Chapter 71 : Satu Hal yang Perlu Kau Pelajari tentang Pria

10 6 0
                                    

"Yah, kalau kau percaya diri dan angkuh, maka kau tidak akan jadi dirimu. Selain itu, tak ada lagi yang perlu mengetahui betapa menawannya dirimu, jadi tidak masalah." Elias berkata sewaktu akhirnya ia melonggarkan pelukannya pada Nora.

Melihatnya berjalan menjauh darinya dengan cepat, Elias terkekeh. "Biar kukatakan dengan cara lain, supaya kau mengerti lebih baik .... Bahkan dengan penampilanku, status, dan kekayaan, aku jatuh cinta padamu. Sekarang, apabila ada orang lain sepertiku yang muncul, bukankah itu gila?"

Keterlaluan untuk mengatakan bahwa ia punya tampang, status, dan kekayaan, tetapi itu benar, sehingga Nora tidak dapat membantahnya.

Namun, Nora yakin dengan penjelasannya dan mengangguk mengerti.

"Memang. Dunia ini sangat luas,jadi pasti ada orang eksentrik dimana-mana."

"Aku tidak bermaksud bahwa aku adalah orang yang eksentrik ...."

"Oh, bukan itu maksudmu?"

Elias terlihat kecewa, tetapi kemudian merilekskan alisnya yang mengerut.

"Yah, tidak jadi soal apakah aku orang eksentrik atau aneh atau yang lainnya. Selama kau berada di sisiku."

Sekali lagi ia mengatakan sesuatu yang memalukan tanpa mengedipkan mata. Nora merasa terganggu saat ia berjalan di sampingnya, tetapi Elias mendadak terdiam.

"Katakanlah, Nora .... Apa yang akan kau lakukan jika aku diusir dari keluarga Callum?"

Mata Nora mengerjap mendengarkan pertanyaan dadakan itu.

"Diusir? Apakah mereka tidak mengakuimu atau sesuatu?"

"Tidak, sama sekali tidak. Itu hanya pengandaian."

Hanya pengandaian?

Tetap saja, ini cukup mengkhawatirkan.

Apa yang terjadi?

"Hm, coba kita lihat .... Kau memiliki ketampanan dan pintar, jadi kurasa, kau bisa mencari nafkah sebagai pedagang."

Begitu ia mengatasi aspek-aspek yang sulit, ia pasti akan menjadi pedagang yang sukses .... Tetapi, membayangkannya demikian, tidak cocok untuknya.

"Lalu, bagaimana kalau aku menggantikan Marquis?"

"Aku rasa, kau akan menjadi marquis yang hebat."

Ia membayangkan Elias akan bisa memanfaatkan tampangnya dan menjadi besar sebagai seorang pedagang, tetapi menjadi seorang aristokrat tentu lebih cocok untuknya.

"Kalau begitu ... akankah kau tetap berada di sisiku?"

"Apa?" Nora bingung sejenak dan berhenti di jalannya. Mata biru langit Elias terpantul di matanya selama beberapa waktu hingga jarak di antara mereka perlahan-lahan menyempit dan ia mencium keningnya.

"Aku harus pulang. Selamat malam, Nora. Aku mencintaimu."

***

"Selamat datang, Nora. Kau sudah bekerja keras. Apa kau mau teh?" Perre menyambut Nora segera setelah ia sampai di rumah. Ia menurunkan buku yang sedang di bacanya dan bangkit dari sofa.

"Aku pulang. Tentu, aku mau minum teh." Nora menjawab dan Perre langsung pergi ke dapur.

Nora duduk diam sendirian di sofa dan menarik napas dalam-dalam.

Jika Elias menjadi marquis selanjutnya, maka orang di sampingnya akan menjadi marchioness berikutnya.

Itu juga yang Allan katakan padanya. Ia mungkin bermaksud agar Nora harus mulai memikirkan tentang masa depannya dengan Elias.

Tetapi bagaimana bisa seseorang seperti Nora, yang tidak ada bedanya dari rakyat jelata, menjadi marchioness berikutnya? Jika itu terjadi, kemungkinan akan sulit baginya untuk terus bernyanyi.

Apakah aku akan baik-baik saja dengan itu?

Nora masih belum merasa layak untuk berdiri di samping Elias. Apabila ia memutuskan untuk bersamanya, ia harus bersiap untuk membuang semua yang lainnya ... tetapi ia masih belum siap.

"Apa yang harus kulakukan?" Ia menggumam, hampir di saat yang sama Perre meletakkan cangkir teh di atas meja.

"Apa yang terjadi? Apa kau bertengkar?" Perre menangkap ucapannya selagi ia mengangkat cangkir tehnya ke mulutnya.

"Tidak ...." Kami tidak bertengkar.

Ia tidak memiliki pendapat yang kuat tentang apa pun, jadi tidak ada yang mereka perdebatkan.

"Terus, apa kau sedang memamerkan hubunganmu?"

"Tidak."

Untuk beberapa alasan, ia bisa mengetahui bahwa Perre tidak sedang mengolok-oloknya.

"Kalau begitu, gampang. Kau hanya perlu memperlakukan Elias dengan baik."

"Huh? Bagaimana kau menyebut itu sebagai solusi?" Ia menyeruput tehnya. Rasa yang akrab sedikit demi sedikit menghangatkan tubuhnya.

"Maksudku, kau mencemaskan sesuatu, kan? Kalau begitu, cukup beritahu Elias soal itu. Katakan sesuatu seperti, 'Ada sesuatu yang menggangguku, apa yang harus kulakukan?'"

"Huh? Bukankah aku hanya akan membuang masalah itu padanya? Bukankah itu jahat?"

Bukankah itu sama dengan menyerahkan pengambilan keputusan padanya?

"Yah, kalau itu orang lain, ia pasti merasa itu menyebalkan, tetapi selama itu dirimu, aku yakin ia akan senang jika kau berbagi kesedihanmu."

"Maksudmu, ini menjengkelkan, kan?"

"Seperti yang kubilang, kalau itu orang lain, ia akan merasa itu menyebalkan. Namun kau adalah pengecualian."

Perre mungkin sedang mencoba mengatakan tidak apa-apa karena mereka adalah kekasih. Tetapi jika yang satu terus mengganggu yang lainnya, bukankah mereka pasti akan kehilangan kasih sayang terhadap satu sama lain?

Tak kuasa menahan rasa frustasinya, Perre menurunkan cangkir tehnya. "Biar kujelaskan begini. Satu hal yang perlu kau pelajari tentang pria adalah bahwa mereka senang ketika wanita yang mereka sukai mengandalkan mereka. Ingat itu, oke?"

"Huh."

Flora telah mengatakan sesuatu yang mirip sebelumnya. Memang, jika ia lebih bergantung pada Elias, segalanya mungkin akan terpecahkan, entah itu tentang perbedaan status sosial mereka maupun sikap mereka.

"Tetapi aku tidak mau memanfaatkannya atau hanya bergantung padanya. Aku ingin berdiri sejajar dan menghadapinya."

Aku tidak ingin berkompromi hanya karena ada perbedaan besar di antara status sosial dan penampilan kami.

Kalau tidak, Nora tidak akan lebih dari sekadar boneka yang bisu.

Selagi ia mendengarkannya, Perre tidak tahan untuk mengangkat bahunya sambil menghela napas.

"Itulah yang membuat frustasi tentang dirimu, kau tahu .... Tetapi Elias mungkin sudah mengetahui itu. Jadi teruslah menggoda sesuka hatimu."

"Kenapa kau tiba-tiba membicarakan soal menggoda?"

Bukankah kita sedang membicarakan apakah aku harus lebih bergantung padanya?

Tetapi Perre tiba-tiba berdiri dengan cangkir teh di satu tangan. "Intinya adalah ... aku juga mau berkencan."

Nora tidak bisa melakukan apa-apa selain menyaksikan Perre tertawa riang saat ia pergi.

(JP) MEGB,BIDRGEITFP [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang