Chapter 38 : Kau Meninggalkan 'Sementara'-nya

10 7 0
                                    

"Kau terlihat sangat cantik, Nora."

Pada hari pesta pendirian, Flora datang ke kediaman Kranz untuk membantu Nora bersiap-siap. Melihat Nora yang berdiri di depan cermin, ia mengangguk-angguk puas akan penampilan Nora.

Gaunnya yang berwarna lapis lazuli dilapisi dengan manik-manik di tepi hiasan tambahannya yang longgar, berkilauan seiring tiap gerakannya. Manik-manik yang sama menghiasi ujung pita tipis yang menghiasi gaya rambutnya. Manik-manik itu transparan, jadi mereka tidak menonjol pada pandangan pertama, tetapi ketika diterangi, mereka berkilauan dengan cantiknya. Hiasannya membentang secara diagonal di sepanjang gaunnya, membuatnya tampak seperti sungai bintang yang mengalir di sepanjang langit malam.

(T/N: Warna lapis lazuli seperti gambar ini.)

Melihat gaun yang sederhana, namun sangat indah dengan kain kualitas tinggi dan desain manik-manik yang berkelap-kelip, Flora menghela napas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat gaun yang sederhana, namun sangat indah dengan kain kualitas tinggi dan desain manik-manik yang berkelap-kelip, Flora menghela napas.

"Gaun ini cocok sekali untukmu. Apakah kau sudah terbiasa menerima gaun? Atau apakah ini pilihanmu?"

"Dalam hal ini, keputusan akhirnya berada di tanganku. Meski, sebenarnya aku hanya perlu memilih di antara dua pilihan, karena penjahit wanita itu sudah mempersiapkannya dengan baik sebelumnya."

"Dengan kata lain, Elias sudah memilihnya, kan?"

"Benarkah?"

"Tentu saja!"

Memang, Elias sendiri yang telah mempersempit bermacam-macam kain itu jadi beberapa pilihan. Nora diminta untuk membuat keputusan akhir ketika si penjahit wanita menekan beberapa detail darinya, tetapi tidak salah juga untuk mengatakan bahwa Elias sudah mengatur semuanya. Faktanya, segala sesuatunya mungkin berjalan sesuai dengan preferensinya.

"Kurasa begitu ...."

"Dan kau tidak masalah dengan itu?" Keraguan terlintas di wajah Flora.

"Yah, bagaimanapun juga, aku dibayar. Seandainya gaunnya provokatif atau mewah, aku pasti akan mengeluarkan keluhanku, tetapi ini tidak demikian, jadi semuanya baik-baik saja. Selain itu, aku tidak akan tahu apa yang harus dipakai untuk pesta kerajaan."

Mendengarkan dilema temannya, mau tak mau, Flora berempati. "Sebaiknya kau tidak mengatakan itu kepada Elias."

"Kenapa?"

Nora tidak berencana untuk memberitahu Elias, tetapi penasaran untuk mengetahui, kenapa Flora bilang begitu.

"Kalau kau mengatakan sesuatu yang provokatif dan lain sebagainya, kau akan membuatnya berpikir macam-macam. Kau tidak boleh memanjakannya dengan cara apa pun."

Flora terbiasa berurusan dengan penjahit, jadi ia mungkin tahu apa yang dikatakannya.

"Aku tidak begitu paham maksudmu, tetapi aku akan melakukan seperti katamu."

Si penjahit wanita itu mungkin punya pemikiran lain, tanpa sepengetahuan Nora.

Melihatnya mengangguk-angguk polos, Flora pun menghela napas.

"Kau mungkin berkepala dingin dan pragmatis, tetapi kau sudah pasti tidak tahu apa-apa soal masalah tertentu. Dan kau bisa dengan mudahnya terbawa arus."

"Aku seperti itu?"

"Iya, dan kau harus lebih sadar diri. Bagaimanapun juga, pihak lainnya itu sangat tegas."

Sekarang, karena Flora menyebutkannya, Nora teringat betapa mudahnya ia ditaklukkan oleh ciuman tiga-kali-sehari. Masalah itu harus segera dipecahkan.

Flora sudah mengenakan gaun oranye. Meskipun jumlah pitanya banyak, itu tampak bagus pada Flora.

"Nora, Flora, mereka sudah datang untuk menjemputmu. Haruskah aku membawa mereka masuk?"

"Tentu."

Tak lama setelah Perre menghilang, kembaran tampan pun tiba.

Nora menegang saat melihat Elias. Bukan karena ia sangat tampan; lagipula, itu adalah fakta. Bukan itu yang membuatnya terkejut. Itu karena, setelan Elias juga berwarna lapis lazuli. Yang artinya, sama dengan warna gaunnya.

Apa yang terjadi? Bukankah kami hanya kekasih sementara?

"Kenapa warnanya sama?"

Nora menatap tajam ke arah Elias, yang bibirnya hanya melengkung jadi senyuman.

"Karena ini hari yang cerah untuk kekasih."

"Kekasih sementara. Kau meninggalkan 'sementara'-nya."

Nora membenci Elias yang santai. Apa yang benar-benar dibencinya adalah betapa bagusnya setelan itu kelihatannya pada Elias.

"Pria tampan itu menakutkan."

"Apa?"

"Tidak ada."

"Oh? Omong-omong, kau tampak cantik, Nora. Aku mungkin jatuh cinta lagi." Elias berkata dengan ekspresi wajahnya yang biasa.

Nora merasa pipinya terbakar selagi ia mengerutkan alisnya.

Ini pasti apa yang dimaksud Flora dengan 'pihak lainnya sangat tegas'. Aku tidak boleh kalah.

"Wah, kau juga terlihat sangat tampan, Elias!" Nora menggodanya seolah ia sedang dalam mode bertempur, penuh dengan semangat juang, tetapi mata Elias terbelalak kaget.

".... Aku tidak menyangka kau akan memujiku. Terima kasih!"

Melihatnya begitu gembira, Nora sadar usahanya sudah gagal.

"Aku pikir, aku akan melawan balik, dan tidak akan membiarkan diriku terbawa arus, tetapi aku malah membuat kesalahan ...." gumam Nora.

Di sebelahnya, Flora menahan tawanya.

Nora tahu ia telah membuat kesalahan, tetapi bagaimana lagi ia harus melawan balik? Elias tampak senang ketika ia memujinya, dan itu bukan seolah-olah ia bisa marah atau mengabaikannya karena itu. Lagipula, Elias-lah yang memberikannya gaun itu, ia tidak boleh bersikap kasar padanya.

"Flora, menurutmu, kemana aku harus pergi?"

"Bukankah seharusnya kau pergi ke pesta bersama kekasihmu, Lord Elias?"

Meskipun mengetahui apa yang Nora benar-benar maksud adalah bagaimana ia harus bersikap terhadap ketegasan Elias, Flora hanya tersenyum padanya.

"Gaun yang bagus, Flora. Itu cocok untukmu."

"Terima kasih, Lord Elias. Terima kasih sudah datang jauh-jauh kemari, Lord Allan."

Ketika ia melihatnya, ia menyadari bahwa ada sekuntum mawar oranye di dada Allan. Itu adalah warna yang sama dengan gaun Flora, pasangan pestanya.

"Bukankah kau juga seperti itu, Elias? Bahkan sekarang, sebenarnya."

"Ayolah, jangan bilang begitu, Nora. Aku tidak seperti itu. Kita adalah kekasih, bukannya teman. Perbedaannya besar sekali."

"Kekasih sementara. Kau meninggalkan 'sementara'-nya."

Meskipun Nora memelototinya dengan cemberut, wajah tersenyum Eliasa tetap tidak terpengaruh.

(JP) MEGB,BIDRGEITFP [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang