Promesse: 02

588 102 12
                                    

PROMESSE: 02

"Itu permintaan terakhir nya Kak Nua"
- Misela Ester Manggala

{Promesse🥀}

"Sam, Ayah mau ingetin kamu, jam istirahat makan siang nanti, kita adain pertemuan sama keluarga nya Misel--"

Daniel langsung menghentikan ucapan nya melihat raut wajah Samudera yang perlahan masam dan menaruh perlahan sendok dan garpu miliknya membuat Daniel dan Camilla saling melempar tatapan. Semenjak meninggal nya Benua mereka belum sama sekali membahas ini, menurut mereka ini waktu yang tepat karena 2 hari lagi pernikahan itu akan tetap dilaksanakan.

"Ayah, Bunda. Sam gak bisa nikah sama Misel"

Sorot mata Samudera menunjukkan bahwa yang ia katakan itu sungguh serius. Ia memang tidak ingin, dia tidak mau.

"Itu permintaan terakhir Nua, Sam? Kamu gak mau penuhin nya?" suara Camilla kembali parau, jika ia menyebut nama Benua entah kenapa sesak di dada nya selalu membuat dirinya ingin menangis, dia belum terima Putra nya itu meninggalkan mereka secepat ini

Daniel beranjak dari tempat duduk nya lalu mendekat ke tempat Camilla, mengusap kedua bahu Istri nya dan menenangkan nya. Bohong jika Daniel terlihat baik-baik saja, namun dia harus kuat jika ingin keluarga nya tetap baik-baik saja.

"Kamu harus menikahi Misel, Sam. Itu janji kamu sama Nua. Semua persiapan juga udah selesai, undangan udah disebar dari lama. Pernikahan ini gak boleh batal. Ingat kata Ayah, Sam"

Samudera tertawa. "Aku tau kalian mikirin reputasi keluarga kalau ini batal. Tapi, Nua udah gak ada. Kalian pikir kalau aku yang gantiin Nua? Orang-orang akan tutup mulut? Enggak, malah memperburuk semua nya. Semua orang juga udah tau, tentang ini, fakta bahwa Benua udah pergi. Mereka pasti ngerti, setelah ini walaupun pernikahan itu di batalin. Semua akan baik-baik aja"

"Gak akan baik-baik aja Sam" Camilla menggeleng. "Misel gimana? Kamu tega liat dia setelah pernikahan nya di batalin? Walau gimanapun dia udah Bunda anggap Anak nya Bunda. Kamu harus nikah sama Misel, Sam. Demi Bunda dan Ayah, terutama Adik kamu, Benua"

"Aku ada Raya. Aku cinta sama Raya. Kalau Nua sama Misel bisa rencanain pernikahan. Aku sama Raya juga sudah rencanain itu. Bunda mau Misel bahagia? Sedangkan aku dan pacar aku yang nanggung kesedihan itu? Gak Bunda" laki-laki itu menggeleng dan ingin pergi dari obrolan menyebalkan itu

"Samudera!"

Samudera mengepalkan kedua tangan nya dan memejamkan matanya sejenak berusaha meredam emosi. Dia membalikkan tubuh nya secara perlahan. Mata miliknya beradu tatap dengan mata sang Ayah yang terlihat murka melihat kelakuan nya.

"Janji harus ditepati, Sam"

Mata Samudera memerah. Janji, janji dan janji. Kenapa Benua menyuruhnya berjanji hal bodoh seperti ini. Samudera mengalihkan pandangan dan mengatur nafas nya. Amarah nya bisa meledak kapan saja.

"Memang nya Misel mau? Dia juga gak akan mau. Dia cinta nya cuma sama Nua. Mana mungkin dia mau nikah sama Aku" ujar nya berusaha setenang mungkin

"Misela mau, dia sudah setuju"

Samudera menatap kedua orang tua nya dengan tatapan tidak percaya. Aneh, tidak mungkin Misela menyetujui pernikahan itu. "Gak mungkin! Jangan berusaha bohongi aku, Ayah! Jangan bohong!"

"Siapa yang bohong? Kalau kamu gak percaya, nanti siang kamu datang lalu temui Misel. Bicarain sama dia dan kamu tanya sendiri apa dia setuju atau enggak"

Daniel membantu Camilla berdiri lalu memanggil Pembantu untuk membawa Camilla ke kamar nya. Istrinya itu menangis lagi. Daniel mendekati Samudera menatap wajah Samudera begitu lekat. Benua dan Samudera sangat berbeda, sifat mereka sungguh bertolak belakang. Samudera sangat cepat emosi dan Daniel tau sekali Samudera itu sangat tidak suka di kekang---dan di atur.

Promesse || Jaemin-Ningning-Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang