Promesse: 09

507 92 7
                                    

PROMESSE: 09

"Kak Nua kamu yang mana Kak?"
- Misela Ester Manggala

{Promesse🥀}

Misela baru saja membaringkan tubuhnya di atas sofa ruang televisi dengan kepala menghadap ke pendingin udara. Misela memejamkan matanya dan membiarkan dingin nya AC mensejukkan tubuhnya yang lelah. Tadi Misela baru selesai memasak makan malam untuk dia dan Samudera. Kini Misela sedang menunggu laki-laki itu pulang dan mereka makan bersama.

Misela menatap langit-langit Apartemen dan membayangkan banyak hal. Pikiran nya banyak sekali akhir-akhir ini, untungnya saja beberapa dari itu sudah mulai baik-baik saja. Misela hanya takut jika Samudera bersikap seram seperti kala itu, dia takut, dia memang sudah terbiasa dengan bentakan dan pukulan namun jika Samudera yang melakukan nya, rasanya masih aneh. Karena saat Misela berkenalan dengan Samudera dulu, laki-laki itu sangat baik, saat ia menjadi kekasih Benua saja Samudera bersikap baik padanya.

Lalu kenapa sekarang sikap Samudera menjadi seperti ini? Seolah dia musuh yang harus dimusnahkan. Awal nya saja Misela sudah tidak kuat, apakah seterusnya Misela bisa bertahan? Semoga saja, ini demi Benua.

Melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat Misela bingung kenapa Samudera belum juga pulang. Dia teringat sesuatu. Misela segera berjalan ke balkon dan bersandar pada pagar penyangga. Jalan raya di bawah sana begitu ramai dengan lampu kendaraan, lampu gedung dan lampu jalan sebagai pencahayaan. Bahkan dari atas Misela bisa melihat bulan yang bersinar terang di atas sana. Langit biru gelap di hiasi bintang di beberapa titik tertentu.

"Kak Nua kamu yang mana Kak?" Misela mengarahkan jari telunjuk nya mencari-cari keberadaan bintang yang paling terang, katanya jika seseorang sudah pergi, dia akan menjadi bintang yang paling terang di atas sana

Misela tersenyum ketika menemukan bintang paling terang itu. "Kak, kamu tau, aku rindu kamu Kak? Kakak rindu aku gak?"

Misela tertawa kecil. "Kalau Kakak rindu, bawa aja aku kesana, aku mau Kak. Kapan pun itu, aku mau banget nyusul kesana. Aku mau ketemu kamu sama Mama" dia tersenyum sendu

Mama, satu kata yang sering ia sebutkan ketika dia sedih. Mama meninggalkan dia ketika dia lahir, makanya Misela tidak suka hari ulang tahun nya. Misela tidak benci, namun dia merasa, lebih baik dia saja yang pergi kala itu daripada Mama nya. Kira-kira Mama nya itu orang seperti apa ya? Misela tidak pernah bertanya kepada Adrian atau Aksara karena kedua orang itu saja enggan kepada nya. Misela pernah bertanya pada Bibi Sekar tetapi Bibi selalu ingin menangis jika membicarakan Mama, oleh karna itu Misela jadi batal menanyakan nya. Dia juga pernah bertanya pada Kakek dan Nenek, tapi mereka juga tak mau menceritakan nya, kata mereka tunggu Misela besar tapi saat ia sudah besar Kakek dan Nenek sudah tidak ada.

Yang pernah bercerita banyak tentang Mama nya adalah Ibu mertua nya, Bunda Camilla. Bunda sering menceritakan tentang persahabatan mereka dulu. Betapa baiknya Mama dan cantik nya Mama. Kata Bunda, Mama sama persis dengan dirinya. Wajah cantik yang sama dan sifat yang hampir sama. Hanya saja Jovita itu lebih beruntung dibanding dirinya, dulu ketika Kakek dan Nenek masih ada Misela mendapatkan kasih sayang dari kedua nya namun karena Kakek dan Nenek sudah meninggal, tidak ada lagi yang memberi kasih sayang seperti mereka.

Jika ditanya mengapa dia mencintai Benua. Dia juga tidak tau, Misela tidak mengerti namun hatinya sangat nyaman berada di dekat Benua. Dia sangat menyayangi laki-laki itu dan merindukan nya setiap saat. Perasaan itu muncul begitu saja ketika mereka semakin dekat dulu, dan perasaan itu semakin menjadi ketika Misela tau bahwa Benua dan dirinya akan dijodohkan. Awalnya Misela benci mendengar kata perjodohan namun saat tau orang nya Benua, Misela merasa perjodohan ini adalah takdir Tuhan yang terbaik.

Promesse || Jaemin-Ningning-Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang