Chapter 62 : Sopan Santun adalah yang Paling Penting

9 5 0
                                    

"Mejanya kembali ke warna aslinya."

"Memang sulit untuk menghilangkan semua debu di atasnya karena sudah berkerak. Aku pikir, kemungkinan karena noda minyak."

Meja yang compang-camping dan suram itu telah sepenuhnya mendapatkan kembali desain serat kayunya yang indah.

"Sarung sofanya juga ... seingatku itu pudar ...."

"Sebenarnya bukan pudar. Hanya saja debu dan kotorannya menumpuk. Aku mengibaskan semua debunya menggunakan sehelai kain."

Desain putih dan bunga ungu di kain merah muda itu kini terlihat jelas.

"Aku pikir, catnya sudah mengelupas di ambang jendela."

"Iya, sudah, jadi aku mengambil cat dan mengecat ulang. Aku pikir, sudah kering, tetapi untuk jaga-jaga, tolong berhati-hatilah."

Nora menggunakan warna yang lebih kekuningan ketimbang putih bersih, dan itu tampak lebih baik dari aslinya.

"Gordennya putih. Apa kau menggantinya?"

"Tidak, itu keabuan karena debu, jadi aku hanya mencucinya. Mungkin masih agak lembap sih."

Walaupun terlihat kering, itu kain yang lumayan lebar. Mungkin masih belum sepenuhnya kering.

"Ruangannya juga wangi."

"Setelah mengangin-anginkan ruangannya, aku mengambil bunga dari tukang kebun. Ini aroma hyacinth."

Ia telah membagi hyacinth putih dan ungu dan menaruh satu di tiap sisi sofa supaya simetris.

Nora berpikir ia sudah melakukan yang terbaik, tetapi Paula anehnya tampak tegas.

"Apa ada masalah?"

"Lebih seperti pertanyaan daripada masalah. Banyak sekali pertanyaan, sebenarnya .... Pertama-tama, dimana kau mencuci gordennya? Dilarang mencuci dari sumur terdekat di sini." Paula menatapnya tak percaya, tetapi Nora hanya mengangguk.

"Iya, aku sudah dengar aturan seperti itu, jadi aku pergi ke sumur dekat pintu belakang. Kita boleh mencuci di sana, kan?"

"Kau tahu soal itu? Kau pergi sepanjang jalan ke sana meskipun itu lumayan jauh dari sini?"

"Itu jalan yang panjang berdasarkan tur yang kau berikan padaku, tetapi ada jalan pintas jika aku melewati dapur dan itulah yang kulakukan."

"Jalan pintas? Aku tidak pernah memberitahumu soal itu."

"Iya, tetapi kau menunjukkanku denah lantainya sebelum kita berkeliling sekitar istana. Berdasarkan itu, aku tahu bahwa dapurnya berada di tengah dua sumur ... jadi aku lewat dapur. Tetapi, apakah ada masalah dengan itu?"

Ada aturan dasar tertentu untuk setiap lingkungan kerja. Jika seorang pendatang baru tidak mengetahuinya dan melanggarnya, itu akan menyebabkan masalah, jadi Nora melewati dapur dan menunjukkan sopan santun pada tukang kebun yang sedang memelihara bunga juga kepada ksatria yang lewat.

Hal pertama yang paling penting dalam pekerjaan baru adalah menunjukkan sopan santun. Nora adalah pejuang kerja paruh waktu veteran, jadi tentu saja ia familier dengan itu dan mengetahuinya dengan baik. Menunjukkan sopan santun terbukti menguntungkannya; mereka membantunya membawakan gorden dan bahkan membagikan beberapa bunga dengannya.

"Tidak masalah .... Jadi, darimana kau mendapatkan catnya?"

"Tukang kebun memintanya pada salah satu staf perbaikan. Warnanya adalah kebijakanku sendiri sih. Aku pikir akan lebih baik untuk menggunakan warna itu demi menyesuaikan dengan keadaan sekitar daripada mengecat ulang dengan warna putih bersih."

Mata Paula jadi semakin menyipit, dan ia sepertinya sudah hampir memejamkan matanya sepenuhnya kapan saja.

"Apakah lebih baik untuk mengecat ulang semuanya dengan warna putih bersih?"

Kemudian Paula menghela napas dalam-dalam hingga kelopak bunga hyacinth nyaris berguguran.

"Tidak, tidak juga. Hanya saja, kau tidak perlu mengecat ulangnya. Aku hanya memintamu untuk membersihkan ruangan ini."

"Oh, maafkan aku. Aku bertindak sendiri. Mari kita ubah lagi. Aku rasa kita bisa mengikis catnya dengan menggunakan kuas penggosok."

"Tidak perlu, ini indah—" Paula sudah melambaikan tangannya untuk menepis usulannya, tetapi untuk beberapa alasan, ia buru-buru menutupi mulutnya.

"Baiklah. Kalau begitu, ada lagi yang perlu kubersihkan?"

"Tidak ada lagi. Itu saja untuk hari ini. Silakan datang lagi besok."

"Terima kasih." Selagi Nora tersenyum, Paula memejamkan matanya lagi dan menghela napas.

***

Keesokan harinya, Nora tiba sedikit lebih awal daripada waktu yang ditentukan, jadi ia dengan cepat mengganti pakaiannya dan menunggu di tempat pertemuan, pintu untuk para pelayan. Selain pelayan, orang-orang dari dapur dan pemasok makanan juga hilir-mudik dan ternyata sangat ramai. Setelah menyapa mereka, Paula tiba tak lama kemudian sebelum waktu yang ditentukan.

"Begitu. Begitulah caramu membuat orang membantumu. Itu mungkin baik-baik saja di kota, tetapi tidak di istana. Berhati-hatilah."

Paula juga mendidik Nora pagi ini.

Aku merasa sangat bersyukur!

Memang penting untuk saling membantu, tetapi Nora, yang setengah dari orang yang semestinya, tidak boleh bergantung pada mereka selamanya atau ia tidak akan pernah berkembang. Seperti yang dikatakan Paula, ia harus menguatkan dirinya sendiri dan bekerja dengan sekuat tenaga.

"Mengerti! Aku harap dapat bekerja sama lagi denganmu hari ini." Melihat Nora menjawab dengan riang, Paula mengerutkan alisnya dengan sedikit cemberut.

(JP) MEGB,BIDRGEITFP [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang