Chapter 57 : Ia Menyuruhku Agar Lebih Memerhatikannya

13 6 0
                                    

"Sepertinya, kau dan Elias akur."

Allan berkata sewaktu mereka berjalan bersama menuju kerja paruh waktunya. Ia menyeringai, jadi Nora bertanya-tanya apakah Allan sedang menggodanya.

"Aku tidak akan membantah itu, tetapi ... aku tidak yakin semuanya baik-baik saja."

Nora berpikir bahwa, Elias mungkin tergila-gila dengannya karena ia tidak seperti wanita lainnya, dan takut kalau ia mungkin segera bosan padanya. Bukannya ia meragukan Elias, tetapi tak ada yang bisa diperbuatnya jika itu terjadi. Bagaimanapun juga, status mereka dan segala sesuatunya bagaikan terpisah dunia.

"Aku bisa tahu hanya dengan melihat Elias. Agak menjengkelkan melihatnya dalam suasana hati yang baik sepanjang waktu, tetapi memang lebih baik daripada melihatnya cemberut."

Seorang pria muda dengan wajah yang sama seperti Elias, tetapi dengan rambut cokelat keabu-abuan dan mata sewarna lemon sedang berjalan sedikit lebih lambat untuk mengimbangi laju Nora. Tampaknya hampir tidak bisa dipercaya bahwa ia pernah membatalkan pertunangan mereka di depan umum tepat di pertemuan pertama mereka dan bahwa sekarang ia tampak seperti bangsawan bermartabat setelah semua kegagalan itu.

Patah hatinya Allan pasti bisa membuatnya berkembang. Kekuatan cinta memang tidak boleh diremehkan.

"Untuk memperjelas, Nora. Aku tidak berniat mewarisi gelar Marquis."

"Oh ...."

Itu benar-benar bukan urusannya, jadi ia hanya memberinya jawaban tanpa komitmen. Tetapi Allan mengangkat bahunya tak percaya.

"Ayolah, jadilah sedikit lebih peduli soal itu. Jika aku tidak mewarisinya, maka gelarnya secara alami akan diberikan pada Elias .... Dengan kata lain, kau akan menjadi Marchioness masa depannya."

"Marchioness masa depan ...."

Saat perasaannya surut seperti air pasang, Nora merasakan bibirnya berkedut.

"Kau tidak perlu kelihatan terlalu menyangkalnya."

"Tetapi ... kami tidak pernah membicarakan soal itu."

Penggantinya pasti entah Elias atau Allan, tetapi Nora tidak pernah berpikir sejauh itu ke masa depan. Ia sudah memikirkan kemungkinan Elias mewarisi gelar itu, tetapi ia tidak pernah menganggap dirinya menjadi Marchioness berikutnya. Memikirkannya saja sudah membuat perutnya mulas.

"Oh yah, kurasa kau akan melarikan diri jika kita terus membicarkannya. Tampaknya pria itu harus lebih menderita dengan cintanya yang tak terbalas."

Untuk seseorang yang sudah lama memendam perasaan kompleks terhadap Elias, sepertinya tidak cocok baginya untuk mengatakan itu, tetapi Nora memutuskan untuk tidak menunjukkan hal itu.

"Beri ia lebih banyak perhatian. Ia akan merasa senang."

"Jangan memperlakukannya seolah ia seekor anjing atau kucing."

Sewaktu Allan mengatakan "ia akan merasa senang", bayangan yang muncul dalam benak Nora adalah seekor anjing yang mengibaskan ekornya, tetapi Elias tidak memberikan aura seperti itu.

Yang ada, Elias lebih seperti seekor kucing bangsawan dengan bulu cokelat keabu-abuan dan mata berwarna biru langit yang berkilauan. Dan jenis kucing yang bulu perutnya berwarna hitam. Membayangkannya ternyata sangat menyenangkan, dan Nora hampir memekik kegirangan.

(T/N: Ketika seseorang 'berperut hitam' (腹黒 "haraguro"), itu berarti mereka licik, banyak akal, atau manipulatif.)

"Bagaimana denganmu, Allan? Apa yang kau rencanakan?"

"Jika aku tidak menjadi Marquis berikutnya, nilaiku akan berkurang setengahnya atau bahkan lebih sedikit lagi. Tetapi yah, begitu Elias menikah, Keluarga kami akan baik-baik saja, dan aku bisa bersantai. Aku ingin tahu, apakah aku masih bisa membantu mengelola perkebunan kami nanti ...."

Ia terdengar seolah-olah ia sakit hati, tetapi ekspresi Allan tidak menunjukkan dendam. Ia sudah bilang, ia tidak mau mewarisi gelarnya, tetapi itu hanya membuktikan seberapa besar ia telah dewasa.

Rasanya seolah adik lelakinya sudah dewasa, dan Nora tidak menyadari ia tersenyum sambil memikirkannya.

Di saat mereka sampai di restoran, ia berpisah dengan Allan dan langsung pergi ke ruang gantinya. Segera setelah ia membuka pintu, kilatan merah muda memenuhi pandangannya.

"Hai, Nora! Mereka dikirim hari ini. Bunga."

"Sepertinya begitu."

Di pintu masuk ruangan ada karangan bunga yang indah dengan kelopak merah muda gelap dan ujung yang lancip. Tetapi, tidak seperti karangan bunga biasa, yang ini terdiri dari ranting, membuatnya sangat mencolok. Mungkin ditaruh di pintu masuk karena ukurannya, tetapi warna terangnya menarik perhatian Nora.

"Mereka bunga persik, kan? Aku sering melihatnya akhir-akhir ini."

"Tetapi, agak langka di sekitar sini. 'Untuk si cantik Burung Bulbul Biru Langit. Sven.' Itu nama yang cukup umum, tetapi aku tidak tahu siapa ini. Mereka pasti terlalu menyukai bunga persik, sih."

Flora menyerahkan kartu di tangannya kepada Nora.

"Apa ini?"

"Ini kartu yang datang bersama bunga persik itu. Banyak orang sudah mengambil bunganya karena kau memberitahu mereka bahwa itu gratis, tetapi aku mengambil kartunya karena sepertinya tidak pantas."

"Sven .... Aku tidak kenal siapa pun dengan nama itu. Bagaimanapun juga, aku menghargai sikap itu."

Kadang-kadang ia menerima karangan bunga persik semenjak pesta pendirian. Mereka cukup langka, jadi Nora mengingat mereka dengan baik, tetapi ia yakin bahwa ia sudah menerima beberapa kali.

"Ngomong-ngomong, aku membawa selai yang terbuat dari bunga persik terakhir kali."

Nora duduk di kursinya, mengeluarkan toples dari tasnya dan meletakkannya di atas meja. Ia sering menerima bunga yang ditujukan untuk "Burung Bulbul Biru Langit", yang entah dipajang di restoran atau diberikan pada staf lainnya. Namun, tidak banyak orang mau membawanya pulang ke rumah karena tidak lazim bagi karangan bunga untuk menyertakan rantingnya. Kemudian Nora membawa pulang mereka dan menggunakan kelopaknya untuk membuat selai.

"Oh, ya ampun, terima kasih! Selai yang terakhir kali enak. Ayahku juga memujinya."

"Kedengarannya bagus. Kali ini aku berusaha membuat warnanya lebih terang. Aku bangga dengan mereka."

"Sayang sekali jika kau tetap sebagai putri Baron ...." Selagi ia menutup tutup toplesnya, Flora bergumam sembari menghela napas.

"Apakah Elias menjemputmu hari ini?"

"Tidak, Allan yang menjemput .... Ia menyuruhku untuk lebih memerhatikan Elias."

Flora tadinya tampak kaget, tetapi kemudian tertawa terbahak-bahak.

(JP) MEGB,BIDRGEITFP [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang