Chapter 32 : Aku Hanya Bisa Merasa Seolah Aku Sudah Dijebak

10 7 0
                                    

Sewaktu Nora akan berdiri, Elias menghentikannya. Mereka berada di sebuah restoran populer. Segalanya bisa jadi merepotkan apabila mereka mengetahui Raja ada di sana.

"Maafkan atas ketidaktahuanku, Yang Mulia."

Nora menundukkan kepalanya lagi dan setelah duduk kembali, memandangi pria tampan di depannya lagi. Sebagai orang paling berkuasa di kerajaan, ia memang memancarkan kehadiran yang mencolok dan aura bermartabat yang luar biasa.

"Kau tidak perlu terlalu sungkan. Itu salahmu, Allan. Nora jadi sangat aneh."

"Elias yang aneh. Tolong jangan harapkan aku untuk bersikap sepertinya."

Memang, biarpun itu adalah nama samaran, ia tetaplah Raja, dan meskipun nada bicara Elias sopan, ia memperlakukannya seolah-olah ia hanyalah teman biasa. Jadi, meski ia didesak untuk memperlakukannya dengan nyaman, itu tetap sulit untuk dilakukan, terutama di luar kebiasaan.

Mencoba untuk menenangkan diri, aku meraih segelas jus anggur, tetapi aku tiba-tiba mendapat pencerahan. Aku merasakan hawa dingin di punggungku.

"Yang Mulia, bolehkah aku bertanya sesuatu?"

"Seperti yang kubilang, Thor saja tidak apa-apa. Apa itu?"

"Rumah tempat pestanya akan diadakan, yang mana itu?"

"Itu adalah istana kerajaan."

"Kalau begitu, mohon maafkan aku karena aku harus menolaknya."

Nora merespon dalam sekejap selagi ia menundukkan kepalanya dengan sopan.

Aku tidak tahu banyak tentang apa yang sedang terjadi, tetapi itu keterlaluan! Lebih baik tidak terlibat sama sekali.

"Nah, sekarang itu jadi masalah. Aku ingin sekali mendengarmu tampil."

Nora merasa kesabarannya menipis dan juga sebagian merasa kesal dengan sikap Yang Mulia yang agak tidak memikirkan orang lain.

"Acara selanjutnya yang akan diadakan di istana kerajaan adalah pesta pembukaan, kan? Untuk bisa tampil di sana, adalah salah satu gengsi tertinggi bagi seorang penyanyi. Aku rasa, para artisnya pasti sudah diseleksi dengan cermat, oleh karenanya, aku harus menolaknya dengan sopan."

Setiap penyanyi bermimpi untuk tampil di sana. Mempertimbangkan seberapa bergengsinya acara tersebut, Nora pernah mendengar bahwa mereka melakukan proses seleksi ketat dimana bukan hanya kemampuan bernyanyi yang dinilai, tetapi status dan penampilan dari artisnya juga sangat dipertimbangkan. Wanita yang sama telah dipilih untuk tampil selama beberapa tahun terakhir, dan Nora pernah mendengar tentang seberapa hebatnya ia, baik dalam hal kemampuan bernyanyi dan penampilan.

"Karena ini adalah perayaan berdirinya kerajaan kita, tak perlu dikatakan bahwa Raja memiliki kekuasaan untuk memutuskan lagu mana yang cocok dengan acaranya, bukan begitu? Itulah kenapa, aku memilihmu, Burung Bulbul Biru Langit. Suaramu memiliki kekuatan yang luar biasa. Aku harap, kau meminjamkannya padaku. Tolong jangan membantahku."

Kata-katanya terdengar lebih seperti permintaan, tetapi ia pasti bersungguh-sungguh seolah itu adalah perintah.

Sebagai putri seorang Baron, Nora tidak punya alasan maupun kuasa untuk menolak.

Elias dengan lembut meletakkan tangannya di atas tangan Nora, yang tetap diam dan merasa kesulitan.

"Aku akan bersama denganmu, jadi kau tidak perlu cemas."

"Itu bukan satu-satunya ...."

Kalau ia bersama dengan putra Marquis yang menawan, ia mungkin akan menimbulkan kemarahan para gadis. Nora merasa terkuras bahkan sebelum pertunjukannya.

"Lalu, apa?"

"Tidak ada."

"Ramai sekali di sini."

Flora menghampiri meja mereka dan menyerahkan Nora kertas musiknya. Itu akan jadi lagu yang akan akan mereka bawakan selanjutnya, jadi ia harus membawanya pulang ke rumah untuk latihan.

"Kau adalah si pianis, kan? Aku mengundang Nora untuk bernyanyi di pesta kami. Aku ingin tahu apakah kau bisa membantu kami dan menemaninya?"

Segera setelah Thor selesai bicara, Flora melirik Nora.

"Benarkah?"

"Yah, ya, kejadiannya seperti itu."

"Oh. Baiklah, kalau Nora datang, maka aku juga ikut. Jadi, Rumah yang manakah itu?"

"Istana kerajaan."

Flora, seperti yang diduga, kehabisan kata-kata sejenak. Ekspresinya lebih mirip kebencian daripada keterkejutan, tetapi ia melirik Nora, sepertinya yakin akan sesuatu, lalu pada akhirnya setuju.

Tidak bisa mundur lagi sekarang. Aku merasa seolah aku sudah dijebak.

Nora menyeruput jus anggurnya, tidak yakin apa yang harus dilakukan.

***

Beberapa hari setelah kunjungan Thorvard.

"Nora, apa kau sudah mendengar rumornya?"

Flora menanyai Nora sewaktu mereka bersiap-siap di ruang ganti seperti biasanya.

"Maksudmu, tentang Burung Bulbul Berhati Murni? Bukankah seharusnya itu sudah mereda sekarang? Mereka gigih sekali."

Nora bertanya-tanya, kapan mereka akan menyadari bahwa ia tidak punya uang lagi untuk disumbangkan.

Apabila rumornya tidak mereda dan lebih banyak orang terus menatap Nora dengan aneh, Elias akan terus bersikap ketat dengan makanan, minuman, dan pengaturan transportasinya. Sungguh merepotkan karena tidak bisa minum air dengan bebas, bahkan di dalam ruang ganti, dan Nora sudah bosan karenanya.

"Justru sebaliknya. Sekarang orang-orang mengatakan Burung Bulbul Biru Langit menyumbangkan uang kotor, atau bahwa ia bermain-main dengan putra Marquis dalam genggaman telapak tangannya."

Saat ia menyerahkan kertas musiknya kembali pada Flora, Nora menghela napas.

"Suatu saat, mereka bilang aku berhati murni, yang berikutnya, mereka menyebutku kotor. Apa mereka tidak lelah?"

"Rumor adalah hal yang sangat buruk. Aku penasaran, apa yang mereka dapatkan dari itu."

Uang yang disumbangkan Nora adalah apa yang tersisa dari kompensasi yang diterimanya atas pembatalan pertunangannya, tetapi selama gereja menerimanya, tidak benar untuk menyebutnya kotor. Karena mengatakan seperti itu, berarti bahwa gereja yang menerima uang "kotor" itu juga kotor.

Putra Marquis itu mungkin merujuk pada Elias dan kegagalan karena pertunangan yang dibatalkan. Namun, yang ada, Nora merupakan korbannya, yang secara tak disadari jadi terlibat. Ia tidak berpikir ia bersalah, kecuali Elias akan mengeluh bahwa Nora telah mempermainkannya dan ia mengalami saat-saat yang mengerikan.

"Bagaimanapun juga, aku tidak bersalah. Kau tidak perlu memedulikannya."

"Aku tahu. Tetapi, sepertinya, masalah terus mengejarmu."

"Pertama, aku berharti murni, sekarang aku kotor. Aku taruhan, lain kali mereka mungkin akan bilang aku berharga atau sesuatu."

Nora dan Flora saling berpandangan dan tertawa terbahak-bahak, kemudian mulai berlatih untuk pertunjukan mereka hari itu.

(JP) MEGB,BIDRGEITFP [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang