Chapter 24 : Objektivitas Flora Kocco

11 8 0
                                    

"Apa kau dengar tentang Elias dan Nora?"

Allan, yang datang sendirian ke restoran, memanggil Flora. Ia merasa aneh melihat Allan di sana, karena Nora tidak ada jadwal pertunjukan dan Elias juga tidak ada di sana. Baru saja selesai memainkan piano, ia pun duduk di seberang Allan.

"Mereka akhirnya bersama. Meskipun sepertinya itu sementara." Allan sedang menyantap ikan panggang dengan rempah-rempah. Flora menyadari bahwa ia sering sekali memesannya, jadi ia pasti menyukai hidangan itu.

"Mereka sangat manis. Apa kau sudah mendengar tentang apa yang terjadi setelahnya?" Karena pertunjukannya sudah selesai, ia memesan minuman keras dari buah-buahan. Karena ia minum dengan perut kosong, Flora merasa lebih mabuk.

"Di saat mereka menjadi kekasih sementara, Lord Elias sudah memborbardir Nora dengan ciuman. Nora merasa kewalahan, sehingga setelah beberapa negosiasi, mereka menyelesaikannya dengan berjanji untuk mencium Nora tiga kali sehari paling banyak, kecuali di bibir."

"Sialan!" Allan menurunkan garpunya dan mengambil segelas anggur. Ia meminum anggur yang paling mahal di restoran.

Sewaktu ia diam-diam berterimakasih atas dukungannya, Flora juga mengisi ulang cangkirnya.

"Ia mungkin seperti itu, tetapi jauh dalam lubuk hatinya, ia adalah orang yang baik."

Walaupun itu agak kabur, Flora dapat memahami apa maksud Allan.

"Aku tidak yakin apa maksudmu, tetapi kurasa, aku mengerti."

"Kau mengerti?"

"Seperti, ia adalah mahkluk buas dengan hati yang lembut?"

"Benar. Pengekangnya sudah dilepaskan, dan sekarang ia keluar dari kandangnya, tetapi dalam lubuk hatinya, ia masih berhati hangat."

"Aku pikir, Nora tidak mengetahui itu."

"Yah, kurasa, ia harus bertanggung jawab dan cukup berusaha supaya tidak dilahap pada akhirnya."

Mengejutkan untuk mendengar bahwa Allan memberikan mereka restunya.

"Kau benar-benar tidak masalah dengan itu?"

"Apa maksudmu?"

"Aku pikir, kau juga menyukai Nora."

Itu tidak terdengar seolah Allan berusaha untuk hadir di antara mereka, tetapi Flora masih berpikir ia harus tetap menjabarkannya.

"Yah, aku memang menyukainya. Tetapi, itu bukanlah cinta. Aku hanya merasa ia agak menarik .... Er, kenapa kita membicarakan tentang ini?"

Merasa canggung, Allan pun meletakkan gelasnya di atas meja.

"Nah, bagaimana denganmu, Flora?"

"Aku tidak menginginkan seorang pria tampan namun berbahaya seperti Lord Elias untuk jadi seorang suami."

"Tidak, aku bukannya membicarakan tentang Elias. Maksudku, apa kau tidak punya lamaran pertunangan? Bagaimanapun juga, kau sudah di usia pernikahan. Aku rasa, karena itulah kau begitu mencemaskan tentang Nora."

Ditanyai pertanyaan yang sama berulang kali, Flora pun merasa lelah.

"Yah, aku tidak menutup pintuku."

Allan menatapnya penuh minat dan mendesaknya agar meneruskan. Flora tidak berpikir ia perlu untuk terbuka, tetapi tidak bisa menemukan sebuah alasan untuk tidak melakukannya juga. Flora menghela napas, merasa pasrah.

"Apa yang bisa kukatakan? Aku mungkin berasal dari keluarga Baron, tetapi kami punya banyak uang. Meski begitu, semuanya, dari rakyat jelata hingga bangsawan yang lebih rendah, mereka semua mengajukan lamaran tak lain hanya sebagai dalih guna memperluas kekayaan mereka. Meskipun, aku memang berpikir kalau aku tampak lebih cantik daripada kebanyakan gadis seusiaku."

(JP) MEGB,BIDRGEITFP [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang