Chapter 77 : Pakaian Tembus Pandang Terlalu Berlebihan

19 6 0
                                    

"Kalau begitu, gaun seperti apa yang Anda inginkan kali ini?" Staf itu tampak begitu menikmati saat melihat-lihat berbagai jenis kain.

Bahkan bagi Nora yang tidak memiliki kemewahan untuk selalu berdandan, kain warna-warni itu sungguh indah dan memanjakan mata.

"Aku sekali lagi diundang sebagai Burung Bulbul Biru Langit, jadi mungkin yang berwarna kebiruan?"

Tidak ada pembatasan warna yang diberlakukan padanya, tetapi menurutnya, lebih baik untuk menyesuaikan diri dengan citranya.

"Kalau begitu, bagaimana dengan kain ini?" Staf itu memilihkan dan menawarkannya kain biru muda.

Ia mengenakan gaun biru tua di pesta pendirian, jadi yang ini sepertinya sesuai. Namun, ia merasa sepertinya warna ini sangat mirip dengan mata biru langit Elias. Tetapi sekali lagi, Elias yang memilihkan gaun itu untuknya, jadi tampaknya itu tidak akan terlalu buruk sebagai tanda hubungan mereka.

"Kalau begitu, aku akan memilih kain ini," kata Nora, setelah merenung sebentar. Staf itu tersenyum lebih lebar padanya.

Menilai dari reaksinya, aku bisa mengerti kenapa ia merekomendasikan warna itu.

Selagi ia melirik ke arah orang yang matanya berwarna biru langit yang sama dengan kain itu, orang itu memberinya senyum yang menawan.

Kau tampan sekali, kuharap kau sedikit menahan diri.

Nora menghela napas kecil selagi ia mendengarkan staf itu mengoceh.

Dalam sekejap mata, sudah selesai dan ia merasa terkuras segera setelah ia turun dari keretanya. Tetapi berkat kursi yang empuk dan interior yang dihias, matanya merasa sedikit lebih baik.

"Aku menantikan gaunnya. Kelihatannya cantik sekali."

"Sepertinya kau dalam suasana hati yang bagus."

Nora cukup terpesona karena Elias tersenyum cerah sementara ia lelah sampai ke tulang.

"Tentu saja! Melihat kekasih mereka mencoba gaun, membuat pria mana pun senang."

Sudah kuduga.

Ia punya firasat soal itu, tetapi konfirmasi tersebut semakin memperburuk rasa lelahnya.

"Aku terkejut kau setuju. Kau menyadarinya, kan?"

Sesuai dugaan, ia tahu bahwa Nora sudah mengetahuinya.

Dasar pria licik.

"Iya, yah, itu adalah warna yang cantik. Biru langit. Jadi itu sempurna. Ditambah lagi, aku berpikir itu akan membuatmu senang." Ia berhasil berkata demikian, terlepas dari rasa malunya.

Ia menduga Elias akan menggodanya soal itu, tetapi yang mengejutkan, ia terdiam.

Barangkali ia tidak nyaman?

Merasa cemas, ia mendongak ke arah Elias, yang duduk di sebelahnya, tetapi menyadari bahwa ia menutup mulutnya dengan tangannya dan menundukkan kepalanya.

"Apa kau baik-baik saja?"

Elias mengangguk dalam diam dan setelah beberapa waktu, akhirnya ia mengangkat kepalanya. Mulutnya masih tersembunyi di bawah tangannya, tetapi pipinya sedikit menyembul dan terlihat agak merah.

"Aku ... tidak menyangka kau akan mengatakan itu. Kukira kau menerimanya hanya karena kau mencemaskan soal harganya."

Apa yang dikatakannya memang benar, namun Nora masih merasa itu kedengaran cukup kasar.

"Apakah itu yang kau pikirkan tentang diriku?"

"Apa aku keliru?"

"Tidak, tetapi ...."

"Aku tahu. Kau mengatakan itu untuk membuatku senang, dan aku memang senang, Nora."

Ia sudah hendak mengungkapkan ketidakpuasannya, tetapi senyum menawan itu langsung menembus hatinya. Senyuman itu begitu kuat hingga ia buru-buru memalingkan wajahnya dan mendengarnya terkekeh.

"Kau benar. Itu karena harganya."

"Benar, tentu saja. Dan itu benar-benar tidak masalah."

Pada akhirnya, Elias dalam suasana hati yang baik selagi ia mengelus kepala Nora.

Nora merasa sepertinya selalu dirinya yang kalah dan merasa agak tidak senang.

"Kau licik sekali." Ia memelototinya dengan kesal sementara mata biru langitnya menyipit lembut.

"Bukankah kau sudah tahu? Aku adalah pria gila."

Segera setelah ia berkata demikian, bibirnya mengecup kening Nora dengan ringan.

***

"Bukankah kau pergi ke perancang busana bersama Elias? Apa kau memilih gaun tembus pandang?" Flora menyindir sembari menyerahkan partitur kepada Nora dan mereka sedang bersiap-siap di ruang ganti seperti biasa.

"Tentu saja tidak."

"Kurasa begitu. Aku juga tidak akan mengenakan gaun yang terbuka di depan umum."

Ia bersikap seolah ia tidak peduli, tetapi Nora tidak berpikir bahwa itulah maksudnya.

"Entah di depan umum atau tidak, aku tidak akan mengenakan apa pun yang tembus pandang." Bagaimanapun juga, seseorang seperti dirinya yang tidak bertubuh indah sebagaimana Perre mengatakannya, tidak akan tampak menawan atau sejenisnya dengan pakaian tipis.

"Jika itu tembus pandang, seseorang dengan tubuh yang montok akan mengenakannya dengan lebih baik ... seperti Nona Rebecca, contohnya."

"Huh? Bahkan jika orang itu mengenakan tembus pandang, tidak ada yang dilihat."

Memang, jika orang itu pada dasarnya seksi, maka itu tidak membuat perbedaan.

"Kurasa seseorang yang biasanya terlihat rapi dan sopan tetapi mendadak mengenakan tembus pandang ternyata mampu membuatnya terlihat bagus ... seperti Lady Andrea, contohnya. Ia akan terlihat menakjubkan."

Jika itu seseorang seperti Andrea yang anggun dan bertubuh indah, orang-orang akan mengagumi keanggunan dan keseksiannya jika ia mengenakan pakaian tipis.

"Calon ratu tidak diizinkan untuk mengenakan pakaian tembus pandang, kau tahu. Dan lagian, kita sedang membicarakan soal gaunmu. Kenapa kau terus membicarakan tentang orang lain?"

"Kalau soal gaun, hanya gadis-gadis tertentu yang bisa mengenakan pakaian tembus pandang. Kalau tidak, itu tak ada gunanya."

"Kenapa kau terus saja membicarakan tentang bagaimana gaun itu cocok untuk si itu dan si anu?" Flora menghela napas sembari mengumpulkan lembaran musiknya.

"Lagipula, kudengar kau dirayu oleh putra duke."

"Aku bukan dirayu."

"Tetapi bunga persik itu dari putra Duke Enroth, kan? Dan ia bahkan mencarimu di istana kerajaan."

Itu benar, tetapi Flora tidak ada di sana ketika ia menyebutkannya.

"Kau mengetahuinya dengan sangat baik."

"Aku dengar dari Allan." Kedua kembaran itu ada di sana saat ia menyebutkan hal ini, jadi itu masuk akal.

"Kalian sepertinya berhubungan baik satu sama lain." Ia menggoda dan Flora jelas terlihat panik.

"Tidak, bukan seperti itu." Melihat ekspresi langka temannya, Nora pun terkejut.

"Eh? Kenapa kau bereaksi seperti itu? Jangan-jangan?"

(JP) MEGB,BIDRGEITFP [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang