Yui meletakkan ponselnya di atas meja. Saat ini Yui, tuan Na dan beserta kedua anak kembarnya tengah menikmati acara makan malam bersama. Yui menghela nafas lega setelah berkomunikasi dengan anaknya melalui telepon, sedangkan si kembar Na yang sempat beberapa kali mendengar teriakan Yuta dari sebrang sana, merutuki dan menyumpah serapahi Jeno.
Darah yang mengalir dalam tubuh mereka mendidih membayangkan Yuta sedang dijelajahi oleh pria lain. Tuan Na menangkap sesuatu pada kedua anak kembarnya, ia tak menunjukan ekspresi apapun, tapi ia tahu apa yang sedang mereka pikirkan.
"Sudah kubilang, Yuta akan baik baik saja. Dia bersama orang yang tepat!" Katanya, lalu tuan Na memasukkan sesendok makanan ke dalam mulut.
Mendengar itu seketika si kembar Na menatap tajam ke arah ayahnya, mereka tak menerima atas apa yang barusan terlontar dari mulut sang ayah.
Yui menghela nafasnya "walaupun begitu, tetap saja mereka harus memberi kabar padaku. Mau bagaimanapun dan dalam keadaan apapun, mereka harus memberitahu sebelumnya!" Balas Yui yang masih sedikit kesal.
Tuan Na meraih tangan sang kekasih, menyalurkan ketenangan lewat sana "mereka sudah dewasa, mereka bisa menjaga diri!" Yui langsung menolah ke arah tuan Na. "Aku tahu, meski mereka tetap dewasa, tapi dimata mu mereka masih anak kecil. Terlebih Yuta, anakmu sendiri yang telah kau rawat sampai saat ini. Tapi mereka sebentar lagi akan menikah, jadi ku mohon jangan terlalu mengkhawatirkan mereka. Biarkan mereka merasakan dunianya sendiri, dan kita merasakan dunia kita sendiri!"
Yui tak membalas perkataan tuan Na, seakan tak perlu untuk dijawab. Kembali Yui menghela nafasnya, dan kini ia merasa sedikit lebih tenang dari sebelumnya setelah mendapat ultimatum dari calon suaminya. Tuan Na dan Yui kembali menikmati makan malam mereka, sedangkan Haechan dan Jaemin masih saja terbakar emosi.
"Aaahhh... Jeennhhhh... "
"Aaahhh... Aahh... Aahhh..."
"Yutaahh..
"Jenoohhh..."
Suara tabrakan kulit yang diiringi desahan, membuat malam ini terasa begitu panjang dan terasa semakin begitu panas. Jeno terus menggerakkan pinggulnya tanpa henti, menumbuk titik yang membuat Yuta melayang tinggi.
"Mmhhhh... Jeennhhh..."
Hingga tiba saatnya, Jeno mengeluarkan laharnya. Dapat Yuta rasakan didalam tubuhnya penis Jeno yang semakin membesar, membuat Yuta merapatkan lubangnya.
"Yuutaaahhh..."
"Aaahhh...."
Semakin cepat, hingga akhirnya cairan putih kental keluar dari sumbernya, membasahi dinding rektum Yuta. Kedua nafas mereka terengah-engah, seperti sehabis lari ribuan kilometer jaraknya. Jeno mengusap pipi Yuta, lalu mendaratkan bibirnya di atas bibir Cherry itu.
Mengusapnya dengan lembut, dan memperdalam ciuman mereka. Hingga tautan mereka terputus, terlihat benang kristal bening dari kedua ujung lidah mereka. Jeno tersenyum ke arah Yuta, mengecup kening sang kekasih cukup lama, dan kembali menatap wajah sayu yang membuatnya berkali-kali jatuh cinta.
"Yuta, aku sungguh-sungguh mencintaimu. Kau milikku, dan akan selamanya menjadi milikku!" Ucapnya.
Tangan Yuta terulur, menyentuh rahang tegas kekasihnya "aku juga mencintai mu. Tapi aku belum menjadi milikmu!"
Mendengar itu, Jeno memiringkan kepalanya dan menaikkan satu alisnya. Yuta paham dengan yang dipikirkan Jeno saat ini, lalu ia mengalungkan kedua lengannya di perpotongan leher Jeno "aku akan menjadi milikmu selamanya setelah ibuku menyerahkan ku padamu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother Na Yuta
FanfictionSi kembar yang tak terima jika Yuta menjadi kakak tiri mereka.