Chapter 21 : Pertempuran Elias Callum

12 8 0
                                    

"Jika kau merasa berterima kasih, ini sudah cukup." Katanya, sebelum menjatuhkan sebuah ciuman di kening Nora.

Nora hanya berkedip tercengang, tidak yakin apakah ia merasa malu atau marah. Ia terkejut, tetapi ia tidak bisa memahami apa yang terjadi.

Untuk sekarang, tidak ada tanda-tanda penolakan atau keengganan darinya, sehingga Elias memberi Nora ciuman lainnya, kali ini di pipi. Nora memejamkan matanya dan tubuhnya menegang, tetapi tidak ada reaksi lebih jauh.

"Kau harus bilang tidak jika kau tidak menyukainya, Nora." Katanya dan mencium pipi yang lainnya. Lagi, tubuh Nora menegang.

Mungkin, ia tidak bisa mengatakan apa-apa, karena ia ketakutan, Elias merasa cemas. Tetapi, saat ia melihat Nora, ada ekspresi sulit di wajahnya.

Elias bertanya-tanya, apakah Nora tidak menyukainya.

Menyesali karena ia terlalu tergesa-gesa, tiba-tiba saja ia mendengar Nora mengucapkan kata-kata yang mengejutkan.

"Bukannya ... aku tidak menyukainya."

"Huh?"

Dada Elias berdebar-debar.

Nora tidak membenci ciuman itu. Itu berarti ....

"Maksudmu, tidak apa-apa jika aku menciummu?"

"Tentu saja tidak."

Mendengarkan penolakannya, jantung Elias serasa berhenti berdetak.

Itu masuk akal. Nora tidak punya perasaan kepada Elias. Itu bukanlah sesuatu yang dapat membuat Nora marah, tetapi sudah pasti ia ingin Elias berhenti.

Mungkin, Elias harus bersyukur karena ia tidak langsung ditampar.

Nora masih memasang tampang yang kesusahan itu, tetapi Elias sudah berhasil menenangkan perasaannya.

"Tetapi 'aku tidak membencinya'. Apa maksudmu dengan itu?"

"Tidak banyak."

Ia tidak mengetahui apa yang mesti dikatakan. Apa yang harus dikatakannya supaya tidak membuat Nora salah paham akan perasaannya?

"Bolehkah aku melakukannya lagi?" Elias mencium kening Nora lagi. Nora tidak melawan, sehingga Elias pun mencium pipinya selanjutnya. Ia hampir mabuk akibat aroma manis Nora.

"Jika kau tidak menyuruhku untuk berhenti, aku akan terus menciummu seperti ini."

"Kau tidak boleh."

Di saat Elias melihat tangan Nora di depannya, ia langsung didorong.

Apakah seperti ini rasanya setengah mati?

Merasa sedikit sedih, Elias pun menghela napas.

"Kalau kau tidak menyukainya, kau harus mengatakan tidak dengan benar. Jika seseorang mengambil keuntungan darimu seperti yang kulakukan, kau akan berada dalam masalah, kau tahu?"

"Seperti yang kukatakan, bukannya aku membencinya. Walau aku merasa kesulitan."

Melihat tampang serius Nora, jantung Elias mulai berdebar-debar lagi.

"Kau tidak benci disentuh dan dicium olehku?"

"Itu ... benar."

Oh tidak. Kalau kau bilang begitu, aku tidak akan sanggup mengendalikan diriku sendiri.

"Kalau begitu, maukah kau menikahiku?"

Mendengarkan Elias mengungkapkan perasaannya yang sesungguhnya, Nora mengejapkan matanya, tercengang.

"Tidak, aku harus menolaknya."

Elias menundukkan kepalanya. Hatinya sangat kacau hari ini. Tak lama kemudian, hatinya tak akan sanggup menanggung goncangan seperti ini.

Setelah menarik napas dalam-dalam, Nora meraih tangan Elias dan meremasnya.

"Nora?"

Dengan ekspresi yang serius di wajahnya, Nora mengangguk seolah diam-diam memutuskan sesuatu dan menatap tepat di mata Elias.

"Um, aku tidak bisa secara langsung memutuskan sebuah pernikahan atau pertunangan."

"Aku tahu."

Itu adalah kesalahan Elias karena terlalu terburu-buru. Nora masih belum siap.

"Itulah mengapa aku bilang tidak."

"Iya, aku tahu."

Nora tidak perlu mengatakan tidak lagi. Meskipun Elias paham, penolakan itu terasa seperti serangan yang terlalu berat. Karena kurangnya kekuatan dalam hatinya, Elias merasa kehabisan tenaga.

"Aku tidak membencimu, tetapi aku tidak yakin apakah aku juga menyukaimu. Dan jadinya, jika itu tidak masalah denganmu, tolong pacaranlah denganku."

"Huh?" Elias menegang. Tanpa menyadari reaksinya, Nora meneruskan. "Aku merasa, apabila kita terus berteman, aku tidak akan bisa mengetahuinya. Itulah mengapa aku berpikir, akan lebih baik jika kita berpacaran."

"Eh?"

Melihat Elias kebingungan dan tidak mengatakan apa-apa, Nora mulai panik.

"Tentu saja, ada faktor perbedaan dalam status kita, jadi kalau itu mustahil, aku akan mengerti. Juga, aku tidak mengatakan kita akan pacaran sepanjang waktu. Aku tahu kau sibuk, jadi untuk sementara waktu ...."

"Kau akan berpacaran denganku?"

"Mm? Iya, kalau itu tidak masalah denganmu dan sebagai uji coba ...."

"Maksudmu sebagai kekasih, kan?"

"Iya."

Jantung Elias hampir meledak. Jantungnya terasa sakit karena berdebar lebih cepat daripada kilat. Tetapi, apakah ada yang namanya penderitaan yang membahagiakan?

"Nora." Elias memeluknya dan ia terasa sangat pas dalam pelukannya.

Sementara Nora terdiam, Elias tersenyum.

Apanya yang 'uji coba'?

Apa-apaan dengan 'Aku tidak yakin apakah aku menyukaimu tetapi tolong pacaranlah denganku'?

Tetapi, yah, aku rasa semuanya baik-baik saja.

Nora tidak menyadarinya. Percobaan menjadi kekasih tidak akan memastikan perasaannya. Itu adalah sebuah pertempuran, entah apakah Elias mampu menangkapnya atau tidak.

"Kalau begitu, mari kita lakukan sesuatu yang dilakukan oleh kekasih."

"Sesuatu yang dilakukan kekasih?"

Ia menangkup dagu Nora dan dengan lembut mendaratkan satu ciuman di atas bibirnya.

"Aku menyukaimu, Nora." Elias berbisik di telinganya dengan mesra.

Pipi Nora sedikit memerah.

"Tu—tunggu sebentar." Nora entah mengapa terjebak dalam kepanikan.

Elias bertanya-tanya apakah ia harus menggenggam tangannya dan pergi berkencan yang santai. Hingga kini, ia sudah terkekang oleh belenggu status mereka sebagai "teman" dan konsekuensi dari pembatalan pertunangan.

Tetapi, Nora sendirilah yang merobek belenggu itu.

"Tidak, aku tidak akan menunggu."

Pertempurannya baru saja dimulai. Aku tidak akan mengizinkan adanya kemunduran.

Elias tersenyum dan mencium Nora lagi.

(JP) MEGB,BIDRGEITFP [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang