Chapter 63 : Dalam Hal Didikan, Aku Lebih Seperti Orang Biasa

9 5 0
                                    

"Hari ini, aku akan menyuruhmu membawa ini dulu. Ini adalah pekerjaanmu, jadi jangan membiarkan siapa pun membantumu."

"Mengerti. Apa ini berisi makanan?" Di kaki Nora ada karung goni, cukup besar untuk dibawa menggunakan tangannya. Ia dapat melihat bahwa mereka diisi sampai penuh, tetapi ia tidak yakin apa yang ada di dalamnya hanya dengan melihatnya.

"Iya, itu kentang di dalamnya. Bawa delapan karung ke tempat penyimpanan makanan dan dua ke dapur. Tetapi jangan melewati gedung dan jangan biarkan bangsawan mana pun melihatmu. Jelas?"

"Iya. Jadi, delapan karung di tempat penyimpanan makanan dan dua karung di dapur. Apa yang harus kulakukan setelah itu?" Ia tidak menanyakan tentang jadwalnya sehari sebelumnya, jadi ia membuang banyak waktu menunggu setelah bersih-bersih. Ia ingin memastikan dan menanyakannya kali ini.

"Tunggu saja di dapur. Aku akan datang lagi. Baiklah kalau begitu, sampai ketemu nanti."

"Baiklah, sampai jumpa." Setelah mengantar Paula pergi, Nora memandangi karung goni di kakinya dan memikirkan apa yang harus dilakukan. Cara paling cepat untuk pergi ke tempat penyimpanan makanan dan dapur adalah lewat gedung, tetapi itu dilarang menurut Paula. Ia tak punya pilihan selain memutar dan berkeliling jauh.

"Aku harus menunggu di dapur, jadi aku harus pergi ke tempat penyimpanan makanan dulu. Baiklah, ayo lakukan ini!" Nora menyemangati dirinya sendiri dan mulai membawa karung-karung itu.

***

".... Nora, apa yang sedang kau lakukan?" Paula muncul di dapur, alisnya mengerut setelah melihat Nora.

"Mengupas kentang." Nora langsung berhenti mengupas, meletakkan kentang dan pisaunya dan berdiri dengan punggung yang tegap.

"Aku menyuruhmu untuk membawa karung goni, kan? Bahkan jika kau kira kau sudah sampai di dapur lebih awal, itu bukan berarti kau boleh mengupas kentang sesukamu."

"Iya, aku sudah selesai membawakan karungnya ke tempat penyimpanan makanan dan dapur seperti yang kau instruksikan. Aku sudah menunggu di dapur untuk beberapa saat sekarang, dan berpikir apa yang dapat kulakukan sembari menunggu." Jadi ketika ia bertanya kesana-kemari di dapur, mereka memintanya untuk membantu mengupas kentang, dan ia telah melakukannya sejauh ini. Ia tidak tahu kapan Paula akan datang, tetapi ia memang berjanji untuk membantu dan berpikir tidak masalah jika ia berhenti sekarang.

"Kau tidak bisa membawa semuanya begitu cepat. Apa kau meminta seseorang untuk membantumu lagi?"

"Tidak, aku membawanya sendirian."

"Terus, bagaimana kau bisa melakukannya dengan begitu cepat? Bahkan satu karungnya sudah cukup berat."

"Itu memang berat, jadi aku hanya bisa membawa dua sekaligus. Jadi aku meminjam gerobak dorong dari tukang kebun dan menggunakannya."

"Gerobak dorong? Kau licik." Paula berteriak dengan nada yang agak mengejek, dan beberapa pasang mata menoleh padanya, meskipun ia berdiri di ujung dapur.

"Kau bilang aku tidak boleh minta bantuan, tetapi kupikir tidak apa-apa menggunakan alat. Dan biarpun mereka berada di dalam karung goni, kurasa tidak seharusnya aku membiarkan kentang-kentangnya berada di luar terlalu lama." Karungnya berpori jadi ada risiko terkena matahari. Nora menganggap penting baginya untuk mengangkut mereka dengan cepat.

"Kenapa kentangnya tidak boleh tinggal di luar terlalu lama?" Terkejut mendengar pertanyannya, Nora mengejapkan matanya bingung.

"Kalau kentangnya terkena sinar matahari, kulitnya akan menghijau. Akan berbahaya jika orang memakannya dalam keadaan itu. Sedikit terekspos oke, tetapi bagaimanapun juga, itu sesuatu yang dimakan bangsawan di istana kerajaan. Jadi untuk amannya, aku meminjam sehelai kain dan sebuah gerobak dorong untuk mengangkut mereka."

Saat ia membeli kentang di pusat kota, ia akan melihat bahwa beberapa kentangnya sudah berubah hijau. Ia pernah hampir membelinya, tetapi penjaga toko yang dikenalnya memperingatkannya soal itu.

"Paula adalah putri seorang saudagar terkenal. Ia tidak pernah membeli kentang, jadi ia tidak tahu banyak soal mereka, apalagi mengetahui bagaimana cara mengelolanya." Seorang pria, yang sepertinya koki di dapur sudah berdiri di sampingnya tanpa disadari, berkata sambil tertawa.

Pipi Paula berkobar karena amarah, memelototi si koki dan Nora.

"Baiklah. Kalau begitu kupas seratus kentang. Selesaikan sebelum makan siang. Kemudian siapkan wortel dan bawang. Tanya orang itu untuk lebih detailnya."

Melihat Paula berbicara penuh dendam, si koki pun tertawa bahkan lebih keras.

"Itu semua sudah selesai. Kentang sekaligus wortel dan bawangnya semua sudah dipotong. Sebenarnya, kau pandai dalam apa yang kau lakukan dan kau sopan, jadi aku bisa benar-benar menggunakan bantuanmu setiap hari seperti ini."

"I-itu tidak mungkin benar. Ia masih mengupas." Ia menunjuk ke kentang dan pisau yang diletakkan Nora.

"Itu untuk malam hari. Omong-omong, itu adalah potongan yang rapi .... Apakah itu pisaumu sendiri?"

"Tidak, ini dari sini, tetapi agak berkarat dan tumpul jadi aku mengasahnya."

Itu barangkali pisau yang tidak biasanya mereka gunakan. Jika pisaunya tidak cukup tajam, itu akan menunda pekerjaannya dan potongannya tidak akan kelihatan bagus juga. Ia menemukan batu asahan jadi ia menggunakannya untuk mengasah pisaunya dengan ringan.

"Kau mengasah pisaunya? Bukankah kau seorang bangsawan?"

"Aku terlahir bangsawan, tetapi kurasa, aku lebih seperti orang biasa dalam hal didikan." Ia berujar sungguh-sungguh, tetapi mata si koki terbelalak kaget dan setelahnya ia tertawa terpingkal-pingkal.

"Banyak nona aristokrat yang sering datang untuk pelatihan, tetapi sebagian besar dari mereka egois dan memandang rendah pelayan lainnya .... Ia pasti berpikir bahwa sama saja kali ini, jadi ia menyuruhmu mengupas segunung sayuran. Kau sudah kalah kali ini, Paula."

Paula tersenyum tetapi segera memalingkan mukanya, bibirnya cemberut.

"Um, Paula." Nora memanggil. Ketika Paula berbalik, wajahnya dihiasi semburat kemerahan.

"Oke, baiklah. Aku minta maaf. Aku kira nona egois lain dari bangsawan datang kemari untuk perjodohan. Aku juga dengar bahwa ia menggunakan koneksinya dengan Lady Melnes untuk datang kemari dan aku cemburu. Maafkan aku!"

Nora mengejapkan matanya bingung selagi ia memerhatikan Paula terengah-engah seolah ia sudah berteriak sekuat tenaga.

"Kancingnya hampir copot."

"Apa?"

Kancing di lengan pakaian gaun Paula menjuntai dari seutas benang yang longgar, sepertinya akan lepas.

"Oh, sepertinya begitu. Terus, kenapa?"

"Jika tidak masalah denganmu, aku bisa memperbaikinya."

"Kau bisa? Sekarang?"

Nora mengeluarkan kantong kecil dari sakunya selagi Paula mengerutkan alisnya semakin dalam.

"Aku membawa peralatan menjahit bersamaku, untuk keperluan darurat."

Mulut Paula menganga kaget sementara Nora tersenyum. Koki itu bertepuk tangan sambil tertawa histeris.

(JP) MEGB,BIDRGEITFP [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang