Chapter 65 : Pengalaman Hidup Dalam Kemiskinan

9 5 0
                                    

Setelah menghabiskan makanan mereka, Allan kembali ke kediamannya sementara Elias menemani Nora pulang. Itu adalah rutinitas mereka.

Selagi mereka berjalan lesu di sepanjang jalan di malam hari, Nora mendadak mendongak ke sebelahnya dan melihat rambut cokelat keabu-abuannya bersinar di bawah sinar bulan.

"Ada apa, Nora?" Elias menyadari tatapannya dan mata biru langitnya menyipit karena khawatir.

Melihat kemegahannya yang indah, Nora pun tidak tahan untuk menghela napas.

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya berpikir kau tampak tampan."

"Jadi itu berarti kau mengagumiku?"

"Ekspresi itu ...." Elias benar, tetapi Nora merasa malu sekali hingga ia tidak bisa mengatakannya dengan lantang.

Nora memalingkan wajahnya, tetapi ia bisa mendengar tawa hangatnya.

Nora juga berpikir suaranya bagus, tetapi jika ia memberitahukan Elias itu, ia pasti akan menggodanya dan mengatakan, "Jadi kau terpesona dengan suaraku?" jadi Nora pun menyimpannya sendiri.

Ada hal-hal di dunia ini yang sulit untuk dikatakan secara lantang hanya karena itu benar.

"Jadi, ingat ketika Thor bertanya apa yang dapat dilakukannya untuk menebus apa yang terjadi sebelumnya? Aku sedang berpikir untuk memintanya membiarkanmu menjadi penyanyi untuk pesta berikutnya yang diselenggarakan oleh keluarga kerajaan."

"Apa?" Nora menatapnya kaget, tetapi mata biru langitnya menyipit dengan lembut.

"Untuk menebusnya ... padamu, kan?"

Yang Mulia telah menebus padanya dengan membiarkan perkebunan mereka menjadi pemasok jus anggur dan mengizinkannya bekerja di istana kerajaan. Tampaknya cukup aneh jika itu untuk Elias.

"Bukannya ada sesuatu yang kuinginkan. Aku hanya ingin kehebatan menyanyimu lebih dihargai."

Bukannya ada sesuatu yang kuinginkan.

Ia sudah mengetahui itu, tetapi mendengarnya secara langsung dari mulut Elias, tetap membuatnya tercengang. Putra dari seorang marquis yang bergengsi, tentunya tidak akan kekurangan apa-apa. Ia bahkan tidak punya apa-apa untuk diminta pada raja, jadi ia pastinya tidak memerlukan hadiah yang akan diberikan Nora padanya.

Haruskah aku tetap memberikannya meskipun ia tidak memerlukannya?

Atau tidak?

Tidak, aku sudah memutuskan, jadi mari lakukan itu. Jika ia mengatakan ia tidak memerlukan hadiah dari kekasihnya, maka aku tidak akan mempertimbangkannya lagi di masa depan. Paling tidak, ia harusnya bisa menerima hadiah satu ini.

Ia menyemangati dirinya sendiri dan berhasil menenangkan jantungnya yang berdebar kencang.

Baiklah, sekarang mari kita fokus mencari uang dan belajar sambil bekerja.

"Kau tidak mau?" Elias menariknya keluar dari lamunannya dan Nora menyadari bahwa Elias tampak gelisah.

"Oh, sama sekali tidak. Aku hanya merasa itu terlalu terhormat, tetapi aku memang sangat suka menyanyi."

"Begitu. Syukurlah." Elias tersenyum lega. Senyumnya begitu memesona sehingga akan membuat para wanita cantik bersaing mati-matian.

Sulit untuk mengetahui, apakah cahaya bulan yang bersinar atau Elias sendiri yang bersinar. Namun demikian, ia sangat tampan, dan itu saja membuat jantung Nora berdebar lebih cepat.

Pestanya akan diadakan sebulan kemudian. Seharusnya itu ulang tahun Elias dan Allan, tetapi mereka tidak menyebutkannya secara khusus. Yang mungkin disengaja karena mereka tidak mungkin melupakan ulang tahun mereka sendiri.

Tampaknya bahwa Nora, yang kesulitan secara finansial, tidak begitu memedulikannya, tetapi sebaliknya, itu adalah kesempatan baginya. Ia akan berpura-pura ia tidak tahu soal itu dan memberikannya hadiah kejutan.

Saat ia berpikir begitu, tiba-tiba jadi menyenangkan.

Sungguh orang yang mementingkan diri sendiri, Nora berpikir sendiri selagi ia berjalan pulang dengan suasana hati yang bahagia.

***

"Nora ... apa yang sedang kau lakukan?" Paula menghampiri Nora dari belakang, yang sudah menanam bunga sepanjang pagi.

"Aku sedang menanam bunga." Kemudian ia memindahkan tanah menggunakan sekop.

"Aku bisa melihat itu. Tetapi bukankah aku menginstruksikanmu agar mengangkut karung tepung?"

"Iya, aku sudah membawanya ke dapur. Kau menyuruhku untuk menunggu di pintu masuk dapur, jadi aku mencabuti rumput liar di dekatnya. Tukang kebun kebetulan lewat dan memberiku bibit bunga yang berlebih. Dengan seizinnya, aku menanamnya di sini."

Meskipun hanya ada sekitar sepuluh bunga pansy, mereka tampak jauh lebih cantik daripada saat mereka terhalang oleh rumput liar.

(T/N: Contoh bunga pansy.)

"Kau tidak perlu melakukan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau tidak perlu melakukan itu .... Yah, kurasa menanam bunga saja sudah bagus. Tetapi bukankah area itu penuh dengan rumput liar dan bebatuan? Darimana datangnya pagar itu?" Paula menunjuk ke petak bunga kecil dekat pagar kayu putih. Petak bunga tempat bunga pansy itu ditanam adalah apa yang dikerjakan Nora.

"Aku membangunnya dari potongan kayu dan mengecatnya. Aku hanya mencabuti rumput liarnya, memungut batu, mengolah tanah, menambahkan pupuk, dan kemudian menanam bunga."

"Kau membuatnya kedengaran mudah sekali. Kenapa kau bahkan repot-repot untuk membuat pagar?" Untuk beberapa alasan, Paula memandang rendah Nora dengan tangan di pinggangnya.

"Itu hanyalah beberapa keahlian yang kupelajari, setelah memiliki pengalaman hidup dalam kemiskinan."

"Kau pasti sangat menikmatinya sampai-sampai kau telah melupakan bagaimana berperilaku sebagai seorang bangsawan—"

"Yah, itu cerita yang agak menyedihkan, aku yakin kau tidak akan mau mendengarnya." Nora tidak berpikir bahwa kata-kata seperti itu adalah sesuatu yang harus diucapkan putri seorang pedagang pada seorang putri baron, tetapi itu adalah kenyataan, jadi ia tidak berkata lebih.

Setelah ia selesai menanam semua bunga, Nora berdiri dan meluruskan keliman gaunnya.

Paula tampak gelisah, tetapi kemudian, ia membuka mulutnya dengan ekspresi bertekad.

".... Maukah kau pergi ke Lady Melnes?"

(JP) MEGB,BIDRGEITFP [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang