluar ruangan. Kepala pusing, perut mual, tidak selera makan, tubuh yang lemah dan emosional yang sulit di atur. Semakin lama mengandung dirinya semakin sering seperti ini. Pandangan nya kabur karna air mata di kedua pelupuk matanya tergenang dan mulai menetes melalui ujung mata nya.

Dada nya mulai naik turun, pernafasan nya mulai tidak teratur. Isakan kecil perlahan keluar dari bibir nya. Misela membuka pintu ruangan kerja itu. Saat mendapati Adrian yang duduk santai di salah satu kursi, Misela segera berlari kecil untuk memeluk Papa nya.

"Papaaa....mau peluk"

Adrian terkejut mendapati Misela yang datang dengan berlinang air mata. Belum sempat bertanya apapun tubuhnya langsung dipeluk oleh Misela. Perempuan itu menangis di pundak nya. Adrian segera mendekap Misela dan mengajak Misela untuk duduk di sofa saja.

"Ada apa Sayang? Kamu kenapa?" tanya nya sembari membersihkan sisa-sisa air mata di kedua pipi Misela

Misela mengembungkan pipi nya lalu menggeleng. "Gapapa" lirihnya

Perlahan Adrian menarik ujung bibirnya, ia tersenyum. Dia jadi teringat saat Jovita sedang hamil Misela dulu, lalu Perempuan itu mendatangi nya persis seperti yang Misela lakukan saat ini dan meminta ingin jalan-jalan.

"Apa yang buat Anak Papa sedih?"

Misela lagi-lagi menggeleng, namun air mata nya kembali mengucur deras. Adrian jadi bingung, Putri nya ini kenapa. Jika dilihat-lihat, wajah nya juga pucat.

Promesse || Jaemin-Ningning-Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang