FOLLOW NuraIleana
VOTE, COMENT, AND SHAREHAPPY READING
•••
Ethan duduk menghadap ranjang, dari tadi matanya terus menatap Anez yang belum juga sadarkan diri. Kata dokter Anez butuh istirahat, dan stres juga memicu imun Anez berkurang serta dokter mengatakan bahwa makannya tidak teratur membuatnya susah fokus dan mag.
Sekarang Anez sudah dibawa ke ruang perawatan. Dokter memberikan cairan obat-obatan dan lainnya di dalam botol infusan sehingga cairan itu masuk ke sel darah.
Mata Ethan terlihat sendu dan khawatir, sebenci-bencinya Ethan pada Anez mata tetap tidak bisa membohongi. Di hati Ethan yang paling dalam mengatakan Anez tidak bersalah, tapi mau bagaimana lagi ia melihat Anez memegang pisau yang penuh dengan darah, apalagi tidak ada satupun bukti bahwa Anez tidak bersalah.
Tadi sebelum sekolah Mega sempat memberikan pesan pada Ethan untuk memintanya berangkat bareng, namun Ethan menolak. Saat diperjalanan menuju sekolah tiba-tiba Mega telepon bahwa motornya mogok tiba-tiba, mau tidak mau Ethan harus putar balik dan mengajak Mega berangkat bareng dengan motornya.
Sesampai di sekolah para siswa sedang berkerumun, Ethan yang tidak tahu apapun tadinya mau langsung ke kelas. Saat ada celah diantara mereka Ethan melihat Anez, ia juga kaget, tapi sepertinya dia terlambat ia tidak bisa melakukan apapun. Setelah Anez pergi ia marah pada siswa-siswi yang sudah membulinya.
"Itu hak kalian marah atau gak suka sama Anez, tapi kalo gue lihat lo semua masih menghina Anez lo berhadapan sama gue!" Marah Ethan dengan kilatan tajam.
"Eh, Than. Lo harusnya sadar Anez itu nusuk orang berarti dia emang jahat, wajahnya aja yang polos tapi kelakuannya diluar nalar, dan lo juga mengakui itu kan?" Tandas perempuan yang tadi terus menghina Anez.
"Lo yang harusnya mikir! Emangnya lo lebih baik dari dia, lo juga gak bisa pakai baju yang benar jangan so so-an menilai penampilan orang lain." Bantah Ethan.
"Emang kenapa dengan penampilan gue, gue emang nakal, pakaian gue emang ketat, tapi gue gak munafik kayak Anez. Asal lo tahu, ya, Than, lo udah gak bisa hukum gue atas tindakan gue karena lo udah bukan ketua OSIS lagi. Jangan membela yang salah, gitukan yang lo ajarkan ke kita!"
"Bacot lu! Jangan bawa-bawa almamater. Kalo lo bukan cewek gue udah bikin lo masuk rumah sakit, ingat itu!" Tunjuk Ethan.
Mata Ethan tidak sengaja melirik ke arah Brayn yang sedang menahan marah, tangannya bahkan terkepal.
"Lo boleh pukul gue, Brayn. Tapi tutup dulu mulut cewek sialan ini." Ethan berbalik dan pergi menyusul Anez.
Ethan kehilangan jejak Anez, bahkan langit sudah mendung dan suara petir terus bersahutan. Ethan melajukan vespanya ke rumah Anez barang kali dia sudah pulang.
"Neng Anez belum pulang, A," jawab Bi Ara waktu itu.
"Baik Bi, kalo ada kabar tentang Anez tolong kasih tahu Ethan, ya. Ini nomor Ethan." Ethan memberikan nomor teleponnya pada Bi Ara yang sudah ia tulis di kertas kecil.
Ethan pergi lagi melajukan vespanya ke Kedai Setengah Hati siapa tahu Anez ada disana, tapi disana pun tidak ada Anez, bahkan Kedai Setengah Hati sepi tidak ada pengunjung sama sekali. Semenjak berita owner Kedai Setengah Hati terjangkit masalah omsetnya semakin menurun, mungkin saat Abram terjangkit narkoba dan masuk penjara omset kedai masih bisa diselamatkan serta citranya masih baik, tapi untuk masalah ini peminat semakin menurun dan beberapa investor yang kerjasama dengan Kedai Setengah Hati mencabut paksa kerjasamanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SHENA
Dla nastolatkówKehilangan dan rahasia terus menghantui Anez. Dari kematian orang tuanya, hingga ia mengetahui rahasia tentang kematian ayahnya dan penyakit yang disembunyikan ibunya membuatnya meninggal. Namun, adanya Ethan memberikan warna dan arti cinta sesunggu...