Chapter 46 : Sang Raja Bergabung dalam Perangnya

10 8 0
                                    

"Bukankah kita bersemangat di sini?"

Raja Thorvard muncul dan berbicara dengan nada yang ramah.

Semua orang menunjukkan kesopanannya terhadap Yang Mulia secara kolektif, tetapi ia mengabaikannya dengan satu tangan.

Aku rasa, ketika kau berada di puncak hirarki, kau bisa sesantai itu soal formalitas.

Sekali lagi Nora menyadari bahwa Thorvard memanglah sang raja.

"Setelah pertunjukkan seindah itu, ribut-ribut soal apa ini? Duke Lindell, Duke Enroth, apa masalahnya?"

"Tidak ada yang salah, Yang Mulia. Tidak ada yang perlu Anda khawatirkan."

"Apa kau sedang mengolok-olok penyanyi yang kuundang?"

"Err—"

"Duke Lindell mengatakan bahwa Nona Nora Kranz sudah mengunjungi kediaman Lindell bersama orang tuanya untuk meminta dukungan dan menawarkan tubuhnya, tetapi ia menolaknya."

"Oh?"

Raja Thorvard tampak cukup geli, mendengarkan penjelasan Duke Enroth.

Ini terasa tidak beres.

Duke Lindell memang adalah orang yang buruk, tetapi bahkan Duke Enroth pun berbohong.

Kebingungan dengan apa yang terjadi, Elias menempatkan tangannya di bahu Nora untuk menenangkannya. Ia tidak mengatakan apa-apa, dan malah memberinya senyuman.

Aku bingung. Tetapi sepertinya bijaksana untuk tetap diam sementara waktu ini.

"Tetapi hari itu, aku sudah mengundang Nona Nora ke kediamanku, bersama dengan putra Marquis Callum di sana."

Mengikuti garis pandangannya, Raja Thorvard melihat ke arah Elias.

"Elias Callum. Apakah yang dikatakan Duke Enroth itu benar?"

"Iya, Yang Mulia. Nora dan aku diundang ke kediaman Duke Enroth untuk minum teh."

Melihat Elias membungkuk hormat, gadis di sebelahnya menghela napas.

Ia benar-benar terlihat begitu memesona di tiap sudut.

"Kalau begitu, Duke Lindell berbohong?"

"Tidak, tidak. Ada catatan Baron Kranz dan keluarganya datang ke kediamanku. Aku yakin Duke Enroth pasti bingung soal tanggalnya."

"Begitukah?"

Raja Thorvard tersenyum, melihat tampang lega di wajah Duke Lindell. Itu adalah senyum yang sama yang dimiliki Duke Enroth sebelumnya. Wajahnya tersenyum, tetapi matanya tidak.

"Jika itu adalah pesta teh Duke Enroth, aku rasa aku juga di sana."

"Apa?"

"Entah bagaimana, aku tidak bisa mengingat tanggalnya. Aku rasa, aku agak lelah."

Kebohongan Duke Enroth tidak masuk akal, tetapi entah bagaimana ia membuat raja ikut campur. Sekarang karena situasinya sudah begini, tidak perlu bagi Nora untuk buka mulut.

"Omong-omong, Duke Lindell. Apa yang kudengar adalah bahwa kau telah meningkatkan biaya tol hanya untuk perkebunan Kranz. Perlu kau ketahui, biaya tol harus dinilai dan ditetapkan melalui diskusi panel dengan kehadiran setiap kediaman. Agak aneh karena kau hanya menaikkannya untuk keluarga Kranz. Dan sekarang Kranz meminta evaluasi ulang. Apa asalan di baliknya?"

Tidak mungkin Duke Lindell akan melaporkannya sendiri, jadi bagaimana bisa ia mengetahui soal itu?

Tetapi, begitu ....

Nora bertanya-tanya apakah ia bisa berkonsultasi dengan seseorang di parlemen. Ia merasa sepertinya, tidak ada lagi yang dapat dilakukannya. Ia selalu berasumsi bahwa setiap masalah di perkebunan mereka, harus diselesaikan oleh mereka sendiri.

"Itu untuk pemeliharaan jalan dan sebagainya."

"Kalau begitu, kenapa hanya di perkebunan Kranz? Juga, ada ambiguitas dalam sejumlah laporan akuntansi. Serta laporan penipuan dan penggelapan uang. Bagaimana menurutmu soal itu?"

"Yang Mulia, pasti ada sejumlah kesalahpahaman."

"Begitukah? Kalau kau jujur dan mengakuinya, maka kau bisa saja mengajukan pengukuran peningkatan dan menunjukkanku laporan perkembangannya. Tetapi, karena kau bersikeras bahwa perbedaan akuntansi yang kutemukan hanyalah suatu kesalahpahaman belaka, maka kau tidak memberikanku pilihan lain. Aku harus meminta seluruh wilayahmu diselidiki sekaligus."

"Te-tetapi ...."

"Yah, kau bilang bahwa tidak ada yang salah, jadi semestinya tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Kami hanya akan menyelidiki belasan tahun terakhir saja. Tenanglah."

Tetapi, bukankah itu sesuatu yang mau tak mau harus kau khawatirkan?

Berkebalikan dengan Raja Thorvard, yang terlihat sangat ceria, Duke Lindell tampak pucat.

"Kandidat ratuku mundur satu per satu, dan kebanyakan dari mereka semua secara kebetulan menyebutkan nama Duke Lindell. Aku mungkin harus memeriksa itu juga."

"Ya-Yang Mulia ... um ...."

"Apa? Tidak ada yang kau sembunyikan, jadi semestinya tidak ada masalah, kan? Oh, itu membuatku teringat, Duke Lindell. Kali ini, aku sudah secara pribadi mengundang Burung Bulbul Biru Langit. Belum lama ini, ia terkenal sebagai Burung Bulbul Berhati Murni, karena donasi besarnya kepada gereja. Beberapa orang jahat menyebarkan rumor buruk tentangnya. Bagaimana menurutmu soal itu?"

"Yang Mulia, aku rasa, ada kebenaran dari rumor itu."

Meskipun ia langsung menjawabnya, Duke Lindell tampak seolah ia sudah akan pingsan karena gelisah. Ia pasti sangat cemas tentang investigasi selama belasan tahun terakhir ini.

"Begitu. Rumornya bahwa penyanyimu di sana, sudah membuat ulah di restoran tempat Nona Nora biasa tampil. Apakah itu juga benar?"

"Aku takut kalau itu hanyalah rumor tak berdasar."

"Jangan konyol. Bukankah barusan kau mengatakan bahwa ada kebenaran dari rumornya? Omong-omong, aku harus menyelidikinya juga."

"Ma-maafkan aku, Yang Mulia. Kesalahan apa yang mungkin kuperbuat?"

Suara Rebecca terdengar agak kencang, dan Raja Thorvard meliriknya penuh makna.

"Para kandidat ratuku sering memberitahuku tentang para pria di keluarga mereka akan terpikat oleh wanita, yang katanya berambut emas dan bermata merah. Suatu kebetulan yang aneh, bukankah begitu?"

"Er, um, benar, kebetulan sekali ...."

Raja Thorvard tersenyum pada Rebecca, yang tergagap selagi ia berbicara.

"Mungkin begitu. Lebih baik jika kita mencaritahunya. Apabila kau tidak bersalah, maka kau bisa membuktikan bahwa kau tidak bersalah. Tidak ada masalah, kan?"

"Te-tetapi, Yang Mulia!"

Rebecca menjerit, tetapi tidak ada yang memedulikannya lagi.

(JP) MEGB,BIDRGEITFP [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang