Setelah seharian di kantor, akhirnya Jeno sudah tiba di kediamannya. Baru saja ia membuka pintu, kedatangannya disambut langsung oleh Yuta yang seketika memeluknya.
Rasa lelah yang awalnya sangat begitu terasa tiba tiba hilang saat mendapat pelukan hangat dari istri tercintanya. Jeno tersenyum, dan ia membalas pelukannya sembari menyelundupkan wajahnya diperpotongan keher Yuta.
"Aku sudah pulang", kata Jeno, lembut.
"Selamat datang", balas Yuta.
Pelukan mereka pun terlepas, Yuta mengembangkan senyum diwajahnya. "Makan malam sudah siap, bersihkan dulu dirimu dan kita makan bersama"
Jeno mengangguk seraya tersenyum pula. "Hm"
Guyuran air hangat yang keluar dari shower membasahi tubuh kekarnya. Dan dibawah guyuran air hangat, Jeno tengah memikirkan cara untuk menjaga istrinya agar tetap aman dari bahaya yang mengintai.
Kejadian malam itu, menumbuhkan kembali rasa traumanya. Rasa trauma yang mana meninggalkan Yuta sendirian tanpa pengawasan lalu berakhir terluka dan ketakutan.
Jeno tak ingin istri tercintanya itu mengalami kejadian buruk yang membuatnya sampai terluka.
Jeno mengusap wajahnya, lalu mematikan shower. Kemudian Jeno keluar sembari menutupi sebagian tubuhnya menggunakan handuk. Jeno keluar dari kamar mandi, dan ia mendapati istrinya berdiri di depan lemari sedang merapihkan jas miliknya.
Jeno mendekat dan langsung memeluk Yuta dari belakang, meletakkan dagu runcingnya ke bahu sempit istrinya. Kedua matanya dipejamkan.
Yuta sama sekali tidak terusik dengan suaminya yang seketika memeluk dirinya meski ia merasakan lembab dipunggungnya. "Pekerjaan hari ini melelahkan sekali ya?" tanya Yuta, sembari menutup pintu lemari.
"Hm, sangat begitu melelahkan ... Ingin rasanya aku berhenti bekerja, atau aku bekerja di rumah saja agar bisa terus berada di sisi mu," jawab Jeno bersamaan dengan helaan nafasnya.
Yuta membalikkan tubuhnya, berhadapan, dan pandangan mereka pun saling bertemu. Kedua tangan Yuta menangkup wajah tampan suaminya, sembari memberikan usapan lembut di sana.
"Bagaimana caranya agar aku bisa menghilangkan rasa lelah mu?"
Jeno tak memberikan jawaban malah ia mengerucutkan bibirnya, memberikan kode pada istrinya.
Paham apa yang diinginkan sang suami, Yuta memberikan kecupan singkat di bibir yang mengerucut itu. Seketika senyum terukir di wajah suaminya. Yuta kembali memberikan kecupan singkatnya di bibir itu lagi, lalu bergantian di kedua pipi dan seluruh wajah Jeno.
Tentu Jeno senang akan aksi yang dilakukan istrinya ini, ia pun mengangkat tubuh Yuta. Melangkah mundur sampai kedua kakinya membentur pinggiran kasur. Jeno duduk sembari memangku Yuta.
"Apa rasa lelahnya sudah hilang?" tanya Yuta setelah mengakhiri aksi menciumi wajah Jeno.
"Hm ... sepertinya belum". Jeno membaringkan tubuh Yuta dan ia berada diatasnya.
Dapat Yuta rasakan tetesan air dari rambut suaminya yang masih basah mengenai pipinya. "Makan malamnya nanti jadi dingin", ujar Yuta.
"Tapi sekarang ini aku sedang berhadapan dengan hidangan favorit ku", balas Jeno sembari menunjukkan seringaian penuh artinya. Kini giliran Jeno yang mendaratkan bibirnya di atas bibir Yuta lalu memberikan usapan lembut nan basah di sana.
Yuta membalasnya, mengalungkan kedua tangannya di perpotongan leher agar ciuman mereka semakin dalam.
"Yuta, aku sangat mencintai mu", ucap Jeno dengan suara beratnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother Na Yuta
FanfictionSi kembar yang tak terima jika Yuta menjadi kakak tiri mereka.