Chapter 39 : Nasihat Kehidupan

10 7 0
                                    

Nora memasuki istana kerajaan, yang belum pernah didatanginya, bersama dengan seorang pemuda gagah yang ia belum terbiasa ditemani olehnya, dengan sebuah gaun indah yang belum pernah dikenakannya sebelumnya.

Ia sudah merasa lelah.

Namun, ia menduga bahwa situasi saat ini masih cukup lebih baik daripada kegagalan dengan Allan. Atau setidaknya, bahwa ketegangan di antara dirinya dan Elias akan menghilang dalam waktu singkat.

"Bagaimana kalau aku menjadikan Allan sebagai pasanganku?"

Segera setelah mereka memasuki istana kerajaan dan melihat Allan dan Flora bersama-sama, Nora mengusulkannya.

"Tidak. Bukankah aku kekasihmu?"

Ia menolaknya tanpa berpikir dua kali. Elias tersenyum padanya, tetapi Nora merasakan ketegangan di udara, barangkali karena Nora merasa sedikit takut padanya.

"Kau sedang menapaki perairan yang berbahaya. Aku tidak akan berani kalau aku jadi dirimu."

Flora memperingatkan Nora selagi ia mendorong gadis itu ke arah Elias. Pasrah akan nasibnya, Nora bergandengan tangan dengan Elias, yang wajahnya berseri-seri sambil tersenyum.

"Aku tidak akan memberikan Nora pada pria lain."

Tak diragukan lagi, Elias tersenyum, tetapi Nora yakin hawa dingin yang dirasakannya bukanlah imajinasinya.

Melihat Nora mengangguk dengan patuh, Elias pun berseri-seri puas.

***

Aula besar yang berfungsi sebagai tempat pesta dansa itu berkilauan mewah dari lampu gantung di langit-langit hingga ke lantai marmernya. Ini memang istana kerajaan, jauh melampaui ekspektasi Nora.

Sebagai putri seorang Baron, ia pasti telah menghadiri sejumlah pesta dan acara. Mereka biasanya adalah pertemuan yang kecil. Dan ia hampir selalu pergi lebih awal, beberapa kali ia pergi.

Baginya, bahkan hanya berdiri di aula mengintimidasi semengerikan itu, mudah menguras kekuatan fisiknya. Yang lebih parah, di saat ia masuk, Nora dapat merasakan tatapan menghina dari orang banyak terhadapnya.

Karena ia tampil secara teratur sebagai seorang penyanyi di restoran, Nora lumayan terbiasa dengan mata yang tertuju padanya, tetapi sifat penasaran dan pemusuhan dari tatapan ini adalah baru baginya.

Flora juga adalah putri Baron, namun ia sering menghadiri pesta-pesta malam ini karena koneksi ayahnya. Bahkan ketika ia berdiri berdampingan dengan Allan, ia membawa dirinya dengan anggun, sebuah bukti betapa terbiasanya ia dengan acara-acara semacam ini.

Di lain pihak, Nora merasa sarafnya sudah berhenti berkembang. Tatapan itu terlalu tidak nyaman.

Tak diragukan lagi, gaunnya cocok untuk acara itu. Ia bertanya-tanya, apakah ia sendiri yang tidak pada tempatnya.

Atau fakta bahwa gaunnya sesuai dengan setelan Elias, makanya menarik perhatian orang banyak? Lagipula, seorang putri Baron yang miskin seperti dirinya, tidak diharapkan untuk datang ke pesta sebergengsi ini.

"Tidak masalah bagiku untuk pulang ke rumah begitu aku selesai tampil, kan?"

Saat ia bertanya, Elias mengerutkan alisnya.

"Setidaknya, tunggu sampai kau menyapa Yang Mulia. Itu akan sedikit tidak sopan bagimu untuk tidak melakukan begitu. Pestanya akan berlangsung hingga tengah malam, dan pertunjukanmu masih lama. Aku membayangkan itu mungkin akan memakan waktu cukup lama."

"Begitu ...."

Kenyataan kejam sekali. Ia melihat ke arah belakang aula dimana kursi mewah untuk raja berada, tetapi kursi itu kosong.

(JP) MEGB,BIDRGEITFP [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang