Setelah menyadari betapa kasar dirinya selama makannya bersama Elias, Nora langsung meminta maaf kepada Andrea keesokan harinya. Ia menebak Andrea pasti merasa tersinggung, terutama karena ia menolak tawarannya untuk melayaninya selama pesta, tetapi Andrea hanya menertawainya dengan mata yang melebar.
"Aku sudah mendengar tentang dirimu dari Yang Mulia dan Elias, jadi aku tahu kau tidak bermaksud jahat soal itu. Dan itulah mengapa, aku menyuruh Kepala Pelayan untuk pergi. Itu juga akan merepotkan kalau kau menolak undanganku di depan umum, tetapi semuanya baik-baik saja, jadi kau tidak perlu mencemaskannya." Andrea tersenyum padanya dan menyesap teh yang telah diseduhnya.
Andrea cantik, elegan, seksi, dan baik hati. Nora merasa bersyukur sekali hingga ia ingin memuja nona di depannya, tetapi berhasil mengendalikan dirinya.
"Tetapi, seperti yang kau katakan, kau harus lebih banyak belajar. Kurasa itu ide yang bagus kalau kau menghadiri lebih banyak pesta malam bersama Elias. Dan aku akan mengajarimu banyak hal juga."
"Terima kasih."
Aku merasa terhormat, tetapi juga agak takut?
Nora merasa tidak begitu tegang sewaktu si cantik bermata oranye itu meremas tangannya dan memberinya senyuman yang anggun.
***
Pada hari pesta teh, Nora sibuk bersiap-siap sejak pagi-pagi sekali. Membantu Andrea bersiap merupakan pekerjaan utamanya, tetapi itu lebih sulit daripada kedengarannya. Sedangkan Nora, ia hanya perlu mencuci mukanya, menyanggul rambutnya, dan mengganti pakaiannya untuk bersiap-siap. Tetapi sekarang, karena ia keluar-masuk istana kerajaan, ia selalu memakai riasan, meskipun ia hanya melakukan begitu ketika ia tidak melakukan pekerjaan yang berat. Tetapi, ia hanya memakai riasan ringan sehingga tidak membutuhkan waktu sebanyak berganti pakaian ke gaun.
Namun, seorang lady yang merupakan putri Marquis dan calon ratu berada di liga yang berbeda.
Persiapannya, dimulai dari mandinya, membutuhkan lebih banyak waktu dan upaya ketimbang Nora. Setelah dimanjakan dengan lotion dan wewangian mahal, Andrea sudah bersinar dengan kecantikannya. Apalagi, gaun yang dikenakannya memberi kesan yang rapi dan bersih, yang menegaskan rambut berkilau dan riasan yang sederhana namun menarik.
Andrea, yang sudah selesai bersiap-siap, begitu cantik sampai-sampai Nora tidak tahan untuk menatapnya kagum.
"Anda secantik dewi, Lady Andrea!" Nora berkata tanpa berpikir.
Andrea tersenyum selagi ia dengan anggun menutupi mulutnya dengan kipasnya. "Terima kasih. Tetapi tidakkah menurutmu Yang Mulia juga akan tampak luar biasa mengenakan gaun?"
"Yang Mulia ... mengenakan gaun?" Ia bertanya-tanya apakah ia salah dengar, tetapi Andrea tetap tersenyum.
"Elias memiliki tubuh yang lebih ramping daripada Yang Mulia, tetapi wajahnya androgini, jadi aku yakin sebuah gaun akan cocok dengannya."
"Elias mengenakan gaun, huh ...."
Jika seseorang dengan kecantikan yang luar biasa yang tak bisa ditandingi siapa pun, mengenakan gaun dan memakai riasan ....
"Ia akan berubah menjadi seorang lady yang cantik."
"Benar kan? Mari kita suruh dia pakai lain kali."
"Huh?"
Ia menyetujui ide itu setelah membayangkan wajah Elias di kepalanya, tetapi ada sesuatu yang tetap terasa janggal.
Namun, Andrea tersenyum lembut dan sudah menuju ke pintu.
"Aku pergi, Nora."
Setelah melihat Andrea yang tersenyum anggun dan si Kepala Pelayan berlalu, Nora memiringkan kepalanya sambil merenung.
"Yang Mulia dan Elias mengenakan gaun ....?"
Aku tidak tahu bagaimana percakapannya berubah ke arah itu tetapi agaknya dari caranya berbicara membuatnya seolah-olah Thorvard sudah pernah mengenakan gaun sebelumnya.
"Yah, terserah deh. Ayo kita kembali bekerja saja!"
Kalau Andrea hanya sedang bercanda dengannya, maka ia tidak perlu mencemaskannya lebih jauh. Tetapi kalau ia sungguhan, maka itu akan membuat waspada.
Ada hal-hal di dunia ini yang tidak perlu dipusingkan.
Daripada memusingkan hal-hal ini, lebih baik aku membersihkan ruangan ini dulu.
Nora menggulung lengan pakaiannya dan bekerja. Setelah merapikan ruangan, ia mencuci pakaian, dan kemudian lanjut ke dapur untuk mengupas kentang.
Sudah lama sejak ia bekerja di dapur, tetapi ia benar-benar tidak keberatan melakukan pekerjaan kasar.
Waktu berlalu selagi ia mengupas kentang sambil melamun ketika ia menyadari seseorang sudah duduk di sebelahnya.
"Nora, bisakah kau mengantarkan daun teh ini untukku?" Paula, yang seharusnya pergi ke pesta teh bersama Kepala Pelayan, berkata selagi ia menyerahkan kaleng berdesain rumit kepada Nora.
"Bukankah lebih baik untuk membawanya saja bersamamu saat kau kembali?"
"Aku masih ada hal lain yang harus dikerjakan, tetapi aku ingin mengantarkan daun teh ini sesegera mungkin."
Ia tak punya pengalaman melayani di pesta teh jadi ia tidak benar-benar tahu bagaimana segala sesuatunya berjalan di sana, tetapi mungkinkah mereka minum kebanyakan teh sampai-sampai mereka begitu cepat kehabisan daun tehnya?
"Tetapi aku tidak bisa memasuki tempat acaranya."
Andrea susah payah menghilangkannya dari daftar pelayan, jadi bahkan jika ia hanya mengantarkan sesuatu, ia kemungkinan tidak akan diizinkan masuk.
"Tidak apa-apa. Ada seseorang yang menunggu di koridor di depan aula, jadi cukup serahkan saja kepada orang itu."
Ia mengetahui lokasi aulanya, jadi kalau ia hanya akan menyerahkannya di koridor, Andrea dan para tamu undangan tidak akan bisa melihatnya. Selain itu, jika ia tidak cepat-cepat mengantarkannya, Andrea mungkin berada dalam masalah.
"Baiklah, kalau begitu aku akan pergi," kata Nora dan dengan cepat berjalan ke lorong membawa daun teh itu di tangannya.
***
Dinding putih yang didekorasi dengan mewah itu terlihat indah, dengan cahaya matahari yang menonjolkan pola bunga dan membuatnya semakin menonjol.
Ketika ia sampai di koridor, tidak ada siapa pun yang terlihat. Merasa kesulitan, Nora pun menghela napas kecil.
Ia berada di tempat yang tepat, tetapi mungkin ia dan orang lainnya sisip jalan.
Haruskah aku masuk ke aula dan menyerahkannya kepada orang lain? Atau haruskah aku mengembalikannya ke dapur dan menanyai Paula?
"Halo!"
Ketika ia menolehkan kepalanya ke arah suara itu, ia melihat seorang pemuda gagah berambut merah dan bermata oranye.
"Kita bertemu lagi, Burung Bulbul Biru Langit."
Ia memberinya senyuman ramah, tetapi Nora tak berniat untuk terlibat dengannya.
"Halo." Ia menundukkan kepalanya, tetapi tidak mengatakan yang lainnya.
Elias telah menyebutkan bahwa orang yang memberinya bunga persik adalah putra Duke Enroth, tetapi ia tidak memperkenalkan dirinya dan Nora punya kerjaan penting untuk mengantarkan daun teh.
Sewaktu ia sudah hendak pergi, kaleng daun teh di tangannya direbut.
KAMU SEDANG MEMBACA
(JP) MEGB,BIDRGEITFP [Terjemahan Indonesia]
Random[Novel Jepang Terjemahan] Judul : My Engagement Got Broken, But I Don't Remember Getting Engaged in the First Place Penulis : Hanami Nishine Genres: Comedy, Josei, Romance Jumlah Chapter : 147 Penerjemah Bahasa Inggris : lacusky Penerjemah Bahasa In...