Chapter 2 : Rupanya, Aku Sudah Bertunangan

83 14 0
                                    

"Nora, kau pulang lebih awal. Bagaimana dengan pesta malamnya?"

Duduk santai di atas sofa model kuno, ayahnya menyambut Nora pulang. Dalam hal ini, maksud kuno bukan berarti antik. Memang hanya sudah tua dan compang-camping.

Tidak tampak seburuk itu dengan sarung sofa buatan tangan ibunya, tetapi di saat ia duduk di atasnya, ia merasakan benjolan-benjolan misterius. Ini menjelaskan, mengapa ayahnya bersandar agak canggung.

"Aku dipermainkan oleh beberapa pemuda bangsawan. Merepotkan, jadi aku pulang ke rumah. Bukankah kau sudah menduganya? Hobimu buruk sekali."

"Kenapa, itu terdengar mengerikan." Selagi menghiburnya, ayahnya mulai menyeduhkan secangkir teh untuknya.

Tidak ada pelayan di rumah si Baron miskin, jadi ayahnya yang mengerjakannya sendiri. Lebih seperti, ia harus melakukannya sendiri. Namun, ayahnya yang lembut ini suka sekali mengerjakan tugas rumah, jadi, biarpun mereka punya pelayan, tampaknya, ia tetap akan menyeduh sendiri tehnya.

Setelah menerima teh berwarna terang itu dikarenakan beberapa menit tehnya diseduh, Nora pun menghela napas.

Setelah waktu itu, kedua pemuda bangsawan itu, yang sepertinya adalah saudara kembar, mulai beragumen satu sama lain, jadi Nora bergegas melarikan diri. Melakukan hal semacam itu di antara mereka sendiri, ia penasaran, apakah itu adalah suatu kelakar. Tidak peduli seberapa miskin keluarganya, paling tidak, semestinya mereka bisa menarik garis di antara mana yang benar dan salah. Seharusnya, mereka membatasi gurauan mereka untuk diri mereka sendiri.

Dan setelahnya, seorang pemuda terhormat bernama Elias, yang matanya sebiru langit itu, menggenggam tangan Nora dan dengan putus asa bersikeras bahwa ia serius. Ia tidak sanggup menebak bagaimana musibah ini akan berakhir, dan hanya ingin segera pulang ke rumah.

"Aku tidak mengenalmu, jadi mustahil bagi kita untuk bertunangan. Jika kau sungguh menginginkannya, aku sarankan kau mencari seorang teman untuk bertunangan." Mengatakan demikian, Nora menghempaskan tangannya dan cepat-cepat meninggalkan keramaian.

"Pertama-tama, bagaimana bisa ia melancarkan gurauan semacam membatalkan pertunangan dengan seseorang yang belum pernah ditemuinya? Dan di hadapan khalayak ramai pula. Benar-benar tidak masuk akal."

"Membatalkan pertunangan?"

"Benar. Ia mengaku bertunangan, tetapi ia jelas-jelas berselingkuh dan bahkan membuatnya seolah-olah ia mencampakkanku. Apakah ia kira, ia punya hak melakukan itu hanya karena ia berasal dari Kediaman Marquis?!"

Untuk menghilangkan suasana hatinya yang buruk, ia menghabiskan tehnya sekali teguk. Teh yang diseduhkan ayahnya dalam suhu yang sedang, sehingga ia bisa meneguknya langsung dan cepat, kelakuan yang tidak akan kau duga dari seorang putri bangsawan.

"Marquis? Marquis mana?"

"Yah ...." Ia tidak bisa menjawab ayahnya karena ia tidak memerhatikannya waktu itu.

"Aku rasa, aku tidak mendengar namanya. Seorang pria dengan rambut cokelat keabu-abuan dan bersamanya seorang gadis cantik berambut pirang. Gadis itu juga pasti bagian dari lelucon ini. Senyum seramnya sungguh mengganggu."

"Rambut cokelat keabu-abuan .... Apalagi yang kau ingat tentang si Marquis?"

"Tak ada yang spesial tentangnya. Wajahnya tidak jelek, tetapi ia memasang tampang cemberut sepanjang waktu. Dan, oh, saudara kembarnya juga ada di sana."

"Saudara kembar?"

"Wajah dan rambutnya sama, tetapi matanya berbeda warna. Ia juga mengajukan lamaran pertunangan padaku .... Aku benar-benar tidak sanggup mengikuti cara bermain para bangsawan kelas atas ini."

Mengambil teko teh dari ayahnya, Nora mengisi cangkirnya lagi. Mengingat-ingat apa yang terjadi, membuatnya ingin minum untuk melupakannya. Karena tidak ada daun teh yang ditambahkan, tehnya nyaris sebening air.

"Nora, itu, mungkin bukanlah suatu gurauan ...."

"Apanya?" Ia bisa melihat kalau raut muka ayahnya memucat. Walaupun ia terlibat dengan Marquis, ia tidak merasa itu sesuatu yang patut dikhawatirkan bagi ayahnya, karena itu kan tak lebih dari sebuah lelucon.

"Ia mungkin adalah tunanganmu."

"Apa? Tetapi, aku tidak bertunangan dengan siapa pun."

"Kau mungkin tidak menyadarinya Nora, tetapi sebenarnya kau sudah bertunangan."

"Apa? Tolong jangan memutuskan itu sendiri. Pertama-tama, memangnya ada bangsawan yang ingin menikahi putri seorang Baron miskin? Yah, mungkin pedagang biasa?"

Tak peduli seberapa miskinnya, paling tidak, ia menginginkan seorang bangsawan. Ia pernah mendengar, demi menjalin koneksi dengan para bangsawan, pedagang-pedagang kaya mencari putri bangsawan untuk dijadikan sebagai pengantin mereka.

"Putra dari Marquis Callum."

"Dari Keluarga Marquis Callum, katamu .... Bangsawan kelas atas, bukankah ia seseorang dengan status bergengsi dan kaya raya? Apakah kau bermimpi?"

Didorong hasratnya menikahkan putrinya ke keluarga yang baik, apakah ayahnya sedang berilusi?

"Proposal pertunangannya datang langsung dari Kediaman Marquis. Tunanganmu adalah Allan Callum."

"Apa yang sedang kau bicarakan? Jika aku bertunangan, kenapa aku tidak diberitahu?"

"Itu juga merupakan permintaan dari Marquis. Aku menerima pemberitahuan yang menyatakan bahwa, pihak luar juga tidak boleh diberitahukan hingga waktu yang tepat."

"Apa-apaan itu .... Kalau begitu, apa gunanya bertunangan? Dan kenapa juga aku?!"

Ia tidak pandai bersosialisasi di kalangan para bangsawan. Seseorang yang baik dalam menemani orang-orang tua, atau seseorang yang handal dalam menjaga anak hilang akan jadi pilihan yang lebih sesuai.

Ia suka bekerja paruh waktu sebagai penyanyi di sebuah restoran, yang mana dianggap bukanlah hal yang semestinya dilakukan oleh seorang putri bangsawan.

Sayang sekali, ia sama sekali tidak punya kualitas yang menguntungkan bagi Marquis.

"Aku juga tidak tahu. Tetapi, aku tidak bisa menentang Marquis Callum. Jika kau menikah ke Keluarga Marquis, aku kira, itu tidak akan jadi kerugian bagimu."

"Kalau begitu, itu bukanlah suatu gurauan? Ia benar-benar berniat membatalkan pertunangannya?"

Aneh sekali karena pertunangannya sudah batal bahkan sebelum ia mengetahui ia telah bertunangan.

"Kau bilang, si pria terhormat dengan rambut coklat keabu-abuan itu punya saudara kembar, jadi sepertinya, ia adalah putra Marquis Callum. Tidak salah lagi." Mengembuskan helaan napas besar, ayahnya menundukkan kepalanya.

"Dengan begitu banyak orang yang hadir, ia membatalkan pertunangannya. Karena sudah jadi begini, baguslah kalau kau menyetujuinya."

Daripada memikirkan tentang kehilangan koneksi dengan si Marquis, ayahnya lebih mencemaskan dirinya. Itu yang membuat hati Nora dipenuhi kehangatan.

"Tidak apa-apa. Si tuan muda itu juga bilang padaku kalau ia sudah mengajukan dokumen pembatalan pertunangannya, jadi kami tidak perlu bertemu lagi."

"Tetapi, itu merusak reputasimu."

"Lagipula, aku hanyalah putri seorang Baron miskin, jadi tentu saja tidak ada satu pun bangsawan yang ingin menikahiku. Tolong jangan mencemaskannya."

Keluarga Kranz akan diwariskan pada saudara lelakinya, dan Nora sendiri tidak keberatan menikahi seorang pedagang kaya raya.

Itu adalah kesimpulan Nora, dan semestinya, itulah akhirnya.

(JP) MEGB,BIDRGEITFP [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang