Promesse: 58

304 61 10
                                    

PROMESSE: 58

"Jangan digigit bibirnya nanti luka lagi"
- Samudera Cashel Zarquelon

{Promesse🥀}

"Kak Kale...Kakak dimana?" dia celingak-celinguk mencari sosok itu disekitar dirinya ini. "Kak Kale?" ia menaikkan sedikit nada panggilan nya

Misela berkacak pinggang karna sama sekali tidak menemukan Kaleno. Dia berjalan lagi dan suara dorongan pintu membuat perhatian nya teralih. Dia melihat Kaleno yang meringkuk memegangi kepala nya di dekat pintu dan hampir saja tersungkur ke lantai.

Misela langsung menghampiri Kaleno tanpa memikirkan apapun hal aneh sedikitpun. "Kakak kena--"

Plak...

Kaleno menepis lengan nya dengan kasar. Laki-laki itu tidak menatap nya. "Pergi Sel, tolong tinggalin gue"

Misela semakin panik, dia menyentuh pipi Kaleno yang terasa dingin dan keringat di wajah nya. "Kakak kenapa? Kakak sakit?"

"Pergi! Gue bilang pergi!" Kaleno mendorong bahu Misela dengan pelan dan berusaha berdiri. tubuh nya merasakan sesuatu yang aneh apalagi saat melihat Misela. Kaleno sangat tidak tau apa penyebab nya, namun Misela kini dalam bahaya. "Pergi! Cepet!"

"Kamu itu kenapa Kak?!"

Kaleno mendorong tubuh itu ke dinding. Kenapa sulit sekali mengendalikan dirinya. Otak nya terus berusaha untuk tidak menyentuh Perempuan di hadapan nya ini bahkan seujung rambut pun. Namun tidak bisa, justru kini tangan nya mulai menyentuh liar tubuh Misela. Pikiran nya kacau, suara Misela yang ketakutan bahkan tak mampu ia dengar, yang ia lihat adalah bibir ranum Perempuan itu. Di otak nya terus berputar bagaimana rasanya bilah bibir itu saat bermain dengan bibir nya.

Misela sangat ketakutan begitu merasakan Kaleno yang menyentuh tubuh nya. Misela sudah tau ada yang tidak beres, tatapan laki-laki itu berbeda. Saat Misela mendorong bahu Kaleno sekuat tenaga, laki-laki itu berhasil menyentuh nya. Laki-laki itu melumat bibir nya dengan sangat agresif, Misela bahkan bisa merasakan bau anyir karena bibir nya yang terluka. Saat Kaleno meninggalkan beberapa tanda dan menyentuh nya dengan kasar pikiran nya sudah sangat kosong. Hanya air mata yang terus bergantian keluar membasahi kedua pipi nya. Kepala nya sudah begitu pening, jiwa nya seolah pergi saat Samudera berdiri di ujung sana melihat ia di posisi seperti ini.

Misela malu. Misela malu dengan dirinya sendiri. Dia malu karena tidak bisa menjaga tubuh nya dari orang lain. Dia hanya menatap kosong saat Samudera memukuli Kaleno tanpa ampun dan Sharaya memeluk dirinya. Hingga semua nya perlahan menggelap.

Misela memejamkan mata nya di iringi air mata yang mengalir terus menerus dari kedua ujung mata cantiknya. Kejadian itu sulit sekali ia hapus, dia tidak mampu menunjukkan dirinya di hadapan Samudera. Walau kini Samudera berada di samping nya dengan menggenggam tangan nya. Namun, laki-laki itu sama sekali tidak bersuara. Misela juga enggan menatapnya. Samudera pasti kecewa padanya.

"Misela..." panggilnya

Mata nya semakin perih, dada nya semakin sesak. "Maaf..." lirihnya tanpa menoleh sedikit pun

Misela merasakan Samudera mengecup punggung tangan nya dengan lembut. Lalu menarik tubuh nya untuk masuk kedalam dekapan Samudera.

"Maafin aku karna gak bisa jaga kamu"

Misela mengigit bibirnya dengan sangat kuat, tubuh nya bahkan gemetar hebat. Di dalam hati nya dia terus berucap maaf beribu-ribu kali kepada Samudera.

"Jangan digigit bibir nya nanti luka lagi"

Misela menguatkan gigitan nya hingga darah kembali merembes dari bibir nya. Saat itu juga Samudera mencium nya, Laki-laki itu membersihkan darah akibat gigitan dia tadi. Namun Misela langsung mendorong kedua bahu Samudera sehingga tautan mereka terlepas.

Promesse || Jaemin-Ningning-Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang