Promesse: 05

512 111 20
                                    

PROMESSE: 05

"Simpen aja air mata lo buat nanti, Sel"
- Samudera Cashel Zarquelon

{Promesse🥀}

kemarin ada yang komen minta up 3 kali seminggu. kalau hari ini rame, seterusnya bakal 3 kali. kalau engga...2 kali aja seminggu, sepakatt?

8 tahun lalu.

Benua baru saja sampai di sebuah komplek perumahan elite yang cukup Benua ketahui karena dia pernah kerumah teman nya kerja kelompok di komplek ini. Benua membaca lagi dm instagram dari Ruby untuk memastikan nomor berapa rumah yang Misela tempati. Hingga dia menemukan rumah gadis itu. Tidak susah dicari karena rumah-rumah disini berbeda-beda, baik dari warna atau bentuk rumah yang sudah di renovasi.

Benua turun dari mobil nya dengan membawa kantong plastik berisi buah-buahan. Tidak banyak, Benua tidak enak saja jika tidak membawa apapun ke rumah Misela. Kebetulan pagar dibuka setengah, melihat tidak ada orang, Benua langsung masuk saja. Namun, baru saja melangkah masuk suara bentakan memenuhi indera pendengaran Benua. Laki-laki itu langsung mempercepat jalan nya dan berdiri di depan pintu, ingin mengetuk, tapi ucapan kasar dari orang di dalam membuat Benua terdiam kaku.

"Kamu itu selalu menyusahkan Misela! Hidup kamu itu tidak berguna! Kamu selalu saja melakukan hal-hal bodoh berulang kali! Dasar sial! Kenapa cuma keseleo? Kepalangan mati aja kamu!"

"Diem lo! Nangis terus, pusing kepala gue! Gue capek dari kuliah, pulang-pulang nontonin drama lo ini! Diem gak!"

Benua segera menekan bel rumah, suara dari dalam seketika menyepi. Perlahan pintu dibuka oleh laki-laki yang umurnya sedikit lebih tua darinya. Laki-laki itu terkejut melihat Benua disana.

"Benua? Ngapain lo disini?" kaget Aksara

Benua hanya menunduk, menghela pelan lalu mencoba bersikap biasa saja. "Bang, ini rumah Misel kan?"

Aksara melihat ke arah belakang. Benua bisa melihat Misela dengan wajah memerah sedang menunduk di rangkul oleh seorang wanita yang cukup berumur.

"Temen nya Misel ya?"

Seorang Pria membuka pintu lebih lebar dengan senyuman ramah nya. Benua jadi memandangi Pria ini dari atas hingga bawah. Dengan orang lain seramah ini tapi dengan anak sendiri seperti iblis.

Benua tersenyum. "Iya saya temen nya Misel, Om"

"Ayo masuk dulu, sebelumnya kalau boleh tau, ada perlu apa ya?"

"Makasih Om, saya disini saja. Kedatangan Saya kesini ingin meminta maaf kepada keluarga Misela. Saya yang menyebabkan Misel seperti itu, Om, Bang Aksa. Tadi Saya kebetulan sedang datang ke sekolah ada urusan, saat di tangga Saya dan Saudara saya memang memakan jalan sehingga Misela menabrak kami dan jatuh. Sepenuhnya ini kesalahan Saya dan Saudara Saya. Jadi, Saya meminta maaf yang sebesar-besarnya"

Aksara menepuk pundak Benua dan menggeleng. "Gak perlu minta maaf, Nua. Memang Misel sering ceroboh kok, lo gak perlu minta maaf gini"

Benua hanya tersenyum. Malas menanggapi 2 manusia aneh di hadapan nya ini. Dia segera mengulurkan kantong plastik berisi buah-buahan yang ia beli kepada Adrian. "Ini ada sedikit dari Saya dan apa boleh Saya bicara dengan Misela sebentar?"

"Oh boleh kok, iya kan Pa? Dek, jangan lupa minta maaf sama Benua, ya?" Aksara mengelus kepala Misela lembut

"Makasih udah nyempetin dateng Nua. Gue masuk dulu ya? Baru balik nih, capek" Benua hanya membalas dengan anggukan

"Om juga ke atas dulu ya, masuk dulu kalau kamu ada waktu. Misel sayang, baik-baik ya sama dia, dia udah nyempetin dateng kesini, oke?"

Benua jengah, dia segera menarik tangan Misela lalu mengajak gadis itu ke halaman depan. Setelah melihat Aksara dan Adrian masuk ke dalam Benua mengangkat dagu Misela agar kepala gadis itu menatap sepenuhnya ke arah nya. Mata sembab dan wajah memerah itu yang tercetak jelas dari mata Benua.

Promesse || Jaemin-Ningning-Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang