Chapter 22 : Kelelahan Nora Kranz

14 8 0
                                    

Untuk menjadi pasangan kekasih sementara adalah usulan Nora. Ia sangat menyadari itu. Tetapi, ia masih harus mengatakannya.

Tak peduli apa pun situasinya, akan selalu ada batasan.

"Elias, bisakah tolong kau menahan diri menciumku di bibir?"

"Meskipun kita adalah kekasih?" Selagi Nora mengajukan banding, si pria terhormat berambut cokelat keabu-abuan pun mencondongkan diri.

"Tetapi itu adalah sebuah percobaan. Sejujurnya, aku belum mengejar kenyataannya. Mohon bersabarlah padaku."

Di saat mereka menjadi kekasih sementara, Elias mulai menciumi Nora. Setelahnya, meski jika ia berusaha untuk menciptakan jarak di antara mereka, Elias akan selalu berhasil memangkas jarak itu dan menciumnya. Nora akan selalu berusaha untuk menghentikannya, tetapi sulit untuk terus waspada sepanjang waktu. Alhasil, Nora lelah dicium sepanjang hari.

"Kalau begitu, tidak masalah selama bukan di bibir?"

"I—iya, terima kasih." Ia benar-benar ingin Elias mengurangi jumlah ciuman, atau bahkan menghapuskan mereka semua, tetapi itu merupakan permulaan yang cukup baik.

"Dimengerti." Elias mengangkat bahunya seolah ia tak punya pilihan lain.

Merasa lega karena akhirnya ia bisa sedikit tenang, Nora pun menghela napas.

Tiba-tiba saja, Elias mengulurkan tangannya dan mengelus pipinya. Kaget, Nora menatap ke dalam mata biru langitnya yang berkilauan selagi Elias menjatuhkan sebuah ciuman di pipinya.

Ia terkejut, tetapi itu hanya di pipi dan bukan di bibir. Meskipun itu sudah menjadi sebuah rutinitas yang aneh, Nora merasakan denyutan kecil di dadanya selagi ia menunggu Elias untuk menarik diri.

Tetapi sebaliknya, Elias menciumnya di pipi yang sebelahnya.

Barangkali, Elias seperti orang-orang yang khusus tentang simetri; ia tidak akan merasa puas apabila ia tidak melakukannya di kedua sisi. Nora menyadari kalau nalarnya aneh, tetapi berpikir bahwa akan berakhir dengan itu, ia pun tetap diam.

Namun, bahkan setelah mencium kedua sisi pipinya, Nora dibombardir dengan banyak ciuman.

Memang, mereka bukan di bibir.

Tetapi.

Itu mungkin bukan di bibir, tetapi bukankah ia masih mengacaukanku?

"Tu—tunggu!"

"Apa?"

"Um, tolong ampuni aku. Kumohon padamu." Merasa malu dan tidak yakin apa yang dilakukan, Nora memohon putus asa.

"Yah? Menurutmu lebih baik di bibir?"

"Apakah tidak ada pilihan yang lebih lembut?"

"Tidak. Kau tahu, aku sudah bersikap lunak." Pria terhormat bermata biru yang indah itu tersenyum.

Apa yang harus kulakukan? Aku merasa agak takut.

Nora tidak yakin jika Elias menyadari bahwa ia merasa pusing, tetapi pada akhirnya, Elias berkata sebagai sebuah kompromi, "Aku akan menciummu tiga kali sehari, kecuali di mulut."

"Sebagai gantinya, aku ingin kau menerima sesuatu dariku." Elias memberikan sebuah senyuman yang cerah untuk Nora yang benar-benar kelelahan karena semua kekacauan itu.

***

"Mungkinkah itu sebuah cincin? Ia akan melamar?"

"Mungkin tidak. Aku rasa ia sudah melamar di saat pertama kami bertemu."

(JP) MEGB,BIDRGEITFP [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang