Promesse: 19

483 94 13
                                    

PROMESSE: 19

"Jangan dekati saya"
- Adrian Manggala

{Promesse 🥀}

Malam telah tiba. Ibu kota semakin ramai, muda-mudi berlalu lalang di jalanan dengan berbagai macam ekspresi bahagia. Indah sekali masa remaja bukan?. Setelah berbagai masalah dari 2 hari lalu dan menyibukkan diri di kantor serta Laki-laki bernama Samudera yang juga tak pulang ke Apartemen selama 2 hari ini semakin membuat Misela menanyakan seperti apa hubungan mereka ini?.

Misela sengaja memparkirkan mobil nya di taman kota dan ia berjalan di pinggir trotoar menikmati udara malam yang begitu dingin. Mungkin jika orang-orang melihatnya, dia seperti Perempuan bodoh yang berjalan sendiri dengan wajah kelelahan. Orang-orang mungkin mengira ia Perempuan yang baru putus hubungan atau Perempuan aneh yang berjalan larut malam di jalanan?.

Ya sebenarnya bukan sore menjelang malam tetapi ini benar-benar mau tengah malam. Ia malas jika sampai di Apartemen disambut suara hening dan sunyi. Ia berasa tinggal sendiri di dunia ini, lebih baik ia dirumah Papa nya walau tak di anggap setidaknya banyak orang yang menemani dirinya. Misela ingin menelpon Samudera tetapi ia yakin Samudera hanya akan membaca nya saja tanpa membalas satu bubble chat pun.

Mata nya menangkap orang-orang ramai berkumpul di tempat duduk keramik di pinggir jalan. Merasa kepo, Misela menghampiri orang-orang itu dan berusaha melihat ada apa disana. Ah, ternyata hanya Peramal keliling yang memeriksa garis tangan setiap orang. Mengatakan hal baik yang akan menyenangkan orang lain yang pada halnya itu hanya kebohongan belaka.

Misela tau itu kebohongan namun mendengar Peramal mengatakan hal-hal ini membuat dirinya sedikit terhibur. Orang-orang yang diramal bisa membayar dengan seikhlas nya dengan memasukkan uang di dalam kaleng yang telah disiapkan.

Sedikit menarik, apa Misela iseng saja mencoba nya?.

"Hey kamu"

Semua mata tertuju padanya. Misela menunjuk dirinya sendiri. "Saya?"

Kakek tua itu mengangguk dan menyuruh nya mendekat dengan lambaian tangan. Misela menelan saliva nya gugup, wajah Kakek-kakek itu sedikit menyeramkan. Janggut tebal berwarna putih dan blankon yang ia pakai. Aduh, apakah ini kesalahan nya karna datang mendekat.

"Mana tangan kamu"

"Eh--saya cuma mau liat aja Pak hehehe"

"Mana tangan mu"

Misela pasrah saat menyodorkan tangan nya lalu berjongkok di hadapan Kakek tua itu. Misel menatap Kakek itu dan telapak tangan nya bergantian. Ekspresi Kakek itu awalnya terkejut, lalu diam dan mengangguk-angguk. Aish, memang salahnya datang kesini. Mana semua orang menatap nya menunggu ramalan Kakek itu.

"Kamu harus bertahan dan melewati nya ya?" Kakek itu tersenyum

Misela terdiam tak mengerti maksud Kakek itu. Namun ia langsung tersenyum dan berpamitan saat orang lain juga datang ingin diramal. Tak lupa memasukkan sedikit uang ke dalam kaleng yang telah disiapkan. Misela memilih kembali ke taman untuk segera pulang. Sambil berjalan dia melihat telapak tangan nya sendiri, di angkat nya ke atas lalu mencoba menerawang sendiri.

"AAA!"

Bahu nya di tepuk. Dirinya kaget dan langsung menatap nyalang pada orang di belakang nya. Laki-laki itu hanya tertawa dan memasukkan kedua tangan nya di saku celana.

"Ha? Kak Kale?"

"Ngapain lo disini?"

"E--enggak. Jalan-jalan aja. Kalau Kakak?"

Promesse || Jaemin-Ningning-Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang